Dibangunkan Kokok Ayam, Suara Burung dan Suara Motor pedagang Ikan pagi-pagi sekali mengingatkan saya akan kenangan 10 tahun silam saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 15 Takengon Binaan Nenggeri Antara.
Itulah yang saya alami tadi pagi saat menginap di rumah salah satu senior Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Takengon, benar memang kata orang-orang pengalaman yang sudah di lewati akan menjadi nostalgia indah saat kita mengalami kejadian yang serupa.
Sebenarnya semalam tidak ada rencana untuk menginap dirumah beliau, namun karena memang lumayan jauh dari tempat saya menginap di Pondok Baru beliau memberitahukan bahwa ada kawan-kawan dari kampung nya yang sedang berada di rumahnya karena besok nya ada acara wisuda di Universitas Gajah Putih.
Dok. Bersama Hidayat, dirinya adalah salah satu tokoh mahasiswa yang akan segera di wisuda.
Sulit sekali rasanya menolak ajakan beliau untuk tidak menginap di kediamannya, sebelum kami sampai dirumahnya tidak enak rasanya ketika sayang datang tangan kosong, lalu saya belanjakan roti bakar yang menemani cerita kami sebelum tidur.
Setelah sekian lama saya memperhatikan sekeliling rumahnya terdengar panggilan dari dalam rumah beliau ajakan sarapan pagi, suara ini juga sekaligus memberitahukan kepada saya bahwa sekarang ini sudah Desember 2021 artinya saya terbangum dari lamunan.
Pemandangan di depan rumah senior saya
Ternyata selain Nasi, Sayur Sawi Manis istrinya senior saya ini ternyata juga menyiapkan salah satu ambal kesukaan saya Ikan Bandang, meski suka sekali saya hanya bisa makan satu piring saja, karena sudah lama pola makan sedikit begini saya atur.
Usai makan dan menikmati sayur kuah bening nya kakak tadi, kami menyerupur kopi sembari bercerita berkaitan dengan pembangunan daerah, isu terkini politik Nasional hingga daerah.
Berhubung ATM BSI milik saya belum juga diganti hingga tadi, akhirnya di BSI Cabang Takengon diperbaiki dengan syarat KTP dan Buku Rekening yang akan diganti ATM nya juga dibawa, kaget juga tadinya ketika petugas Bank mengatakan harus membayar Rp. 25000 untuk pembuatan ATM.
Antrian di Bank BSI
Tidak butuh waktu lama kemudian menyelesaikan tugas nya dengan baik dan secara otomatis menyenangkan, karena pelayanan yang prima-lah membuat urusan-urusan nasabah nya cepat selesai termasuk urusan saya pribadi.
Tidak berlama-lama setelahnya, saya langsung melanjutkan perjalanan ke Pondok Baru untuk segera menyiapkan barang-barang yang akan di bawa ke Lhokseumwe, mulai dari beberapa lembar baju kotor yang akan dibawa pulang, sayang sekali handuk mandi saya tinggal sedang di jemur rumah.
Setelah selesai semua kemudian kembali menekan Gas speda motor keren saya menuju kota yang dahulunya pernah disebut sebagai kota Petro Dollar di wilayah kerajaan pase yang pada prinsipnya sudah layak dikatakan sebagai kota pendidikan.
Sedang dalam perjalanan
Tidak langsung memang pulang ke Lhokseumawe, karena diperjalanan saya ingat dengan salah seorang yang berjasa untuk saya, sering sekali beliau menasehati dan meluruskan setiap orang yang membutuhnya nasihat segarnya.
Akhirnya sampai siang saya di kediaman beliau mencerna semua nasihat bijak bagai mentari untuk tanaman dan embun penyejuk dalam kehausan, luar biasa memang petatah petitih orang Gayo ini yang beliau sampaikan secara bijak kepada saya.
Pucuk di cinta ulam pun tiba, dirumah beliau tadi siang disiapkan juga oleh anak-anaknya yakni penganan Gayo, adalah Gutel. Saya sampaikan kepada anak nya beliau tadi bahwa "Tugas akhir kuliah saya juga mengenai Gutel".
Tidak menunggu lama akhrinya segala proses pembuatan Gutel ini saya dokumentasikan dengan sebaik yang saya bisa.
Proses pembuatan Gutel
Setelah saya nikmati Gutel kemudian saya pamit kepada beliau melanjutkan perjalanan ke Lhokseumawe, karena kawan-kawan mahasiswa Gayo akan ada member Futsal, maka rugi sekali rasanya kalau saya tidak ikutan bermain.
Persiapan Futsal
Salam Hormat @sadramunawar