Ladong adalah sebuah pantai, yang tiap akhir pekan menjadi salah satu tempat kreasi, sekitar 15 kilometer dari kota Banda Aceh. Ladong segaris pantai dengan Ujong Batee dan Krueng Raya, yang menjadi pelabuhan Malahayati.
Ilustrasi repro: antarafoto
Tapi sore itu, pada Oktober 2017, sebuah cerita duka menancap di Ladong; sesosok tubuh merenpuan muda, dengan pakaian tak lengkap, rambut tercukur plostos, dan beberapa bagian tubuhnya berdarah, ditemukan di sana. Sudah tak bernyawa. Sampai sekarang kasus itu gelap. Tak terungkap.
Namanya Mutia Andayan. Banyak media memberitakannya, di #Aceh hingga media #Jakarta seperti Majalah Tempo. Tapi setelah itu sunyi. Orang-orang pun lupa. Tertimbun berbagai peristiwa lain yang mungkin tak kalah dramatis dan hadir dalam ruang dengar dan lihat kita. Dalam sibuk dan jeda waktu-waktu kita. Setiap detik.
Kita tak mungkin menghitung ada berapa banyak peristiwa lalu lalang, utamanya duka dan luka dengan berbagai wujudnya, baik dengan korban manusia maupun moral bersama: sosial, budaya, hukum, politik, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
Ilustrasi: pixabay.com
Puisi ini hanya semacam refleksi terhadap salah satu kisah sangat kecil tentang duka dan luka, di tengah begitu banyak peristiwa besar yang membetot perhatian kita. Semoga semua yang pergi, dengan cara tak biasa, menjadi mawar yang mekar di keabadian.
.png)
MI 300621