Kemah di pinggir Danau Lut Tawar yang sejuk.

---

My Favorite Place: The Cold of City Takengon

My favorite place is actually my own house and a house of worship. But of course that's not what is meant in SEC-S10W5–"My Favorite Place". When I read the title, my mind immediately went to a cool location not too far from Lhokseumawe, the city where I live.

I've been visiting Takengon since elementary school. At that time we watched the traditional horse race which takes place every year. Now, the competition takes place twice a year, namely during the celebration of the anniversary of Takengon City in February and the anniversary of the Independence of the Republic of Indonesia, in August.

So, if there is a question about how many times I have visited Takengon, I cannot answer it. Maybe hundreds.

What and how is your favorite place?

Takengon is the capital city of Central Aceh District, one of the 23 regencies/cities in Aceh Province, Indonesia. In the past, Bener Meriah Regency was part of Central Aceh Regency. In 2003, Bener Meriah became an autonomous region.

Takengon has an area of 4,454 km² with cool weather, around 18-25 Celsius. Compare that to Lhokseumawe which reaches 30-33 Celsius. Takengon City has a Freshwater Lake which is probably the only freshwater lake located in a mountainous area. Lut Tawar Lake is a source of water that never runs out for the community.

What makes it so special?

There are several reasons that make Takengon City so special to me:

1. Its fresh cool air makes it look different. Before deforestation and global warming occurred, when you were in Takengon it felt like you were in Europe. When we speak, we emit smoke from our mouths.
   My friend said, in the past the weather in Takengon reached 18 degrees Celsius.
2. The city of Takengon is close to Lhokseumawe. We always take Jalan PT KKA and it takes about 2 hours and 30 minutes (about 118 kilometers).
   We can leave the house early in the morning and return in the afternoon. So it doesn't take much time along the way. On the way too, many sights that can be enjoyed. So, this is not a boring trip, even though it can be tiring at times because the road is winding.
3. Many natural and cultural destinations that can be enjoyed in Takengon City at affordable prices. Visitors can choose any tour, such as nature, rafting, and cultural tourism. Don't forget, the world's most delicious coffee, one of which is from Takengon, including those supplied to Starbucks.
4. I have many friends here, both alumni of Bireuen State High School, fellow journalists, fellow election organizers, or fellow artists. There are many art and cultural events there and I am often invited.
   Many of my students also come from Takengon. Oh yes, on the 15th of July I will also visit Takengon with the alumni of the school. Within a year, I can visit Takengon up to 13 times.

Those are some of the reasons that make Takengon so special to me.

What do you do when you're at your favorite place?

Apart from vacationing with family and friends, in Takengon I also take part in various activities: office meetings, cultural arts activities, training for journalists, or just stopping after traveling from Gayo Lues across Takengon City.

Even though the main agenda is to attend training or meetings, we always take the time to explore tourist destinations in Takengon. In the midst of a narrow time, at least we can enjoy Gayo coffee, the pleasure of which will never be forgotten.

I want to know the favorite places of a @zainalbakri, @asiahhaiss, @amryksr, and @munaa. They are special people who certainly have a special place. Let's share.[]

---

Bersama dua anak lelakiku.

Mencari objek foto di pinggir Danau Lut Tawar.

---

My Favorite Place: Kota Dingin Takengon

Tempat favorit saya sebenarnya rumah sendiri dan rumah ibadah. Tapi tentu bukan iut yang dimaksudkan dalam SEC-S10W5 – "My Favorite Place". Ketika membaca judulnya saja, pikiran saya langsung tertuju ke sebuah lokasi sejuk yang tidak terlalu jauh dari Lhokseumawe, kota tempat tinggal saya.

Saya sudah mengunjungi Takengon sejak sekolah dasar. Waktu itu kami menonton pacuan kuda tradisional yang berlangsung setiap tahun. Kini, perlombaan tersebut berlangsung selama dua kali setahun, yakni pada saat perayaan hari jadi Kota Takengon pada Februari dan ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, pada Agustus.

