The Diary Game, Betterlife [Sabtu, 23 Oktober 2021]: Menyambut Maulid Nabi

Sisa Buku Yang Tak Kebagian Rak

Inget tumpukan buku yang saya ceritain kemarin? gambarnya ya, yang di atas itu. luas lemari yang kami punya tak cukup buat nyusun seluruh bukunya. Ada hampir dua ratus buku yang mesti tetap disimpan di kardus sampai saya punya cukup tabungan untuk beli rak buku baru. Seluruhnya selesai saya bereskan setelah pulang dari pasar Geudong pagi tadi nemenin Bapak buat beli daging dan ayam.

_Di Pasar Geudong.

Saya ngga punya rencana. Tapi, ceritanya saat ambil Wudu subuh tadi, saya letemu bapak di ruang tengah sudah duduk rapi pakai batik dan celana bahan (kalau tak ke mana-mana pakai singlet dan sarungan). Ke Geudong, jawabnya saat saya tanya hendak kemana. pasca subuh, saya yang sejak masih di kamar mandi mikirin langit yang masih gelap, langsung nawarin diri buat ambil kemudi motornya. Bapak setuju. Kami jalan dan baru tiba kembali di rumah hampir jam tujuh pagi.

Besok Maulid Nabi di sini. Kelapa yang saya beresi kemarin itu hampir seluruhnya dikupas untuk siap-siap kendurinya. Ibu yang mulai dari kelapa hijau-hijau. Saya yang lagi lanjut beresi tumpukan buku di ruang depan pindah tugas dan kebagian tugas ngupasin kelapa yang kulitnya alot- kelapa yang tua.

_Lanskap Masjid Besar Malikussaleh, Geudong

Saat bersihkan halaman depan pagi tadi, saya ketemu ibunya teman saya yang kebetulan datang ke rumah untuk beli air masak di usaha depot air milik ayah . Tekukur beterbangan dan bunyinya bikin saya jadi ngobrolin mereka bersamanya. Dari ceritanya, saya jadi tau asal mereka dari mana: Saat satu dari tetangga kami yang gemar menangkar meninggal, tekukur yang dipeliharanya dilepas seluruhnya. Unik sebab tekukurnya tak terbang jauh, melainkan hinggap dan bikin rumah di pepohonan rimbun di rumah-rumah kami. Setelahnya, banyak tekukur liar singgah dan ikut tinggal.

Tampak Dekat Bagian Atas Masjid

Jam dua lewat, saya yang malamnya cuma tidur empat jam karena keasikan baca buku merasa harus segera tidur. Kepada Naufal yang ternyata juga ikut ketiduran, saya minta dibangunkan 3.30 sebelum 'ashar. Nasib baik saya dibangunkan oleh sorakan keponakan saya, Anshafun, yang minta pakai krayon dan cat air milik saya buat gambar.

Ngobrolin Aceh bareng bang Hardi kemarin malam via Whatsapp bikin saya jalan ke Museum Samudera Pasai untuk ambil dokumentasi bangunannya buat diunggah ke Wikimedia Commons. Namun, perbaikan jalan di sekitar bangunannya bikin saya tak bisa masuk ke halaman museum dan ambil akses jarak yang lebih dekat selain hanya naik ke bagian atas Masjid Besar di depannya untuk ambil gambar bangunannya sebab merasa sangsi harus meninggalkan sepeda motor yang saya bawa di tanah lapang yang aksesnya buntu dan buta bila ditinggalkan. Ini bikin saya mesti balik ke tempat ini senin pagi, sebab bila garisnya baik. Pihak WikiGLAM akan mendigitalisasi museumnya agar koleksinya dapat diakses lebih luas oleh warga dunia.

Lanskap Museum Dipotret Dari Atas Masjid

Setelah magrib, hujan rintih-rintih turun. Saya ambil Isya di rumah dan mulai bikin catatan ini di sini. Orang di rumah sedang sibuk-sibuk nyiapin Bulukat dan segala macam hal untuk dikendurikan besok di meunasah. Sebaiknya saya sudahi catatan ini di sini dan ikutan gabung bareng yang lain kalau kepingin posisi saya aman di rumah. hehe

Selamat malam Stemians, senantiasa waras dan bahagia. Salam!