Lebaran kedua, suasana masih sama seperti kemarin. Rumah masih dipenuhi aroma lontong sayur khas lebaran yang lezat. Tak ada yang spesial, jadi aku memilih untuk tidur lagi setelah sholat subuh. Ini kebiasaan buruk yang sudah aku rawat selama bertahun-tahun, sebagaimana ibuku merawat Aglaonema kesayangannya. Sering kali usai subuh, aku mengambil waktu tidur sejenak, meski hanya setengah jam atau beberapa belas menit. Toh, lebaran itu harus dirayakan, pikirku.
Pagi ini, serombongan saudara datang dari kampung. Mereka adalah adik kandung ayah yang selalu menyambangi kami di setiap hari lebaran. Lebih-lebih pasca beliau sakit, makin banyak yang menyambangi kami. Mungkin ini hikmah dari keluarga kami yang dulu rajin menyambangi sanak kerabat, kini kami sendiri yang disambangi saudara meski dalam kondisi ayah yang tak lagi sehat.
Budaya balas budi tak selamanya berkonotasi buruk. Sejatinya kita adalah makhluk sosial yang perjalanan hidupnya tak lepas dari pengaruh orang lain di sekitar kita. Itulah apa yang disebut Heinrich Anton de Bary sebagai organisme yang hidup bersama atau symbiosis.
Rombongan tiba pada pukul 10, aku sigap membantu ibu menjamu mereka. Menjamu tamu adalah nilai luhur yang sangat kami junjung tinggi dan kami percaya pula bahwa perbuatan ini akan mendatangkan ganjaran dari Yang Maha Kuasa.
Ba’da zuhur, para tamu mohon pamit. Aku yang sejak tadi sudah mengepak barang-barangku siap untuk ikut ke kampung. Sebagai anak pertama, aku punya tanggung jawab moral untuk memperpanjang tali silaturrahmi antara ayah dan keluarganya.
Rencananya, aku akan menginap satu malam dan akan kembali keesokan harinya dengan dijemput adikku, Amru. Kampung kami bukanlah tempat yang terlalu jauh, namun tak juga dekat. Bisa dijangkau dalam sejam lebih melalui jalur darat.
Sesampainya di sana, aku segera singgah di rumah Wak, kakak pertama dari ibuku yang kebetulan menikah dengan orang kampung ayahku. Sore ini kuhabiskan dengan menyambangi satu per satu rumah saudara. Baru selesai sholat isya, usai melanglang buana ke mana-mana, aku memutuskan untuk kembali ke rumah Wak.
Di sini, aku menghabiskan malam dengan menonton film horor yang belakangan cukup viral bersama dengan kakak sepupuku. Aku disuguhi berbagai macam kudapan berlimpah yang disuguhi empunya rumah. Dari snack bar, minuman kaleng, madu, dan yang paling spesial, mie instan yang dimasak khusus dengan bumbu mie aceh.
Waktu terasa berlalu begitu cepat. Di antara jerit-jerit kaget karena adegan horor yang mencekam dan suara renyah kudapan yang tak henti-hentinya kami kunyah.
TEAM 7
Congratulations! Your post has been upvoted through steemcurator09.Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Upvoted. Thank You for sending some of your rewards to @null. It will make Steem stronger.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
We invite you to continue publishing quality content. In this way you could have the option of being selected in the weekly Top of our curation team.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Thank you for publishing a post on the Hot News Community, make sure you :
Verified by : @fantvwiki
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Fantastic diary game. Enjoyed reading your diary game today. At the end of your diary game you shared a horror movie story.
In fact, after watching any horror movie, I feel panic for some time. I also feel such panic, that's why I don't watch such movies.
Anyway, good luck to you. Take love dare.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit