Mengenang 18 Tahun Tsunami (26 Desember 2004-26 Desember 2022)

in hive-111300 •  2 years ago  (edited)

Screenshot_20221226-205822_1.png
Source

LUCYMssPjPkNSqA4R8GVisGuWmEiTbcWLWDufxa8iJ53FUiV2L9kHKEnuu6UwsBt3cx5E6NcvszNnJfW9jHK1r75pZmy847jKrMG5a7jbq3dm87hyXyT8oFqwBU93E...rNwjABCfyvYfbdAgxnm3wsNki43HvKg7P7WARxDUpLvvmmBBaz3C9R6u4w1ejbfEcD8o8gxPKZxu6Je7uE72y2RVbTvs3EUdVLieGffqKyQg8C3J7SQrNe5yp.jpeg

Assalamualaikum sahabat steemians...!

Salam sejahtera untuk kita semua.
Saya doakan semoga kita senantiasa dalam keberkahan dan kebahagiaan sampai selamanya aamiin.

Kembali lagi dengan saya @muthmainnah,pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi kisah pengalaman saya yang selamat dari bencana Tsunami yang terjadi 18 Tahun yang lalu. Saya merupakan salah satu anak yang Tinggal di daerah pesisir pantai Sawang Geudong Samudra. Pada ketika itu saya masih duduk di kelas 1 MTSN dan seperti biasanya hari Minggu merupakan hari libur belajar dan waktunya untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah yang sempat tertunda selama satu Minggu maklum saja waktu itu kami belum bisa membagi waktu dengan baik.

Cucian satu ember penuh sudah terselesaikan dan sekarang waktunya saya untuk sarapan pagi bersama bersama kakak dan keponakan saya karena ibunya sedang di sawah untuk6a-tiba gempa pun mengguncangkan bumi dengan SR yang sangat tinggi. Sehingga kami semua turun dan duduk di atas tanah sampai gempanya mulai berhenti kemudian kami semua naik ke rumah lagi. Beberapa menit kemudian adik sepupu saya pun datang dan menanyakan apakah saya mau ke pantai atau tidak? Padahal walaupun saya tinggal di daerah pesisir namun saya sangat jarang ke pantai apalagi baru selesai gempa.

Dan tidak lama setelah perbincangan itu terjadi terdengarlah suara seperti suara angin yang kencang dan karena penasaran kami semua keluar termasuk ibu saya yang baru saja bersalin 50 hari. Sesampainya di depan rumah semua orang sudah berlarian sambil bergumam (ie laot ka jiek u darat(air laut sudah naik ke darat) kami masih bingung dengan apa yang mereka ucapkan dan dalam hitungan detik air pun seperti tertembak di hadapan kami. Tidak ada yang bisa kami lakukan saat itu selain berusaha berlari namun air itu lebih cepat dari langkah kaki kami.

Dan pada saat itu kami pun terpisah dengan satu gulungan air yang begitu dahsyat. Dan Alhamdulillah adik sepupu saya sempat berlari dengan kencangnya sehingga ia pun tiba dirumahnya dengan selamat dan naik ke atas loteng.

32FTXiZsHoAW6noHJDhrg3W8ZKHVFSsLYM859aTDCF8iErLsNVu8rGBdLNeF8GRDCq3RqppeTACAuMSrXr9R15TUqDjYyyeFbUkcR4cpw2GfjvVvuiFmWn4rfGSFZ6qYeAGvNyBk5Hvp2iVL.jpeg

Saksi bisu kencangnya arus Tsunami

Awalnya saya bersama dua keponakan saya sempat terbawa arus dan tersangkut di pohon bambu ini. Dulu di pemakaman umum yang ada di depan rumah saya ini pohon bambunya sangat banyak sehingga ketika kami tersangkut disana kepala keponakan yang masih dalam gendongan saya pun nangis kesakitan (masih terngiang-ngiang suara tangisan itu) dan kemudian air pun semakin lama semakin naik dan dalam satu gulungan lagi kami semua terpisah entah kemana.

