SEC S11W1 | Challenging Your Beliefs about Motherhood and Fatherhood

Untuk tema berjudul Challenging Your Beliefs about Motherhood and Fatherhood, saya sedikit memulai pembicaraan ini dari keyakinan saya sebagai seorang muslim. Hal ini penting agar semua pembaca dapat memahami apa yang saya maksud, sehingga pemikiran saya tentang tema kontes dapat saya ceritakan dengan baik. Saya cukup menghargai perbedaan dan berharap anda juga memiliki pemikiran yang sama, sehingga semua postingan yang ada di minggu pertama dapat kita nikmati bersama.

Dalam kitab suci kami yang beragama Islam, Tuhan menjadikan manusia dengan berpasang-pasangan. Yakni suami dan istri dengan tujuan agar manusia mendapatkan ketenangan, dan keturunan yang bisa melanjutkan tugas menjadi pemimpin di muka bumi. Ini menjadi landasan dari apa yang saya pikirkan, bahwa penting bagi manusia baik laki-laki atau pun perempuan untuk menjadi seorang ayah dan juga ibu.

Pada bagian lain saya juga menyakini bahwa Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Artinya penting bagi seorang laki-laki atau seorang perempuan untuk nantinya menjadi seorang ayah dan ibu dari anak-anak mereka, hal ini karena besar harapan dan tujuan dari sebuah pernikahan. Maka dapat saya katakan menikah dan menjadi seorang ayah ataupun ibu merupakan kesempurnaan dari sebuah proses kehidupan, yang nantinya dapat melanjutkan regenerasi yang akan datang.

Berpasang-pasangan selalu menjadi hal yang istimewa, dapat berbagi kebahagian serta hidup berdampingan antara laki-laki dan perempuan atas dasar ikatan sah sabagai keluarga merupakan kenikmatan yang tidak akan dapat anda ceritakan, terlebih bila anda menjalaninya dengan baik dan penuh dengan rasa cinta mencintai.

Tidak ada yang perlu dikorbankan atau mengesampingkan tujuan dan impian, menjadi orang tua berarti memiliki tanggungjawab secara seimbang. Artinya impian dan tujuan harus tercapai untuk keluarga dan anak-anak kita ada didalamnya, di satu sisi kita juga harus memprioritaskan apa yang menjadi hak anak anak kita.

Pada akhirnya apa yang menjadi impain dan harapan setelah menjadi orang tua, tidak perlu dikesampingkan. Selalu ada jalan terbaik bagi mereka yang mau berpikir, dan saya yakin kita dapat menjalaninya dengan sedikit usaha, sehingga tujuan dan impian tidak di korbankan.

Semua orang memiliki hak mereka masing-masing, mereka merdeka atas dirinya. Pilihan untuk tidak memiliki anak merupakan kebebasan, namun tidak cukup menurut pandangan saya. Menjadi seorang ayah dan memiliki istri bagi pria seperti saya, merupakan impian banyak orang. Memiliki anak adalah sebuah kebanggaan dan kesenangan, memilih untuk tidak memiliki anak membuat anda tidak pernah merasakan hal tersebut.

Banyanknya pasangan yang tidak Dianugerahi Anak membuat mereka bersedih, sehingga mereka berusaha melakukan motede pengobatan untuk mendapatkan keturunan. Bentuk usaha yang nantinya dapat menghadirkan anak di tengah tengah kehidupan, menjadi pelengkap dari sebuah ikatan suami dan istri. Ini menjadi gambaran dan juga jawaban, bahwa anak dalam ikatan pasangan sah suami dan istri merupakan sesuatu yang penting dan harapkan kehadirannya.

Pada prinsipnya untuk menjadi seorang ayah dan ibu atau sering di sebut orang tua, harus memiliki kesiapan secara mental dan financial. Cinta tidak dapat menjadi bekal untuk anda melanjutkan kehidupan, butuh sesuatu yang nyata lebih dari pada cinta. Maka untuk menjadi seorang ayah dan ibu dibutuhkan kondisi yang ideal untuk menjalaninya, semua aspek yang mendukung di perlukan.

Namun ada juga anggapan dari negara kami, memang tidak semuannya dapat dipercaya tapi dapat juga di ikuti. Menikahlah, hiduplah berpasangan, karena semua yang dibutuhkan akan datang sendiri dengan usaha dan doa. Masing-masing memiliki rezeki mereka sendiri-sendiri, yakin dan percaya bahwa setelah menikah dan menjadi seorang ayah dan ibu rezeki akan datang dengan apa yang ada usahakan untuk mencarinya.

Sekian postingan singkat saya di minggu pertama ini, semoga menjadi postingan yang menarik untuk dibaca.