Rumahku Dipagari Tetangga

in hive-103393 •  last month 

Sampai saat ini aku belum memahami kenapa mereka marah dan merundungku hari demi hari. Aku hanya menjalani hidup seperti orang-orang kebanyakan, tanpa banyak bergaul dengan tetangga sekitar, hanya seperlunya saja. Sebenarnya aku tidak terlalu perduli apa yang mereka katakan, sikap jahat mereka sering kuabaikan saja, jika mereka ingin berteman silahkan, jika mereka tidak ingin maka baiklah tak mengapa. Ada atau tidak ada mereka maka aku tetap menjalani kehidupan sebagaimana mauku....

Aku beranggapan hidup ini masing-masing namun karena kita manusia maka kita adalah makhluk sosial yang perlu bersosialisasi. Maka aku beranggapan bahwa tetangga adalah saudara terdekat persis seperti kata-kata pepatah. Aku tinggal di sebuah komplek perumahan, tanah cukup luas jika dihitung ada 1 Rantai (20x20 Meter persegi), dengan rumah bangunan permanen dan tambahan dapur dan garasi. Ekonomiku cukup baik dalam arti berkecukupan menghidupi anak-anak. Tetanggaku juga memiliki ekonomi yang cukup baik dengan bangunan rumah kurang lebih sama seperti ku. Kehidupan ini perlu berhemat dan se-efisien mungkin dalam mengelola keuangan, begitulah pikirku, tapi makin hari makin kesini tetanggaku mulai marah, itulah yang kurasakan, aku tidak mengerti.

Makin hari ekonomi mulai menanjak tidak terkecuali tetanggaku, aku mulai merenovasi rumah, dari membuat teras cor semen hingga mengganti lantai, tampak rumahku semakin baik teras yang dahulu hanya tanah dan rumput liar kini sudah terlihat apik dengan semen cor penuh sehingga tidak akan becek jika hujan. Lantai rumah yang dulu hanya ubin semen jadul kini sudah keramik warna dan pilihan kesukaanku. Dari yang sudah terbangun dirumahku tinggal bahkan aku mampu membeli aset diluar komplek, tanah kios ruko, sampai rumah yang aku sewakan, jadi bisa dibilang asetku menghasilkan uang. Tetangga-tetanggaku juga tampak menanjak dalam ekonomi, terlihat mereka mulai merenovasi rumah, membangun rumah, mengganti lantai keramik dan lain-lain juga.

IMG_20250130_150337.jpg
Pagar tembok antar tetangga (ilustrasi)

Sampai suatu hari kemarahan mereka itu datang, berawal dari tetangga sebelah kanan ku, tergopoh-gopoh datang hendak mengatakan hajatnya. Tetanggaku ingin membangun pagar tembok tepat di batas tanahnya dan tanahku, aku cukup mengerti karena memang pagar asli komplek kami hanya dari pagar kawat duri, maklum saja komplek perumahan jadul banyak dipagari dengan kawat duri dan memiliki tanah serante, tidak seperti perumahan sekarang. Niat tetanggaku sebelah kananku ingin membangun pagar disampaikan dan aku mendengar secara seksama, dia menjelaskan gambaran pagar tembok yang ingin dia bangun, beserta rincian dananya, akupun melihat coretan estimasi kebutuhan material dan biayanya. Setelah dua jam-an dia memaparkan misinya, akhirnya aku simpulkan dan aku katakan padanya, "jika ingin membangun pagar silahkan, tarik garis lurus pembatas dan bangun disebelah tanahmu" Artinya ketebalan pagar tembok dangan batu bata semuanya berada di tanahnya. Saat aku katakan itu wajahnya terlihat masam, akupun mengulang ucapanku tadi dengan asumsi mungkin dia tidak paham, namun setelah aku menjelaskan wajahnya makin masam malah terlihat masam dan merah marah, cepat-cepat dia pergi dengan wajah masam. Selang sebulan pagar itu telah jadi dan tampak kokoh, akupun mulai memuji pagar tetangga sebelah kananku, tapi entah kenapa saat kupuji wajahnya senyum simpul dengan masam dan menggeleng-gelengkan kepala dan berlalu begitu saja.....

