Kisah Iték Beulati Sombong dan Kuda Uleebalang

Fokuslah pada satu pekerjaan agar menuai hasil maksimal. Jangan seperti iték beulati yang bisa tiga hal; terbang, berenang, dan berjalan di daratan. Kuda hanya bisa satu hal, berlari di daratan, tapi ia mampu berlari dengan kecepatan yang menakjubkan.

Apa yang Nyak Kaoey tulis ini hanya sebiuah tamsilan dari fable Aceh masa silam. Iték beulati dengan kuda Ulebalang sama-sama menyombongkan diri dengan kemampuannya. Ada pelajaran dari percakapan dua hewan ini.

Pada suatu sore jelang senja, Nyak Kaoey santai di balai dekat kolam milik Uleebalang. Saat itu iték beulati Uleebalang membersihkan diri sebelum kembali ke kandang. Ia begitu menikmati air kolam itu. Namun kegirangannya terusik oleh suara kuda yang datang hendak minum di kolam itu.

Iték beulati jelas tak mau kolamnya dipakai si kuda. Ia meledek kuda dan mengatakannya sebagai hewan dungu yang hanya mampu melalukan satu hal saja. katanya, kemampuan kuda dibatasi oleh satu elemen saja, yakni hanya mampu berjalan dan berlari di daratan.

Ilustrasi iték beulati berenang di kolam sumber

Iték beulati menyombongkan dirinya sebagai hewan multi talenta yang mampu bergerak dalam tiga elemen. Ia bisa berjalan di darat, dan memiliki sayap yang bisa digunakannya untuk terbang kemana yang dia mau, ia juga bisa berolah raga renang di sungai dan menyegarkan dirinya dengan kayuhan kakinya. Ia menyombongkan dirinya sebagai hewan yang menikmati kekuatan yang berbeda-beda, dari seekor burung yang bisa terbang, kekuatan seekor ikan yang bisa berenang. Dan yang terakhir ia berkata memiliki kekuatan berjalan seperti kuda di daratan.

Kuda mendengus dan menjawab iték beulati dengan cemoohannya. Ia mengaku memang tak memiliki tiga elemen, udara, air dan tanah yang dimiliki iték beulati, tapi dengan satu elemen yang dimilikinya ia mampu memanfaatkannya secara maksimal. Ia bisa berlari kencang di pacuan kuda dan membuat pemiliknya mendapat tropi juara. “Aku si kuda pemenang,” katanya sambil mengibas ekor.

Kuda melanjutkan cemoohannya kepada iték beulati. Katanya, iték beulati memang memiliki tiga elemen, tak satu pun dari tiga elemen itu yang mampu dimanfaatkannya secara maksimal. Tidak ada prestasi yang didapatkannya dari tiga elemen itu.

Iték beulati memang bisa terbang, tapi terbangnya sangat pelan dan canggung, kalah dengan merpati yang kecil, jadi iték beulati tak berhak menyombongkan dirinya dengan elemen udara yang dimiliknya. Iték beulati tak layak menyamakan dirinya atau mensejajarkan kemampuannya dengan kemampuan terbang para burung.

Begitu juga kata si kuda, ia mengakui iték beulati bisa berenang, tapi ia tak bisa hidup dalam air seperti ikan. Jadi elemen air yang dimiliki iték beulati hanya secuil saja. iték beulati tidak bisa menemukan makanan dalam elemen air yang dalam, dan tidak bisa berenang bebas dalam arus kencang, apalagi ombak yang menerjang. Jadi elemen air pada iték beulati juga tak mampu membuatnya menaklukkan air.

Kuda hanya punya satu elemen saja tapi mampu dimanfaatkan secara maksimal ilutrasi

Terakhir kata si kuda, ia mengakui iték beulati mampu berjalan di daratan, tapi jalannya sangat lambat dengan tapak kaki yang lebar dan leher panjang. Dan yang penting kata si kuda, iték beulati tak mampu berlari sekencang larinya kuda dipacuan. “Kau hanya diciptakan untuk bergerak di tanah, bukan untuk berlari sepertiku,” ledek si kuda.

Lalu di akhir ledekannya, kuda membanggakan dirinya sebagai sebuah keanggunan karena memiliki tungkai-tungkai kaki yang cekatan, tubuh yang indah dan kekuatan langkah yang mencengangkan. “Aku lebih memilih menjadi satu elemen saja dan dikagumi, dari pada tiga elemen sepertimu tapi jadi cemoohan,” kata kuda pada iték beulati.

Jadi, menurut Nyak Kaoey dalam hidup ini, mau jadi iték beulatikah kita atau kuda? Kalau saya akan lebih memilih jadi kuda saja yang dengan satu elemen mampu menjadi yang terbaik, dari pada tiga elemen tapi tak maksimal. Jadi jangan jadi iték beulati yang sombong, jadilah kuda yang tangguh.[]