HUSNUDZAN TERHADAP UJIAN

in husnudzan •  6 years ago 

Tanggul air mata yang lama menahan duka, kini runtuh sudah. Menderas sepasang sungai bening, melarungkan kisah pilu yang mungkin hanya dipahami perempuan bergelar ibu.

Dia, kawanku. Dalam isak, terbata-bata mengeja takdir dua putranya. Berturut-turut menjemput ujian serupa. Diagnosa telah ditegakkan & dokter telah menjawab bimbangnya berbilang tahun. Dua lelaki kecil tampannya terlambat bicara, hingga usia TK tak banyak kata terlontar sempurna. Segala cara dicoba demi memompa kemampuan ananda. Tapi, tak jua putra-putranya tumbuh serupa balita sebaya. Lebih pilu hatinya, karena di kampung dia bernaung, segala rupa ujian atau penyakit kerap dirujuk sebagai kutukan, sebangsa karma atas dosa ayah bundanya dimasa lampau.

Seiring waktu, para tetangga mulai memanggil putra-putranya dengan julukan tak elok. Perih tak terkira dikubur pula dalam doa, semoga jiwa kedua putranya urung terluka tatkala kawan-kawannya menyapa mereka dengan isyarat dan panggilan tuna etika.

Ikhtiar baru ditempuh, rekomendasi audiologis mendaulat BTE untuk mengamplifikasi suara pada hearing impairment yang dialami. Kawanku dan suaminya tersenyum kecut, mengalihkan seribu kecemasan atas mahalnya ongkos kesembuhan dua pangeran mereka. Namun apalah artinya semua benda yang masih bisa dihargai dengan rupiah ketimbang kelaikan hidup ananda dimasa depan. Mereka bekerja lebih keras. Menyulap tetesan keringat jadi lembaran mata uang yang sepadan dengan sepasang alat bantu dengar.

Akhirnya, sepasang Hearing Aid belasan juta melengkung kokoh didaun telinga Nanda & Dhito, dunia yang dulu lindap kini riuh aneka suara. Mereka gembira, tergagap-gagap meniru bebunyian yang lama senyap. Tetangga mendelik sinis, memandang sebelah mata euforia keluarga kawanku yang sedang berjuang mendaki undakan nasib yang lebih baik. Dengki tetangga mendengungkan gunjingan yang menyusutkan asa. Disebut-sebut dosa ibunya, dihitung-hitung kejahilan ayahnya. Hei tetangga, mengapakah bisa? berjamaah menghisab kesalahan orang lain yang mungkin telah lunas terampuni dalam timbangan Tuhan dengan taubatnya yang diam-diam. Adakah kalian telah menggeser kewenangan Tuhan?

Jangan begitu tetangga, sekiranya ujian serupa singgah dalam hidupmu, tidakah kamu berharap lebih banyak empati tuk menguatkan hati?. Tak perlulah kamu berburuk sangka, bahwa setiap cobaan dan penyakit yg menimpa hambanya mestilah mutlak hukuman Tuhan. Bila benar fikirmu demikian, beranikah kamu menduga- duga seberapa besarkah dosa nabiyullah Ayub AS sehingga ditimpa cobaan dan penyakit teramat dahsyat?. Atau, apakah kamu telah lupa? bukankah pabila Alloh swt mencintai hamba-Nya, maka Alloh swt akan mengujinya sebagai tanda kecintaan-Nya kepada hamba. Dengannya hati akan terdidik untuk taqorub kepada-Nya, bertaut sepanjang siang dan malam dalam campuran rasa khauf dan roja'. Taqorub ilallah adalah kemewahan yang sukar dijumpai ketika hamba terlelap dalam naungan rasa lapang dan rasa nyaman.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!