Selang beberapa bulan tetanggaku yang belakang datang mencariku, aku tau dia baru saja selesai renovasi rumahnya. Tetangga belakangku punya niat dan tujuan yang sama seperti tetangga sebelah kananku beberapa bulan yang lalu. Hendak membangun pagar rumah yang membatasi tanah belakang rumah kami masing-masing, juga menjelaskan gambaran dan coretan estimasi kebutuhan dalam membuat pagar yang nantinya berdiri. Akupun dengan seksama mendengar dan melihatnya menjelaskan detail tujuannya. Akupun bersikap sama diakhir obrolan aku sampaikan kesimpulan dan aku katakan sama seperti beberapa bulan yang lalu kepada tetangga sebelah kananku, "jika ingin membangun pagar silahkan, tarik garis lurus pembatas dan bangun disebelah tanahmu". Anehnya sikap serupa juga ditunjukan, wajah masam dan pergi. Selang beberapa bulan pagar itu berdiri, dan aku merasa sangat tertipu, pagar belakang yang berdiri tidak seperti apa yang dikatakan tempo hari, hanya pagar kayu dengan seng bekas, di telah membohongiku. Tapi cukuplah sebagai pagar, bahkan akupun dapat membuat jemuran pakaian dengan menarik tali di pagar kayu buatan tetangga sebelah belakangku. Suatu hari pagar itu roboh, mungkin termakan usia karena lapuk maklum saja pagar itu dari kayu dan seng. Inisiatif aku mengingatkan kepada tetangga sebelah belakangku bahwa pagarnya roboh hendaknya dia memperbaikinya lagi, namun apa yang aku terima repetan dan serapah, dia malah mengatakan pagar cepat roboh karena aku membuat jemuran pakaian dengan mengikatnya di kayu pagarnya. Saat membuat pagar dia membohongiku kini menyalahkanku..........

IMG_20250130_150401.jpg
Gembok pagarmu biar maling kerja lebih jika hendak memaling

Tiba hari dimana giliran tetanggaku sebelah kiri datang mengunjungiku. Tetangga sebelah kiri ku ini dikenal keras dan kurang basa-basi, ngomongnya blak-blakan, menantunya yang tinggal disitu juga 11,- 12 perangainya bahkan lebih. Aku sudah menduga suatu hari tetangga sebelah kiri ku ini akan datang, dan aku sudah bisa memperkirakan apa maksud dan tujuannya. Tepat seperti dugaanku dia datang hendak mengatakan untuk membangun pagar, seperti yang sudah-sudah dia berkata rencana dan gambaran pagar yang hendak di bangun. Aku menyambut dan mendengar paparannya, namun aku terkejut setengah mati tanpa basa-basi si menantu tetangga sebelah kiriku mengatakan bahwa pagar nanti akan dibangun dengan biaya patungan antara dia dan aku. Sontak aku mengerinyitkan dahi mendengarnya, jika sebelumnya kedua tetanggaku tidak ada mengatakan hal itu secara blak-blakan tapi lain dengan tetangga sebelah kiri ku ini. Perlu diketahui jauh sebelum dia datang tetanggaku sebelah kiri ini sudah membangun pondasi pagar setinggi betis namun dia membangun pas di garis pembatas, artinya setengah pondasi selebar batu bata berada di tanahku, setengah bata lagi berada di tanahnya, hal ini sempat aku protes namun tetanggaku sebelah kiri ku ini memang terkenal keras dan tanpa basa-basi diapun mengabaikan protesku. Jadi nantinya dia katakan akan membangun pagar tembok dikarenakan pagar ini dipergunakan dan berfungsi untuk bersama maka biaya pembangunan ditanggung bersama tuturnya. Aku meng-iyakan dan mengatakan bangun saja pagarnya nanti berapa habis biaya sampaikan dan aku akan membayar porsiku. Si menantu tetangga sebelah kiri ku ini tampak sumringah dan berbahagia tidak seperti tetanggaku sebelumnya yang berwajah masam saat pergi. Tidak menunggu lama tembok pagar telah berdiri, kurang lebih satu setengah meter, sebelah dia telah dipalster dan di aci, pagar sebelah rumahku belum dipalster masih berupa susunan batu bata. Perlu diingat karena aku memegang teguh pepatah kuno bahwa tetangga adalah saudara terdekat maka aku bersikap demikian. Sebelum dibangun pagar yang masih berupa pondasi pagar saja, Aku sering melewati pagar untuk sekedar mengambil daun pandan yang kebetulan tetangga sebelah kiriku menanamnya, membuat kue dan memasak aku tinggal melangkah dan mengambilnya tanpa ijin toh dia tetanggaku.

