"Self-Talk", Big think Or Big T-hink(hink) Mungkin Kata Bang Him Morning

Big think or big t-hink(hink)

---

Apakah penting berdiskusi dengan diri sendiri ? Apakah penting memberikan segepok pertanyaan bertubi-tubi atas apa yang terjadi di sekitar diri kita sendiri ? Apakah beberapa para anasir melakukan hal yang sama atas apa yang selama ini diimplementasikan dalam kehidupan si Ana, Anu, Ani(-ani ?) ???

---

Beberapa orang gemar menyebutnya self-talk. Yep, kata lain yang lebih elementer untuk mengatakan berdiskusi dengan diri sendiri. Percaya atau tidak, penulis personally sangat meyakini bahwa beberapa anak Adam melakukan perihal tersebut sejak dini. Ini bisa jadi merunut pada mendengar beberapa kisah tolan atau bisa jadi juga pengalaman diri. Lantas menjadi anehkah hal tersebut ??? Saya pribadi haqqul yaqin bahwa beberapa orang tidak yakin dan beberapa orang melazimkannya. Bagi penulis sendiri, menjadi beda ialah sah-sah sahaja selama masih dalam koridor, ikut aturan main dan tidak nyeleneh walakin pada zahirnya akan dianggap sedikit aneh.

---

Self-talk diyakini merupakan salah satu hal yang sangat krusial dalam kehidupan seorang insan. Terang saja hal ini memiliki dampak yang besar yang nantinya akan berpengaruh terhadap tindakan lantas pikiran atau bahkan sebaliknya, pikiran barulah berujung pada tindakan. Perlu sedikit mawas diri menafsirkan asbab statement di atas tadi ianya bersifat ambigu seperti cintaku padamu (dark jokes, skip). Self-talk ibarat kau membangun komunikasi dengan banyak versi dirimu dari segala sisi dalam satu waktu tertentu dengan seru.

Ketika seseorang melakukan self-talk ialah diperyakini bahwa seseorang akan lebih bisa mengontrol (isi) pikirannya terlepas apa yang akan terjadi atau bahkan sudah terjadi di dalam hidupnya.

Lantas hal tersebut dapat diartikan bahwa seseorang akan memiliki remote (control) terhadap dirinya ketika ingin merespon atas apa yang terjadi di sekitarnya, entah itu pada masa sekarang, masa lampau atau masa yang akan datang.

---

Lumrahnya mereka yang memiliki self-talk yang tinggi, akan lebih berhati-hati serta tidak gegabah dalam atau ketika merespon sesuatu yang dianggap freak dalam tanda kutip tebal-miring-garis bawah. Pikiran mereka yang berpunya self-talk dipercayai lebih senantiasa damai & bisa bersahabat dengan dirinya sendiri plus dunia tipu-tipu yang ada di sekelilingnya. Biasanya mereka juga akan dominan & jauh lebih terlihat bak orang yang memiliki pikiran & aura yang sehat karena memilih self-talk sebagai salah satu win-win solution ketika berhadapan dengan sesuatu di depannya atau sekitarnya.

---

Self-talk juga pada umumnya akan membuat seseorang lebih berhati-hati dan berpikir ulang atau berkali-kali ketika ingin melakukan sesuatu.

Yep, hal ini tak lain erat kaitannya dengan atas apa konsekuensi yang akan terjadi ketika kita merespon sesuatu dengan pongah polah variable U, P, S, E, T, B, U (let’s play the puzzle, mates).

---

Seekor kucing terlihat sedang self-talk atau bisa jadi (bisa) sedang berbicara dengan yang tak kasat mata bersua sambekala di sebuah bangunan tua pada zaman Hindia Belanda di Tanah Purabaya

---

Self-talk jua berperan sebagai alarm atas mantik kita untuk bertindak-tanduk baik sebelum atau sesudahnya. Alarm krusial (self-talk) ini akan berbunyi biasanya ketika kita melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan naluri kita, tolan yang toxic, lingkungan kerja yang nyentrik menggelitik, sesuatu yang bersifat negatif atau dan lain sebagainya.

Contoh satu kasus yang paling gampang(an) ialah mereka yang gemar membuat status di sosial media dengan bermaksud menyindir seseorang baik itu secara ironi maupun sarkas. ”Menyala Hp-ku”. Begitulah kiranya dampak positif plus negatif zaman yang semakin naif merta canggih. Jujur saya sampai sekarang saya pribadi tan mafhum atas apa ada yang di mantik para cend(eki)awan tersebut. Terkadang beberapa dari mereka bahkan datang dari segelintir orang yang mempunyai background pendidikan tinggi dengan gelar seabrek-abrek gebraknya, posisi yang tinggi dalam bagan perusahaan, organisasi atau lembaga bahkan dibaluri dengan jejeran rewards di ruang kerja atau tamu mereka.

---

Saya teramat sangat paham bahwa isi kepala setiap anak manusia memang tak sama. Tapi apakah harus berlagak sedemikian rupa dengan mengabaikan sampingkan self-talk berlebih berpongah perangai di sosial media ???!

---

Tak dipungkiri bahwa penulis pula nir boleh mengejudge para alien yang sah(a?) tinggal di bentala-Nya. Setiap kita berhak berpijak di planet yang sama meski memang teramat lampau sukar berpunya atas pada paradigma yang sama.

---

Berangkat dari hal tersebut, penulis berupaya mengulik serta menginformasikan bahwa betapa pentingnya berusaha melakukan self-talk kepada diri kita, terutama yakni pabila kita dihadapkan pada segelintir situasi, kondisi, para ahjusi, si Ana, Anu atau Ani(-ani ?) yang idam ~menge-kick (read : sindir) di sosial media daripada memanggil baik-baik untuk diajak berdiskusi atau bertatap muka. Tan perlu agih enigma lagi, bahwa ini semua tentunya perlu melakukan self-talk atas dirimu, apakah perlu jari-jarimu memencet tombol huruf di Hp pintarmu itu atau panggil mereka yang kau anggap posibiliti punya ihwal pasal dengan dirimu meski terkadang kau sendiri juga bingung apa pasal (ayat)nya.

Ajak ngopi mungkin perlu sekali-kali agar mereka cakap paham bahwa mereka juga perlu mencicipi kopi(kir) hitam atau putih dan dapat membedakan kira rasanya dengan atau tanpa gula. Big think or big t-hink² mungkin kalau kata Bang Him Morning.

---

---

Warm regards,
Intropluv

@asiahaiss