THE WORLD IN 2030 #2 : Indonesia akan kekurangan talenta digital "TALENT CRUNCH".

Negara Indonesia yang di julukan sebagai (Tiger Cap Ekonomi Asia Tenggara) sebagai negara maju dalam sektor perekonomian, tentu saja dengan perkembangan ekonomi Indonesia akan menjadi daya tarik tersendiri untuk mengambil gambaran apa yang akan terjadi 8 tahun di akan datang. Seperti halnya dalam keinginan saya untuk mengambil peranan menganalisis yang akan terjadi di negara saya yang tercinta ini.

Di kesempatan ini, saya sendiri akan mencoba mengambil peranan penting untuk meningkatkan asahan otak saya menganalisis apa yang akan terjadi di 8 dekade sejak sekarang ini. Sejak tahun 2018 indonesia memiliki predikat digitalisasi tercepat di dunia menurut survei mackensi. Masifnya aplikasi layanan keuangan digital di perbankan mempercepat proses ini, tidak hanya berfungsi pada sektor banking lahirnya banyak bank digital banyak mengubah struktur ekonomi yang disebut new ekonomi.

Dari beberapa data yang saya analisis kembali, perkembangan digital Indonesia yang meningkatkan pada tahun 2015 mencapai USD 8 miliar, di tahun 2018 meningkat hingga USD 27 miliar, sehingga 2021 peningkatan kualitas digital mencapai USD 100 milliar yang mencapai angka fantastis.

Salah satu menjadi tantangan adalah sumber daya manusia, bank dunia mengingat bahwa di 2030 Indonesia akan kekurangan talenta digital mencapai 18 juta orang tenaga kerja teknologi digital.

Untuk menghindari membutuhkan 2 ketrampilan utama agar talenta digital yang didapat berkualitas tinggi. Menurut habibie (ketua pelaksana wantiknas), untuk mendapat talenta yang berkualitas yang tinggi ada 2.

• "pertama high skill yang benar-benar mengerti terhadap teknologi yang kita hadapi. Misalnya, aktivis intelejen, blockchain, cloud computing, data analisis, data output. Banyak sekali zaman digital seperti ini yang harus memiliki soft kill yang kadang agak berbeda, yang saya sebutkan sebagai 3C :

1. Critical thinking.
2. Communication : dengan adanya komunikasi dengan orang tidak akan menjadi masalah besar.
3. Collaboration : dengan adanya digitalisasi kita bisa langsung berbicara dengan bermacam orang atau organisasi unit atau juga strata sosial yang membuat kita fleksibel dalam pemikiran tersebut."

Dari beberapa universitas di Indonesia saat ini belum kelihatan melahirkan ide-ide cemerlang yang kemudian menjadi inti daripada bisnis modal perusahaan besar, padahal itu adalah intinya silicon valley menurut saya itulah yang perlu kita benahi. Tapi kalau kita lihat di universitas kita apa sudah bagus, saya rasa bagus tapi hanya sebagian tidak semuanya.

_{sumber gambar kompas}

Dari beberapa hasil Twitter yang saya telusuri, dalam beberapa komentar masyarakat Indonesia. Saat ini mereka lebih fokus pada perkuliahan untuk mendapatkan gelar sarjana dan ijazah saja. Bagi mereka tidak perlu paham tentang kurikulum dalam mata kuliah mereka, karena di Indonesia percuma memiliki predikat tertinggi jika perusahaan besar tidak memiliki nilai yang kompeten untuk memilih pekerja yang berkualitas baik dari perusahaan besar di Indonesia. 88,2% paham kurikulum agar siap kerja, 11,8 yang penting dapat gelar sarjana saja%

Dapat di simpulkan generasi centennials menaruh harapan besar pada kurikulum yang akan mereka pelajari, meskipun tidak bisa di abaikan begitu saja, karena banyak dari generasi centennials lebih banyak memilih asal lulus mendapatkan gelar sarjana saja. Harapan besar saya untuk Indonesia 8 tahun akan datang, semoga perusahaan industri besar di Indonesia dapat melakukan kerja sama dengan universitas terbaik. Terutama untuk meningkatkan hasil terbaik pada tahun 2030. Jika (TALENT CRUNCH) benar terjadi di 8 tahun akan datang maka generasi muda akan down dan berdampak pada sumber daya manusia dan ekonomi Indonesia. Inilah beberapa hasil hipotesis saya dalam menganalisis yang akan terjadi beberapa dekade akan datang.