Kebetulan aku memiliki pohon mangga yang sudah besar yang aku tanam di sebelah kiri dekat batas tanah antara aku dan tetangga sebelah kiriku. Karena pohonya sudah besar cabang-cabangnya melewati batas tanah kami bahkan di atas atap rumah tetangga sebelah kiriku itu. Saat berbuah banyak juga buah mangga itu bergelantungan diatas atapnya, jadi saat mangga itu matang dan jatuh diatas atapnya akan terdengar akupun tinggal melangkah kesebelah dan mengambilnya toh itu pohon manggaku siapa suruh jatuh di halaman rumahnya ya aku hanya mengambil manggaku, kini aku tidak bisa berbuat itu lagi karena pagar tinggi telah dibangun. Kulihat banyak cabang pohon manggaku yang berada di tanahnya berbuah banyak, dulu aku tinggal melangkah saja kini tidak bisa maka buah manggaku yang ke halaman rumah tetangga sebelah kiriku diambilnya, aku beranggapan inilah salah satu hal negatif bagiku saat pagar pembatas dibangunnya.

Saat pagar hampir selesai tinggal plaster disebelah rumahku sekonyong-konyong menantu sebelah kiri ku datang berkunjung lagi. Dia katakan pagar hampir selesai aku dimintai biaya pembuatannya untuk finishing. Betapa terkejutnya aku, dia blak-blakan memintanya. Baiklah aku menyanggupinya dan aku sampaikan aku akan membayar 100 ribu rupiah untuk biaya pembuatan pagar. Seketika wajahnya memerah marah, diapun merepet sejadi-jadinya. Dia katakan jika tempo hari kita sudah deal untuk biaya ditanggung bersama kenapa kini aku dituduh ingkar janji. Aku benar-benar bingung kenapa dia marah, dia lanjutkan marahnya, semua biaya 6 juta kita bagi dua, oke gak usah bagi dua, saya diminta dua juta saja tidak usah setengah-setengah begitulah yang dia katakan sambil marah-marah. Menambah kebingungan ku, jelas aku menolak aku hanya akan memberi seratu ribu rupiah saja, akhirnya dia menolak uang seratus ribu yang kujanjikan dengan marah dia pulang. Pagar tembok itu sudah berdiri kokoh hanya saja disebelah rumahku tidak dipalster, dan tetangga sebelah kiriku ini menghentikan pembangunanya seketika saat itu. Jadinya belum selesai palster sepenuhnya. Sebulan kemudian aku membangun pagar depan, tembok dengan biaya ku sendiri, ini sungguh menguras tabunganku tapi aku cukup puas dengan hasilnya.

Begitulah cerita ku ini, aku bingung kenapa tetangga-tetanggaku marah dan kesal padaku, tapi aku tidak peduli dan melanjutkan hidupku. Biarlah mereka menjahati ku aku tidak mau ambil pusing, kini aku bisa aman dirumah karena pagar keliling sudah terbangun, aku bisa tidur pulas dimalam hari. Itulah kisah ku Rumahku Dipagari Tetangga aku hanya membuat pagar depan saja.........

17383187244047623466516904376933.jpg
Kopi sudah habis waktunya posting

Baiklah saudara-saudara kita telah membaca sebuah kisah dari orang yang tinggal di komplek perumahan konoha. Semoga cerita yang membagongkan ini dapat diambil hikmahnya, hikmahnya apa? Pokoknya ambil aja hikmahnya ya..... 🤣🤣🤣🤣

Buruj CK
Under Mind
donor darah 31012025

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Upvoted! Thank you for supporting witness @jswit.

Thank you very much for publishing your post in Steem SEA Community. We encourage you to keep posting your quality content and support each other in the community

DescriptionInformation
Verified User
Plagiarism Free
#steemexclusive
Bot Free
BeneficiaryNo
burnsteem25No
Status ClubClub5050
AI Article✅ Original (Human text!)

Ini adalah pelajaran Sosiologi.
Guru: Ibu Jasmani

Salam olahraga 💪😙