Aceh merupakan salah satu tempat yang telah melewati perkembangan berbagai zaman, mulai dari prasejarah sampai saat ini. Salah satu warisan budaya masa lalu adalah ikan keumamah dan ikan air tawar kering (eungkot salee). ikan keumamah umumnya telah menjadi sumber pendapatan utama masyarakat pesisir, khususnya yang mendiami di kawasan Banda Aceh dan Aceh besar. Namun, bila kita masuk ke wilayah pengunungan, masyarakat mengawetkan ikan air tawar dengan prinsip yang mirip ikan keumamah.
Kedua komoditas tersebut telah menjadi ciri khas tersendiri, sehingga berbagai kreativitas masyarakat telah disumbangkan untuk mengolahnya menjadi santapan yang lezat. Namun, pada kesempatan ini kami ingin membagi cerita tentang pengolah ikan air tawar menjadi ikan kering yang menghasilkan produk seperti ikan keumamah.
Ikan dibersihkan secara biasa dengan menghilangkan sisik dan siripnya. Selanjutnya diletakkan diatas tungku sederhana dari kawat dan digantung, sehingga tidak terkena api secara langsung. Pengasapan dan pemanasan tersebut berlangsung selama hampir 12 jam, sehingga ikan berwarna kecokelatan dan beratnya berkurang mencapai 70%.
Proses pengasapan tersebut bertujuan untuk memastikan bakteri, hal ini mirip dengan penggunaan asap cair untuk mengawetkan ikan menggunakan teknologi yang lebih maju. Hilangnya kadar air dalam ikan tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya oksidasi alamiah dari makhluk hidup yang telah mati.
Ikan yang telah diawetkan dengan metode tersebut umumnya dapat bertahan berminggu-minggu, selama tidak terpapar sinar matahari secara langsung. Karena sinar matahari dapat mengkatalisasi reaksi ikan kering tersebut dengan air yang menyebabkan tumbuhnya jamur untuk mengurai bahan kimia dalam tubuh makhluk hidup.
Postingan ini telah dihargai oleh @steemcurator08 dengan dukungan dari Proyek Kurasi Komunitas Steem.
Ikuti @steemitblog untuk mendapatkan info tentang Steemit dan kontes.
Anroja
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit