Pentingnya Maulid Rumahan | 50% Share Reward Guide for World Smile Project

Pagi yang indah, mendapatkan undangan dari Sohibul Fadhil, Tgk Fahri, untuk membacakan maulid di rumahnya. Bersama Cut lem, dan jamaah balee pengajian Sahabat Aceh. Kami lantunkan Syair dari Kitab Maulid Adhiyaul Lami' susunan Habib Umar bin Hafidz.

Kami bacanya ganti-gantian bab per bab, diselingi dengan Shalawat dan Qasidah yang sudah Masyhur bagi orang rumah.

Sebenarnya, event maulid ini adalah agenda maulid kampung, namun hajat beliau untuk tetap membaca di rumah, walaupun di meunasah sudah ada Maulid barzanji.

Sudah menjadi adat, Di Aceh peringatan Maulid Nabi ﷺ dilaksanakan 100 hari. Terhitung dari 12 rabiul awal hingga akhir bulan jumadil Akhir. Salah satu kampung biasanya menentukan peringatan 1 hari diantara 100 hari tersebut, untuk memperingati maulid di tahun tersebut. Kampung lain mengambil hari yang berbeda. hingga begitu seterusnya.

Cita-cita kami, bacaan maulid ini menjadi budaya untuk dibacakan dirumah-rumah, bukan cuma di meunasah atau dayah. Sebagaimana mengikuti perkataan Imam As-Suyuthi dalam kitab wasa'il fii syarhil syama'il

مَا مِنْ مُسِلِمٍ قَرَأَ فِي بَيْتِهِ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا رَفَعَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الْقَحْطَ وَالْوَبَاءَ وَالْحَرْقَ وَالْغَرْقَ وَاْلآفَاتِ وَالْبَلِيَّاتِ وَالْبُغْضَ وَالْحَسَدَ وَعَيْنَ السُّوْءِ وَاللُّصُوْصَ عَنْ أَهْلِ ذَلِكَ الْبَيْتِ، فَإِذَا مَاتَ هَوَّنَ اللهُ عَلَيْهِ جَوَابَ مُنْكَرٍ وَنَكِيْرٍ، وَيَكُوْنُ فَي مَقْعَدِ صِدْقٍ عِنْدَ مَلِيْكٍ مُقْتَدِرٍ

“Tiada seorang muslim pun yang membaca Maulid Nabi saw di rumahnya kecuali Allah mengangkat kemarau, wabah menular, kebakaran, karam, penyakit, bala, murka, dengki, mata yang jahat dan pencuri dari penghuni rumah tersebut."

"Jika orang tersebut meninggal dunia, niscaya Allah memudahkan baginya menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir, dan adalah tempat duduknya pada tempat yang benar di sisi Tuhan yang Maha Memiliki dan Berkuasa."

Maulid rumahan ini jika bisa dilaksanakan dengan keadaan sesederhana mungkin. Tanpa perlu memikirkan makanan berat yang merepotkan yang punya rumah. Apalagi panggung, sound system, hingga lighting.

Sesederhana kehadiran rombongan takziah sekaligus untuk samadiah. Selama ada yang mimpin doa, tiga orang pun jadi.

Maka saya sangat antusias dengan undangan Tgk Fahri, meskipun sedang nyangkut benang antara pipi dan gusi. Nyut-nyutan sakit gigi pun saya abaikan biar budaya baca maulid di rumah-rumah bisa jalan. Saya niatkan mudah-mudahan majelis maulid jadi obat untuk gigi ini.

Tetap antusias Meskipun harus balik dan nyetir mobil dari Bireuen ke Banda Aceh jam setengah 2 malam, paginya biar bisa berhadir di tempat beliau. Semoga menjadi wasilah penggugur dosa.

Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi menyampaikan bahwa membaca kitab maulid ini adalah sarana untuk menyambungkan hati kita dengan Rasulullah SAW. Suatu amalan pelengkap yang dibutuhkan oleh umat di akhir zaman, yang sudah jauh dari zaman kenabian.

Jadi budaya orang Aceh yang meniatkan kanduri atau hidangannya untuk Rasulullah SAW, mari menambahkan dengan menyambungkan hati dengan Rasul SAW, melalui bacaan Maulid dan Shalawat.

Shallu Alan Nabi Muhammad...