Di halaman rumahku, tumbuh sebuah pohon mangga yang rindang. Pohon ini bukan hanya menjadi tempat berteduh di siang hari, tetapi juga rumah bagi sebuah tanaman yang tak kalah menarik—bunga episcia. Tanaman ini tumbuh subur di salah satu cabangnya, merambat indah dengan daunnya yang berwarna hijau tua berpadu corak keperakan, dan sesekali muncul bunga kecil berwarna merah yang mencuri perhatian.
Pertemuan Pertama dengan Episcia
Aku pertama kali melihat episcia tumbuh di sana tanpa sengaja. Mungkin karena angin membawa bijinya, atau seseorang sebelumnya menaruh potongan batangnya di pohon itu. Awalnya, aku mengira itu hanya tanaman liar yang akan merusak pohon mangga. Namun, seiring waktu, aku mulai menyadari keunikannya.
Daunnya tampak seperti permadani hidup, begitu lembut saat disentuh. Bunganya yang mungil memberikan aksen warna cerah di antara dedaunan hijau pohon mangga. Meski episcia dikenal sebagai tanaman hias yang biasa ditanam dalam pot, tanaman ini terlihat begitu alami merambat di pohon mangga.
Harmoni Alam
Episcia dan pohon mangga tampaknya hidup dalam harmoni. Tanaman episcia tidak merusak pohon, hanya menempel dan merambat tanpa mengambil nutrisi secara berlebihan. Ketika angin bertiup, daun episcia bergerak lembut, seakan menari bersama ranting mangga. Saat musim mangga tiba, bunga episcia menjadi teman yang sempurna bagi buah-buah mangga yang mulai bermunculan.
Seringkali, aku duduk di bawah pohon ini, menikmati suasana tenang sambil memandang episcia yang semakin tumbuh subur. Bunga-bunga kecilnya menjadi pengingat bahwa keindahan bisa muncul di tempat yang tak terduga.
Inspirasi dan Kebahagiaan
Suatu hari, seorang tetangga yang sedang berkunjung memperhatikan episcia di pohon mangga itu. “Ini cantik sekali, seperti taman vertikal alami,” katanya. Ia bahkan meminta beberapa potongan batang episcia untuk ditanam di rumahnya. Dengan senang hati, aku memberikannya.
Episcia di pohon mangga ini mengajarkanku bahwa alam punya caranya sendiri untuk menciptakan keindahan. Kadang, kita hanya perlu berhenti sejenak dan memperhatikan hal-hal kecil di sekitar kita.
Kini, pohon mangga di halaman rumahku bukan hanya dikenal karena buahnya yang manis, tetapi juga karena episcia yang merambat indah di batangnya. Keduanya menciptakan pemandangan yang memanjakan mata dan hati, setiap hari.