Perlombaan Pacu Kude (Kuda) di Takengon adalah sebuah tradisi turun menurun sejak tahun 1850 (Piet Rusydi thn 2011).
Pacu Kude ini dilaksanakan 4 kali dalam setahun yaitu :
- Di Kabupaten Aceh Tengah 2 kali
- Di Kabupaten Bener Meriah 1 kali
- Di Kabupaten Gayo Lues 1 kali
Saat event Pacu Kude digelar, nyaris seluruh masyarakat Kabupaten Aceh Tengah dan kabupaten sekitarnya tumpah ruah di lokasi perlombaan tersebut.
Saya melihat saat final hari minggu tanggal 27 Agustus 2017, anusias masyarakat Gayo utk menyaksikan perlombaan pacuan kuda sangat luar biasa. Mereka yang penting hadir, menonton kuda berlomba tidak atau tidak itu tidak penting bagi mereka, yang penting mereka hadir saat event tersebut. Sebuah tradisi yang sudah mendarah daging dalam tubuh masyarakat Gayo, mereka rela berpanas panasan di tengah lingkaran rel pacuan dengan mendirikan tenda.
Biasanya perlombaan ini dilaksanakan setelah masyarakat selesai panen padi, mereka membawa bekal tidak ubahnya seperti sebuah keluarga yang mau piknik.
Sekilas kita pandang dari kejauhan ratusan bahkan ribuan tenda sudah berdiri kokoh di seputaran arena perlombaan, sungguh menakjubkan. Bila penasaran segeralah berkunjung ke Takengon saat event Pacu Kude digelar.
Event Pacu Kuda juga menjadi ajang silahturrahmi antara keluarga yang berjauhan seperti foto dibawah ini adalah bertemunya keluarga dari Kabupaten Aceh Timur dengan keluarga di Kabupaten Aceh Tengah.
Saya akan selalu ingat keluarga baru saya di Pengasing Bebesan Aceh Tengah, saya rindu kalian, saya rindu dan ingat menyaksikan Pacu Kude tahun depan.
Kita kembali kesejarah singkat Pacu Kude di Aceh Tengah ini, pada tahun 1912 pihak Belanda melarang joki menggunakan pakaian, joki harus bertelanjang dada. Karena Belanda sangat antusias terhadap perlombaan ini sehingga setiap tanggal 31 Agustus Belanda selalu menyelenggarakan Pacu Kude untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun Ratu Belanda.
Salam Steemit
Terimakasih