Kemarin saya tidak sempat membuat postingan dikarenakan harus menghadiri pesta pernikahan adik sepupu yang berada di desa Pagar Air Kabupaten Aceh Besar. Saya bersama keluarga berangkat satu hari sebelumnya, karena jarak tempuh yang jauh kira-kira menghabiskan waktu sekitar 4-5 jam perjalanan.
Pukul setengah sepuluh kami tiba di tempat acara. Cuacanya agak sedikit mendung. Cuacanya begini membuat jantung sedikit bedebar karena takut jika kehujanan. Jantung semakin bedebar ketika jam sudah menunjukkan pukul 10.00 Wib tapi katering belum juga datang.
Saya sedikit heran dengan keterlambatan kru katering yang biasanya pukul 10.00 Wib para kru sudah mempersiapkan segala macam kebutuhan di atas meja makan yang telah disusun untuk tamu pria dan wanita secara terpisah. Kru fotografer malah terlihat agresif sedang mempersiapkan alat tempurnya. Mereka sudah menyiapkan pencahayaan dan setelan pada kameranya masing-masing.
Pukul 11.00 Wib rombongan mempelai wanita datang dengan membawa beberapa bungkusan buah tangan. Membawa beberapa bingkisan merupakan adat daerah Aceh.
Mempelai wanita sebelum memasuki perkarangan rumah mempelai pria juga disambut dengan sebuah tarian tradisional Aceh Ranup Lampuan yang diperagakan oleh beberapa anak TK kampung setempat.
Para tamu sudah disiapkan dengan menu hidangan makanan. Tak lupa pemilik rumah menyediakan kuwah beulangong yang merupakan makanan khas Aceh Besar. Kuwah beulangong merupakan kuah kari berisi daging kambing atau lembu yang dimasak dalam belanga besar. Setelah para penari tradisional menyambut tamu, maka para tamu yang menghantar mempelai wanita dipersilahkan mencicipi hidangan yang sudah dipersiapkan.
Cuaca yang semula terlihat mendung kembali cerah. Saya bersama keluarga tidak langsung pulang ke tempat asal, namun kami pun mencuri kesempatan untuk beberapa saat berkunjung ke tempat wisata yang ada di Aceh Besar. Berkunjung ke tempat wisata ini akan saya tulis pada postingan selanjutnya.
Bireuen, 16 Maret 2020
Regards,