Lifestyle : Belajar itu Butuh Biaya]

Salam hangat Steemian semua

Hidup berulang kali di banting oleh ekspektasi. Terkadang rasa putus asa menyelimuti untuk berhenti. Namun seluruh jerih payah yang dikeluarkan mengajak diri untuk merenungi. Pada saat tanggung jawab yang di pikul menjadikannya beban. Banyak dorongan yang mengajak konsisten berjuang. Hanya kerja keras yang mampu menyelamatkan.

Terlalu banyak biaya yang dikeluarkan. Terlalu penuh pengalaman yang dihasilkan. Kenapa juga berhenti di tengah jalan.

Segala tenaga yang dikeluarkan. Teramat banyak keringat yang bercucuran. Segala usaha telah dicurahkan. Pada seonggok do'a yang terkucur. Jangan sampai mimpi yang di bangun perlahan terkubur. Tidak perlu memperbanyak waktu untuk mengukur kemampuan. Ibadah menjadikannya wadah untuk mencurahkan segala resah.

Aktivitas bertani yang tergolong baru berjalan dengan segala persiapan. Terlalu banyak biaya yang diinvestasikan. Kegagalan datang secara bergantian. Pembelajaran memang di dapat dari pengalaman. Itulah sebuah resiko yang diperoleh bagi manusia yang belajar. Belajar tidak ada yang gratis, teman. Belajar itu memerlukan biaya yang besar.

Putus asa bukan pilihan yang harus disandarkan. Terlalu banyak kegagalan yang menjadikannya pelajaran berharga. Kegagalan bagian dari ekosistem yang harus dihadapi. Segala persiapan memang memerlukan kesiapan. Memperkecil resiko dengan segala evaluasi. Analisa yang matang mempengaruhi manusia bertumbuh dalam berproses.

Tiba saatnya di waktu jeda untuk protes. Menghibur diri untuk menyegarkan pikiran. Bertemu dengan saudaranya di tepi jalan. Menciptakan perbincangan hangat untuk mengambil segala pembelajaran. Kegagalan memang patut dibagikan untuk memperoleh kesuksesan. Segala solusi di terima dengan cara diperbincangkan. Semesta terlalu ramah bagi manusia yang tidak berhenti belajar.

Membuka cakrawala agar pikiran terus bertumbuh. Meningkatkan kapasitas berfikir dengan dialogis. Manusia diciptakan untuk bersosialisasi dengan mengikuti beberapa seminar. Terkadang memang sepantasnya untuk mengeluarkan biaya. Jika jalan itu harus ditempuh, kenapa harus dilakukan secara setengah-setengah. Daripada menyebabkan pikiran terengah-engah.

Beruntungnya kegagalan yang saya terima dapat di analisa secara mandiri. Terlambat juga untuk menyesali sebuah keputusan yang di pilih. Tugas saya hanya menikmati seluruh proses. Walaupun dapat dikatakan bermain di bidang pertanian cukup lama. Waktu istirahat yang tergolong lama lah yang membunuh segala pengalaman yang sempat dialami. Pada akhirnya, belajar secara berulang dilakukan yang kedepannya menjadinya manfaat untuk diri sendiri dan banyak orang.

Terima kasih telah berkunjung dan membaca tulisan saya. Dukungan yang kalian berikan akan menciptakan semangat tersendiri. Sampai bertemu kembali di lain kesempatan...