IMG-20221226-WA0025.jpg

Disinilah tenggelam dan terapungnya saya akibat arus Tsunami

Hal yang paling saya ingat setelah gulungan terakhir itu terjatuh dalam sebuah tambak dan saya pada saat itu tidak ada daya dan upaya apa-apa terapung tenggelam dan terbawa arus seperti seekor semut. Ibu saya juga ikut tenggelam dan terpisah dengan adik bayi saya yang masih berumur 50 hari karena jatuhnya pagar tetangga ke atas perutnya sehingga jatuhlah adik saya dalam gendongannya,sempat meraba dan mencari posisi adik Dimana namun arus Tsunami itu sangat cepat secepat kilat menyambar. Sedangkan adik saya ia selamat walaupun pada awalnya ia ternaik ke atas pohon kelapa seiring tingginya air tersebut. Ketika air mulai turun dan ia pun langsung turun dan berlari ke rumah nenek yang tidak terbawa oleh arus tapi hanya tergeser beberapa meter saja kebelakangnya.

Namun perjuangan saya tidak hanya sampai disitu walaupun ketika masih tenggelam dan terombang-ambing itu sempat tersirat dalam hati kalau memang takdir Allah saya meninggalkan ya sudahlah karena memang saya tidak berdaya sama sekali. Dan ketika saya mulai pasrah, tiba-tiba pertolongan Allah datang berupa satu pohon bambu dan saya pun kala itu seperti mengapung dan langsung menggapai pohon bambu tersebut.

Saat ini saya langsung bisa melihat banyak sekali orang yang sudah mengapung di daerah pertambakan bahkan pada saat itu juga tidak ada kata yang keluar dari semua mulut kecuali hanya tahmid,tahlil dan takbir. Dan disana juga saya berjumpa dengan bibi saya,pada waktu yang bersamaan sang bibi menanyakan keadaan ibu dan lainnya tidak banyak yang bisa saya ceritakan karena Sampai ada saat ini saya juga tidak tau keberadaan ibu begitupula dengan keadaan kakak dan ayah.

Setelah satu jam lebih berjuang di daerah pertambakan kami pun langsung pulang dengan bermodalkan kayu kecil ditangan untuk mengetahui keadaan jalan apalagi suasana nampaknya juga sudah aman. Dalam perjalanan pulang tiba-tiba gelombang air yang kedua pun datang sehingga dengan tergopoh-gopoh kami pun langsung naik ke sebuah pohon walaupun sebelumnya sempat terjatuh ke dalam sebuah tempat yang biasa digunakan untuk menaikkan dan menurunkan air dalam sebuah tambak.

Dari atas pohon kami bisa melihat saudara ipar ayah kami yang sedang berjuang dan melawan dahsyatnya arus tersebut namun Allah sudah berkehendak lain langkah dan rezekinya sudah ditutup hari ini. Innalilahi semoga Allah cabutkan nyawanya dengan keadaan Husnul khatimah aamiin.

Gelombang kedua pun mulai reda dan kami langsung pulang dengan perlahan-lahan dan akhirnya sampai juga kami dirumah bibi yang tidak terlalu jauh dari arah pertambakan tersebut. Sesampainya disana mereka pun menanyakan kondisi kakak ipar ayah kami yang awalnya sempat selamat pada gelombang pertama dan ketika gelombang kedua datang ia sudah turun dari tempat yang tinggi untuk mencari saudaranya dan arus pun datang dengan begitu cepat dan ia pun terbawa arus yang begitu dahsyatnya.

Setelah gelombang kedua selesai semua orang langsung buru-buru dan keluar dari tempat tinggalnya masing-masing untuk mencari tempat yang lebih aman. Saat itu kami diarahkan untuk langsung berjalan kaki menunju Mancrang Aron. Tidak terasa seolah-olah perjalanan itu sangat dekat dan dalam perjalanannya kami juga sempat naik Fuso supaya lebih cepat aman lebih baik. Sebelum langsung ke Mancrang saya singgah sebentar di rumah bibi di simpang Mulieng untuk mandi dan bersih-bersih apalagi di dalam rambut saya sudah berkumpul bermacam-macam sampah. Setelah bersih-bersih,saya pun dijemput oleh Abang ipar saya dan dibawa kerumahnya. Sampai disana saya langsung bertemu dengan sang kakak yang tidak berhenti menangisi kedua anaknya yang sudah terbawa arus bahkan sampai saat ini tidak ada yang tahu dimana keberadaannya apakah masih hidup atau tidak.

