The Diary Game: Kamis 23 Januari 2025 | Hari Paling Bahagia Tahun Ini

nanti saya jelaskan kenapa senyumnya dimikian

Diary saya hari ini berbeda. Saya ingin menulis dengan 'alur' mundur. Jika ada pembaca yang kurang berkenan, untuk kali ini saya minta maaf. Atau jangan-jangan kalian sesekali juga suka dengan gaya terbalik. Hehe. Tapi ikutilah! siapa tahu benar-benar suka. Haha.

Saya mulai dari malam, setelah salat magrib. Ya, berapa saat setelah ibadah yang rakaatnya berangka tiga itu, grup LBM dayah Mudi tiba-tiba dilumuri emot api dan sejenisnya. Analisa saya: mungkin, hanya mungkin, semuanya mengekspresikan kebanggaan terhadap satu pesan dasar.

Sreenshoot pesan dasar dalam grup LBM

Saya merasa perlu menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Berikut:

"Tulisan Anggota LBM, Zulkarnaini Ar (saya), dikopas oleh Abu Mudi dan di dibagikan ke dalam grup Lembaga Pendidikan Islam (LPI). Menyala Karnen (saya)"

Jika kalian pernah baca postingan terakhir saya sebelum ini, kalian akan temui salah satu narasi yang dalam membangun pujian kepada guru saya, Abu Mudi. Di sana sebenarnya saya tidak sedang dalam konteks pujian, tetapi lebih pertunjukan bukti kalau bahwa saya telah menumpukan gaya baru dalam dunia penulisan.

Lalu, di sana, saya cantum sebuah narasi saya yang sedang membicarakan fakta tentang guru saya. Lalu saya posting ke Facebook. Tahu apa yang terjadi setelah? Abu Mudi membaca tulisan tersebut dan membagikannya ke salah satu grup yang dipenuhi oleh para pembesar dayah Mudi.

Setelah membaca pesan di atas, tahukan apa yang saya rasakan. Saya bersaksi bahwa untuk tahun ini, inilah kebahagiaan terbesar saya. Apakah kalian menganggap fakta diatas sesuatu dapat dianggap sebagai kebahagiaan? Abu Mudi kawan! Abu Mudi membaca dan membagikan tulisan saya. Tahukan siapa beliau? Kalau chat GPT saja tahu, kalian gak mungkin. Kecuali memang terlalu konservatif. Ekh. Hehe.

mengekspresikan kebahagiaan

Mungkin, hanya mungkin, fakta di atas sederhana bagi banyak orang tapi bagi saya. Super. Saya sepakat dengan mereka yang merasa hal di atas adalah kesederhanaan. Karena setiap orang punya titik harap masing-masing. Jadi kebahagiaan itu bergantung pada titip harap yang diset oleh setiap mereka. Saya berikan ilustrasi berikut ini:

"Kalau seseorang punya 10, lalu titik harapannya berada pada angka 7 maka dia akan sangat bahagia. Apalagi kalau titik harapannya diset pada angka 5, maka akan merasa bahwa dia adalah orang paling diistimewakan ketika sudah memiliki 10.

Semua itu berbeda, jika yang dia dapat 10, tapi titik harapannya diset pada angkat 13, maka dia akan kecewa. Apalagi kalau berharap untuk angkat 15, maka akan merasa dia adalah orang paling sial saat yang dia miliki hanya pada angka 10."

Jadi, untuk bisa hidup bahagia, sederhana. Tinggal set saja titik harapanmu kepada manusia pada angkat yang lebih rendah serta berhenti memikirkan angka yang lebih tinggi apalagi jauh dari angka yang kita miliki. Ngerti kan.
Inilah aktivitas serta cerita batin saya malam ini.

Pagi harinya, tadi pagi sebelum cerita di atas, aktivitas berjalan sebagaimana bisanya. Hanya saja subuh ini pengajian bersama Abu libur. Saya kurang tahu apa alasannya.

Setelah salat zuhur, saya memilih waktu kosong itu untuk ngopi di warkop Rasie Kopi. Sorry cerita saya kali ini relatif panjang. Tapi saya rasa tidak masalah asalkan poin yang membuat panjangan tulisan menjadi penting untuk setiap pembaca.

ngopi di Rasie Kopi

Setelah asar, saya kembali lagi ke pondok pesantren. Kali ini saya menghabiskan waktu sejenak di kantor Lbm. Melihat beberapa beberapa buku yang tertarik untuk saya baca. Bukan hari ini. Tapi kapan-kapan. Hehe.

di kantor Lbm

📷 Picture	Photography
Model	iPhone Xs Max
iOs	18
Camera used	Handphone
Photographer	@joel0
Location	Aceh
Edit	lnCollage

Best Regard @joel0