Contest Environment : Homesteading – Upaya Menurunkan Pemanasan Global dengan Menanam Tanaman Palawija

Halo Steemians...

Bagaimana kabarnya hari ini...? Mudah-mudahan selalu dalam keadaan sehat wal Afiat

Di era modern ini pemanasan global atau Global Warming terjadi begitu cepat. Salah satu contohnya yaitu terjadinya kemarau di musim hujan dan turunannya hujan di musim kemarau. Begitulah perubahan iklim yang terjadi di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa musim penghujan di Indonesia biasanya terjadi pada Oktober hingga April dan musim kemarau terjadi pada April hingga Oktober. Namun sekarang sudah tidak menentu lagi.

Salah satu cara untuk menurunkan pemanasan global yaitu dengan menanam pohon. Menanam pohon untuk hal ini tidak mesti menanam pohon besar seperti bakau, Pinus, Jati dan lain-lain. Kita juga bisa membuat kehijauan dengan menanam berbagai macam sayuran atau tanaman palawija di pekarangan rumah. Mulai dari tomat, cabai, bawang, kunyit dan lain-lain.

Seperti halnya yang saya lakukan beberapa bulan yang lalu. Saya menanam beberapa tanaman di pekarangan rumah. Walaupun rumah yang saya tempati ini merupakan rumah sewa (kontrak), saya menanam beberapa tanaman palawija di pekarangannya. Saya membuatnya seperti kebun kecil. Tanaman yang saya tanami yaitu kunyit, terong, serai, seledri, pandan, cabai rawit dan lain-lain.

Tanaman jeruk purut saya tanam dalam pot bunga bekas

Pandan saya tanam langsung di atas tanah yang lembab

Cabai rawit yang sudah bisa di panen

Serai dan daun kari atau salam koja

Seledri yang begitu hijau (subur)

Saya menanam tanaman palawija tersebut di dalam pot bunga bekas. Pot-pot tersebut milik pemilik rumah yang saya sewa. Saya juga membuat pot tanaman tersebut dari beberapa barang bekas, seperti wadah bekas pembersih kamar mandi (prostex 2L), botol bekas dan lainnya. Untuk tanah sebagai media tanam, saya mengambilnya di kebun belakang rumah mama (+- 2 km dari rumah saya).

Di awal-awal saya menanam, tanaman palawija saya tumbuh begitu subur hingga panen pertama kalinya. Namun kemudian berubah setelah diserang oleh hama. Uniknya hama yang menyerang tanaman palawija saya yaitu semut merah yang berukuran kecil (bahasa Acehnya Sidom Bak’et). Semut-semut ini menyerang bagian bakal buah dan pucuk daun. Sehingga tanaman saya menjadi botak tanpa daun dan akhirnya banyak yang mati. Hal ini terjadi karena tanaman tersebut tidak bisa melakukan proses fotosintesis lagi. Seperti yang kita ketahui bersama, salah satu syarat untuk terjadinya proses fotosintesis yaitu harus ada zat hijau daun klorofil.

Tananam terong yang terserang hama semut merah

Melihat tanaman palawija saya banyak yang mati, saya menjadi malas untuk merawatnya. Hingga beberapa waktu yang lalu, di sini sering turun hujan. Sehingga banyak gulma yang tumbuh di dalam pot tanaman saya. Awalnya saya berpikir bahwa gulma tersebut akan merusak tanaman saya. Namun pada saat saya ingin membersihkannya, ternyata di dalam pot tanaman tersebut tidak ada lagi semut merah yang menyerang pucuk daun. Biasanya semut merah akan membuat sarang di atas permukaan pot. Karena permukaan pot sudah ditutupi oleh gulma, maka semut merah tidak bisa membuat sarang lagi. Sehingga tanaman-tanaman palawija saya bisa tumbuh dan berbuah kembali.

Tidak ada lagi sarang semut merah setelah membersihkan pot dari gulma

Sekilas terlihat gulma tersebut mengganggu dan merusak pandangan mata. Tetapi jika kita perhatikan dengan saksama, gulma tersebut menjadi pencegahan alami untuk tanaman palawija saya. Sekarang kebun kecil saya pun terlihat lebih hijau.

Kebun kecilku pekarangan rumah yang sempit

---

Sekian uraian saya tentang upaya saya untuk menurunkan pemanasan global dan membantu penurunan harga beli keperluan dapur

---

Terima kasih kepada Bg @klen.civil selaku penggagas kontes ini dan terima kasih juga kepada senior-senior kami: @heriadi @el-nailul @miftahuddin @irawandedy @sofian88 @radjasalman @patjewell

Salam
@sabarman
Myself
Facebook
Instagram