Kota Langsa Mau Apa

Assalammualaikum ya ahlil steemit...

Berangkat dari perbincangan ringan dengan seorang teman berprofesi sebagai wartawan di sebuah warung kopi, obrolan santai tapi tidak lepas dari argumen menantang. Menjelang pelantikan wali Kota baru kami berusaha obrolin beberapa program kerja wali kota terpilih, kebetulan teman ini dan kawan-kawan media adalah pendukung wali kota terpilih.

Kebetulan saya bukanlah salah satu pelaku politik praktis karena memang malas jika berhubungan dengan politik praktis. Obrolan kian serius tatkala saya mulai "genit" Berceletuk menyerempet program wali kota terpilih yang cukup "unik", seperti pengelolaan sampah, nikah gratis, 1000 hafiz Qur'an, sampai lapangan kerja di kota Langsa. Tentunya respon para pendukung seperti teman saya ini akan serius menanggapi " Kegenitan" Saya, padahal saya memang dengan sengaja memancing obrolan yang cenderung menggoda tensi si teman.

Ini bukan di Langsa

Salah satu celetuk genit yang saya katakan adalah, saya akan membentuk LSM untuk memantau pelaksanaan program kerja wali kota terpilih, sehingga LSM tersebut akan terus nyinyir untuk menagih janji atau program politik yang diutarakan saat kampanye. Sontak si teman membenarkan posisi duduknya dan mulai menjawab dengan nada serius. Saya lanjutkan kegenitan saya, bahwa nanti LSM tersebut akan berisikan Akademisi, tokoh Masyarakat, pemuda, pengacara, dan Random masyarakat marginal saat itu bahasa saya katakan adalah kaum proletar, tentu saja biaya dari swadaya masyarakat dan calon wali kota yang kalah dalam pemilu kemaren. Makin terlihat jelas si teman gelisah mendengar gagasan yang saya utarakan, saya pun memulai dengan kata-kata sindiran untuk beberapa program kerja sang wali kota terpilih.

Saya cang panah sejadi-jadinya, bahwasanya program tersebut tidak ada yang progresif, salah satu contoh tentang Ketersediaan lapangan kerja di kota langsa. Bagaimana media sosial begitu gegap gempita menyambut brand-brand produk besar telah hadir di kota langsa, contohnya J'CO, fountain, sushimi, dan sebagainya, saya menganggapnya itu salah kaprah. Sebuah kota dianggap maju bukanlah diukur dari seberapa banyaknya brand besar masuk, itu hanya menandakan seberapa besarnya jiwa konsumtif masyarakat sebuah kota. Kita semua tau Langsa bukanlah kota besar apalagi kota industri, walaupun terasa santai di Langsa bukan berarti kota ini memiliki putaran ekonomi yang tinggi. Kota Langsa hanya kota transit, tidak ada pabrik disini, tidak ada tambang disini tidak ada sesuatu yang diproduksi dilangsa dari hasil kota langsa sendiri. Kemeriahan Langsa itu hanya cerminan dari jiwa masyarakat kota langsa yang konsumtif, suasana hidup yang relatif aman, hingga masyarakat yang heterogen yang membuat Langsa begitu hidup. Saya pun melanjutkan celoteh, dulu di langsa berdiri dua pabrik Udang, dua perusahaan kayu namun sekarang tinggal kenangan akibat konflik.

Sate Kambing Langsa

Bagaimana wali Kota terpilih memiliki visi yang tajam dan akurat membawa Kota Langsa kedepan, menggali potensi daerah, dan berproduksi. Potensi Langsa untuk perikanan sangat besar, pengolahan udang kemasan dengan tujuan ekspor sangat mungkin. Mengingat Langsa adalah kawasan rawa mangrove laut, langsa tidak memiliki garis pantai hanya hutan rawa alor Mangrove. Langsa memiliki pelabuhan yang cukup potensial, bisa ekspor-impor produk prikanan, minyak CPO kelapa sawit, karet, bukan malah membuka pelayaran kapal laut karena orang lebih memilih naik pesawat daripada naik kapal untuk pergi ke malaysia. Tapi itu semua tidak ada dalam program kerja wali kota terpilih, malah memprogramkan Nikah Gratis. Program ini unik dan begitu banyak pertanyaan, yang dimaksud gratis apanya? Apakah disedikan mahar? Dibantu mahar beberapa gram emas? Dibantu resepsi? Atau disediakan tempat resepsi? Atau juga di fasilitasi perjodohan calon mempelai? Seperti apa persisnya kita tidak bisa menemukan jawaban yang terang benderang. Tampak si teman mulai tidak suka dengan celoteh saya, saya sadar betul si teman ini salah satu pendukung dekat sang wali kota terpilih.

Saya semakin genit menggoda, saya katakan jika wali kota nanti benar-benar sadar bahwa Langsa ini sangat berpotensi macet. Mengingat langsa tidak memiliki angkutan umum, atau sangat sedikit, ruas jalan kota langsa tidak lebar walupun dua jalur sudah tersedia. Jika kendaraan semakin banyak maka jalan ini tidak cukup, dan pelebaran jalan hampir tidak mungkin karena akan melibas ruko dan rumah masyarakat, tentu biaya pembebasan tanah akan sangat besar. Pada jam-jam tertentu dan hari-hari tertentu langsa mulai macet, apa wali kota tidak punya visi akan hal itu. Langkah yang paling mungkin adalah membuat peraturan qanun akan leasing kendaraan bermotor dan mendorong angkutan umum kembali berjalan. Naikkan harga DP kendaraan bermotor menjadi tinggi, sekerang anda membawa 500 ribu rupiah sudah bisa bawa pulang motor. Saya kembali melanjutkan, tingkat wali kota tidak perlu memikirkan sampah rumah tangga, itu pikiran tingkat geuchik, dan kepala dinas. Harusnya tingkatan Wali kota memikirkan potensi untuk pengelolaan sampah akhir, mau dijadikan apa sampah ini, diluar daerah sana pengolahan sampah begitu bagus, dari pengolahan sampah menjadi bahan bakar, pupuk organik, daur ulang, kerajinan, sampai conblok taman, kesemua ini dapat menjadi sumber pendapatan jika pemerintah yang mengelola. Kesimpulan yang saya utarakan saat itu bahwa wali kota terpilih ini tidak mumpuni dilihat dari program kerja yang dikampanyekan, tidak jelas mau dibawa kemana Langsa, mau apa, tidak progresif dan berkelanjutan.

Makan siang HIP HOp Banda Aceh

Waktu sudah sore saat itu saya tidak mau melanjutkan diskusi lagi dengan si teman karena saya sudah janji sama anak-anak untuk jalan-jalan sore. Tapi itu juga hanya obrolan warung kopi, artinya habis kopi habis rokok selesai obrolan, hanya mengisi waktu ngopi saja, biar jangan sibuk main hp masing-masing, jangan WA ajak ngopi sampai warung kopi main hp ngobrolnya minim hehhe 😋

Buruk ck
Under Mind

28012025