Badan sudah mulai aman tapi hati dan perasaan masih tak karuan karena mengingat ibu dan ayah yang belum juga ditemukan bahkan adik dan dua Keponakan saya juga belum diketahui keberadaannya. Berdoa sambil berharap akan adanya keajaiban Allah yang datang kepada kami, tiba-tiba jam 5 sore kami dapat berita yang bahwa keponakan saya yang plaing kecil sudah ditemukan di sebuah rumah sakit di daerah Tanah Pasir dan akan dikebumikan sore itu juga.

Sesampainya dirumah Abang ipar sang Keponakan langsung dimandikan bahkan saya sendiri juga ikut proses pemandiannya. Ketika perutnya ditekan maka air kehitaman pun keluar dari duburnya sangat banyak. InsyaaAllah akan menjadi tabungan bagi orang tuanya kelak aamiin.

IMG_20220503_101150_821.jpg

Adik saya yang selamat dari bencana Tsunami(yang berada di tengah)

Dihari kedua kejadian saya langsung berangkat ke Teupin punti karena ibu beserta ayah saya sudah berada disana. Sesampainya disana kami terus melakukan pencarian untuk adik dan keponakan kami dari Geudong sampai ke lhokseukon namun belum membuahkan hasil. Dan di hari ketiga kami dapat kabar yang bahwa keponakan kami sudah ditemukan dalam keadaan yang sudah tidak bernyawa walaupun begitu tetap bersyukur setidaknya kami masih bisa melihat wajahnya yang terakhir kalinya.

Waktu pun berjalan begitu cepat semua penduduk sudah mengungsi di tempat yang aman namun kami tidak diizinkan untuk tinggal di tempat pengungsian tersebut oleh paman. Pada hari kelima kami dapat kabar lagi yang bahwa ada penemuan seorang bayi yang masih menggunakan cawatnya. Ibu langsung buru-buru untuk memastikan rupanya itu adalah jasad adik kami walaupun sudah 5 hati tapi wajahnya masih seperti bayi yang sedang tidur.

Hari berganti hari dan bulan pun berganti bulan dan akhirnya tibalah saatnya kami untuk pulang ke kampung halaman. Pada awalnya kepulangan banyak trauma beban pikiran namun lama kelamaan beban itu pun hilang dan kami bisa kembali beraktivitas seperti biasanya.

Demikianlah sedikit cerita tentang pengalaman saya. Semoga ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Jika kita sudah mulai salah arah maka kembalilah kepada Allah,pengampunannya seluas jagat raya ini. Dan semoga saja musibah ini yang pertama dan terakhir kalinya aaamiin.

Semangat untuk semua korban yang selamat karena badai pasti akan berlalu...!

Wassalam,

Salam hangat

@muthmainnah

LUCYMssPjPkNSqA4R8GVisGuWmEiTbcWLWDufxa8iJ53FUiV2L9kHKEnuu6UwsBt3cx5E6NcvszNnJfW9jHK1r75pZmy847jKrMG5a7jbq3dm87hyXyT8oFqwBU93E...rNwjABCfyvYfbdAgxnm3wsNki43HvKg7P7WARxDUpLvvmmBBaz3C9R6u4w1ejbfEcD8o8gxPKZxu6Je7uE72y2RVbTvs3EUdVLieGffqKyQg8C3J7SQrNe5yp.jpeg

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Thank you, friend!
I'm @steem.history, who is steem witness.
Thank you for witnessvoting for me.
image.png
please click it!
image.png
(Go to https://steemit.com/~witnesses and type fbslo at the bottom of the page)

The weight is reduced because of the lack of Voting Power. If you vote for me as a witness, you can get my little vote.