Hari itu jadi kelahiran Pancasila. Saya, kawan-kawan Lesbumi Jogja, mahasiswa STSRD VISI, dan santri Mlangi berkumpul di sebuah lapangan. Sore menjelang berbuka jadi riuh, sebab banyak layang-layang beterbangan di atas tanah lapang tempat anak-anak kampung biasa bermain bola.
Saya lupa rasanya main layangan. Sempat bingung karena nggak bisa memasang benang, seorang santri berbaik hati memasangkannya. Gaya sudah oke, yang kurang cuma aksi. "Bisa terbang nggak ini layangan?"
Setelah beberapa kali uji coba dan tentunya nemui kegagalan, akhirnya saya berhasil menerbangkan layangan, setinggi-tingginya, sampai benang gelasan habis. Sempat empat benang bertemu di langit, termasuk milik saya. Tetapi ketika layangan lain tumbang, milik saya tetap melangit dengan gagah.
Yah, hari sudah menjelang berbuka. Ketua Lesbumi menyuruh saya berhenti. Pelan-pelan saya menurunkan layangan. Begitu menyentuh tanah, yang ada hanya kepuasan. Saya memang suka hal-hal sederhana, seperti menerbangkan layangan.
Hidupku memang gapura. Gagal punya selera. Tapi membaca Bismillah yang memang sudah love dari sananya membuat enteng pikiran.
Dan puncaknya adalah ziarah. Mengingat bahwa raga dan nafas di dunia berada dalam kesementaraan. Pada akhirnya, semua akan kembali ke tanah, seperti layang-layang.
Foto: M. Jauhar al Hakimi @ Pesantren Pelajar-Mahasiswa Aswaja Nusantara Mlangi Yogyakarta
Congratulations @mhadid! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :
You published your First Post
You got a First Vote
Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word
STOP
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit