Apakabar rekan steemians. Saya tertarik dengan sebuah kedai penjual makanan. Sudah sangat lama saya ingin masuk ke kedai yang punya nama agak unik. Yakni Duckter, Spesialis Bebek Goreng. Lebih lanjutnya saya akan paparkan di bawah ini.
Foto by @munaa
KAMIS kemarin, sama seperti hari-hari yang lain. Setelah mengantar anak ke sekolah, saya bergegas pulang. Kali ini saya berencana berurusan dengan Bank Aceh Syariah di Lamprit. Tujuan utama untuk mengurus keperluan perusahaan. Sebelum berangkat ke sana, saya menyiapkan berkas-berkas di rumah. Pukul 10 pagi semua kelar. Satu map berkas saya bawa ke Bank Aceh.
Saya sangat optimis pagi ini. Semua berkas yang saya siapkan akan diproses untuk pembuatan internet banking perusahaan atau IBC. Tiba di sana, sudah cukup banyak nasabah yang mengantri. Saya juga ikut mengambil nomor antrian. Satu jam kemudian, gilaran saya berurusan dengan seorang petugas di Coustmer Service.
Setelah diperiksa dengan teliti, ternyata ada kesalahan. Saya pun bergegas keluar untuk memperbaiki. Saat tiba lagi, ternyata masih ada yang salah juga. Lalu, saya pun balik lagi. Selesai segala urusan? Tenyata belum. Rupanya masih ada legalitas yang tak termasuk di dalam berkas saya. Surat dari Kemenkumham.
Saya pun sedikit tak habis pikir. Kenapa bisa-bisanya begitu. Saya cek diemail, data ini belum tersimpan. Akhirnya, saya pun pamit. Terpaksa harus balik lagi esok harinya. Pulang ke rumah dengan mood kurang menarik. Saya pun tak bisa berlama-lama. Sebab, pukul 14.30 Wib, harus segera berpindah tempat.
Kali ini mengantar anak-anak untuk mengikuti les. Lesnya di Beurawe, Banda Aceh. Masuk les pukul 15.00 Wib. Satu jam saja mereka belajar di sana. Untuk mengisi waktu ini, saya memilih menunggu di warung kopi terdekat. Sambil bekerja dan membuat postingan untuk media atau website.
Pukul empat sore saya menjemput keduanya. Lalu, sebelum pulang membeli makanan untuk si kakak yang sedang sekolah. Hari ini memang jadwal kunjungan untuk menjenguk dia. Karena itu kami membeli sebungkus nasi penyek sambal bakar. Setelah mengantar bingkisan ini, kami pulang. Pukul 17.00 Wib, kami sudah tiba di rumah.
Setelah itu, saya berangkat membeli menu favorit saya di Duckter, Spesialis Bebek Goreng. Nama Duckter ini sebenarnya kata satiran. Asal katanya Dokter. Lalu Owner Duckter Fauzan punya alasan memplesetkan kata tersebut menjadi Duckter. Duck sendiri bahasa Indonesianya bebek. Di tulis Duckter dia berharap bisa menjadi pengingat bagi konsumennya.
Kalau biasanya kita sering membaca plang prakter dokter specialis. Pasti akan terbaca begini dr Munawardi, Sp.M, Spesialis Penyakit Mata. Sejatinya, Fauzan juga ingin menjelaskan bahwa dia adalah peracik menu bebek. Boleh dibilang specialis bebek goreng. Tapi faktanya, dia tidak hanya menjual bebek goreng saja. Di sana juga ada menu ayam goreng, telur dadar krispi dan lainnya.
Saya pun membeli satu bungkus dengan harga 23K. Setelah membayar, saya menunggu hampir 15 menit, baru kemudian pesanan saya siap. Kali ini saya tidak membeli bebek goreng, tapi membeli ayam goreng dengan bumbu hitam, kuning dan terasi. Tiga bumbu ini ternyata amat nikmat. Cukup enak. Ayam gorengnya juga renyah. Bikin nagih.
Setelah membeli ayam goreng di Duckter Specialis Bebek Goreng, saya pun segera berangkat pulang. Lima menit sebelum pukul 18.00 Wib, saya sudah tiba di rumah. Karena waktunya kepepet, saya pun menyimpan dulu. Setelah magrib baru menikmati ayam goreng ini. Alhamdulillah, hasilnya tidak mengecewakan.
Bahkan, saya bertekad, esok harinya saya akan kembali lagi. Ini hampir sama dengan motto mereka; jika kurang garam laporkan ke kami, tapi bila menu kami cukup enak, kabarkan kepada tetangga.