Jadi, kalau ada pertanyaan berapa kali sudah saya mengunjungi Takengon, saya tidak bisa menjawabnya. Mungkin ratusan.

Apa dan bagaimana tempat favoritmu?

Takengon adalah ibu kota dari Kabupaten Aceh Tengah, salah satu dari 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh, Indonesia. Dulu, Kabupaten Bener Meriah termasuk bagian dari Kabupaten Aceh Tengah. Pada tahun 2003, Bener Meriah menjadi daerah otonom.

Takengon memiliku luas 4.454 km² dengan hawa sejuk, sekitar 18 – 25 Celcius. Bandingkan dengan Lhokseumawe yang mencapai 30 – 33 Celcius. Kota Takengon memiliki Danau Lut Tawar yang mungkin satu-satunya danau air tawar yang terletak di kawasan pegunung. Danau Lut Tawar menjadi sumber air yang tidak pernah habis bagi masyarakat.

Apa yang membuatnya begitu istimewa?

Ada beberapa alasan yang membuat Kota Takengon begitu istimewa bagi saya:

1. Hawanya yang sejuk yang segar membuatnya tampak berbeda. Sebelum terjadi penebangan hutan dan pemanasan global, ketika berada di Takengon serasa berada di Eropa. Ketika berbicara, dari mulut kita mengeluarkan asap.
   Kata kawan saya, dulu cuaca di Takengon mencapai 18 derajat Celcius.
2. Kota Takengon dekat dengan Lhokseumawe. Kami selalu melalui Jalan PT KKA dengan waktu tempuh sekitar 2 jam dan 30 menit (sekitar 118 kilo meter).
   Kami bisa berangkat pagi dari rumah dan pulang pada sore hari. Jadi tidak membutuhkan banyak waktu sepanjang perjalanan. Dalam perjalanan pun, banyak pemandangan yang bisa dinikmati. Jadi, ini bukan perjalanan yang membosankan, meski kadang melelahkan karena jalannya terjadil berliku.
3. Banyak destinasi alam dan budaya yang bisa dinikmati di Kota Takengon dengan harga terjangkau. Pengunjung bisa memilih wisata apa saja, seperti alam, arung jeram, dan wisata budaya. Jangan lupa, kopi ternikmat di dunia, salah satunya dari Takengon, termasuk yang dipasok untuk Starbucks.
4. Saya memiliki banyak sahabat di sini, baik sesama alumni STM Negeri Bireuen, kawan wartawan, kawan sesama penyelenggara pemilu, atau kawan seniman. Banyak acara seni dan budaya di sana dan saya sering diundang.
   Mahasiswa saya juga banyak yang berasal dari Takengon. Oh ya, tanggal 15 Juli ini saya juga akan mengunjungi Takengon bersama para alumni sekolah. Dalam setahun, saya bisa mengunjungi Takengon sampai 13 kali.

Demikian beberapa alasan yang menyebabkan Takengon begitu istimewa bagi saya.

Apa yang kamu lakukan saat berada di tempat favoritmu?

Selain berlibur bersama keluarga dan kawan-kawan, di Takengon saya juga mengikuti berbagai kegiatan: rapat-rapat kantor, kegiatan seni budaya, pelatihan untuk wartawan, atau hanya singgah setelah menempuh perjalanan dari Gayo Lues yang melintasi Kota Takengon.

Meski agenda utama untuk mengikuti pelatihan atau rapat, kami selalu memanfaatkan waktu untuk mengeksplorasi destinasi wisata di Takengon. Di tengah waktu yang sempit, minimal kami menikmati kopi Gayo yang kenikmatannya tak pernah terlupakan.

Saya ingin mengetahui tempat favorit seorang @zainalbakri, @asiahhaiss, @amryksr, dan @munaa. Mereka adalah orang-orang spesial yang tentunya memiliki tempat spesial. Mari berbagi.[]

---

Memotret kawan alumni STM Negeri Bireuen.

Menonton seni khas Gayo, didong, di Takengon, Aceh Tengah.