Di sini tidak ada roti dan keju, tiada susu dan madu. Di tempat anak-anak menangis, ibu-ibu merajuk, tempat para ayah meratap dan tempat anak-anak dibunuh oleh pikiran yang kusut. Tapi mereka tidak pernah surut.
Di simpang lorong yang sempit dan gelap seseorang memengang papan kecil yang bertuliskan kami juga manusia. Sekelompok orang mengetuk sebuah pintu dari emas yang tak kunjung terbuka. Lelah menunngu sampai akhirnya mereka pun berlalu, terus melaju.
Jangan tanyakan mengapa begini. Biarlah kami cari kehidupan, kelembutan dan cinta diantara darah dan ganasnya binatang rimba peradaban. Jangan menangis untuk ku, disaat semua kebahagia dan ceriaan pupus habis.
Berbahagialah untukmu di sana, walau pada hakikatnya kita sama. Meskipun tikungan nasib yang berbeda. Tapi kupastikan pada semua, ketika jasad dibaringkan dalam kubur, di sana antara raja dan hamba adalah sama.
Wahai Merpati putih terbanglah sampaikan pesan ini pada dunia, kami di sini punya mimpi. Pulang dan bawalah sebuah harapan di bawah sayapmu.