Di Aceh, tukang pangkas bukan sekadar profesi biasa, melainkan sebuah budaya dan tradisi yang memiliki nilai tersendiri dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Tukang pangkas atau barber di sana sering kali menggabungkan keterampilan memotong rambut dengan keahlian berinteraksi yang akrab. Umumnya, mereka dikenal ramah dan sering kali menjadi tempat cerita atau berbagi informasi di sekitar lingkungan.
Warung pangkas di Aceh biasanya memiliki suasana yang khas, dengan kursi-kursi sederhana dan cermin besar yang kadang sudah tampak tua. Beberapa tukang pangkas bahkan memasang foto tokoh-tokoh lokal atau menampilkan tulisan-tulisan Islami sebagai dekorasi. Alat pangkas mereka, seperti gunting, pisau cukur, dan sikat, sering kali disusun dengan rapi.
Selain keterampilan teknik memangkas, tukang pangkas di Aceh juga memiliki sentuhan lokal yang khas. Beberapa bahkan menggunakan minyak wangi khusus atau ramuan tradisional untuk perawatan rambut dan kulit kepala, sehingga menghasilkan aroma yang khas Aceh. Selain itu, mereka sering kali menyediakan layanan tambahan seperti memijat kepala atau punggung, menjadikannya pengalaman yang lebih lengkap.
Di samping itu, beberapa tukang pangkas juga sering menjadi teman diskusi bagi para pelanggan. Mulai dari cerita-cerita ringan, membahas berita lokal, hingga membicarakan masalah-masalah sehari-hari, warung pangkas ini menjadi tempat berkumpul dan berbagi cerita. Bagi sebagian orang, tukang pangkas di Aceh bukan sekadar tempat potong rambut, melainkan sebuah tempat sosial yang menyatukan komunitas.
Upvoted! Thank you for supporting witness @jswit.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit