ACEHTREND.CO, Blangpidie - Malam itu, Kamis (20/6/2018) tepatnya pukul 23:00 WIB. Suasana di sekitaran Kota Blangpidie sedang diriyuhkan dengan teriakan-teriakan kegembiraan para fans sepakbola yang sedang menikmati laga Uruguay versus Arab Saudi piala dunia 2018.
Namun, di balik rasa kegembiraan itu justru ada rasa yang berbeda yang dialami oleh Nuraini (80) salah seorang janda tua yang harus menumpang tinggal dipojok teras Menasah Nurul Ihsan Gampong Kuta Tinggi, Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).
Setelah mendapatkan informasi terkait kehidupan Nuraini, awalnya aceHTrend sedikit ragu atas informasi tersebut, karena rasa-rasanya tidak mungkin kehidupan masyarakat di bumoe Seramoe Mekah masih bernasib pahit seperti Nuraini. Apalagi Aceh pasca perdamaian tidak sedikit menerima suntikan dana segar yang berjumlah triliunan rupiah dari pemerintah pusat.
Nuraini, janda malang yang beralamat lengkap Gampong Mata Ie, Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Abdya hanya bisa pasrah dengan kondisi yang ia alami. Hal itu dibuktikan dengan kepolosan yang ia sampaikan saat ditemui aceHTend dipojokan menasah tempat ia bersama anaknya, M Nasir tinggal sudah kurang lebih lima bulan lamanya.
Saat pertama kali disambangi aceHTrend sekira pukul 22:30 WIB, Nuraini bersama M Nasir tidak berada ditempat, menurut keterangan warga sekitar, Nuraini sedang membantu cuci piring disalah satu warung di sekitaran Gampong tersebut, sehingga membuat saya harus menunggu selama setengah jam untuk bisa bertatap langsung dengan perempuan bermental baja itu.
Setelah menunggu beberapa saat, keinginan bertemu dengan Nuraini semakin kuat, sebab dari penggalan-penggalan cerita yang disampaikan oleh warga setempat membuat saya haus akan informasi detil yang nantinya akan disampaikan Nuraini secara lengkap.
Sesaat kemudian, jarum jam sudah menunjukkan pukul 23:00 WIB, saya bersama dengan salah seorang rekan kembali ketempat dimana Nuraini bersama M. Nasir beristirahat. Dari arah sekitar 3 meter dari pintu samping teras Menasah, tercium aroma asap obat nyamuk yang menandakan kedua manusia malang itu sudah berada diteras Menasah.
"Assalamualaikum Mak Wa," sapa aceHTrend dari seberang pagar.
"Waalaikum Salam," sahut Nuraini dari arah pojok gelap yang tidak ada penerang.
"Neu piyoh neuk, keno netamong u dalam (mampir nak, kesini masuk kedalam)," sapa Nuraini.
Tidak lama kemudian kami pun masuk menjumpai janda tua itu. Tubuh kurus dengan rentetan garis usia di wajah, Nuraini terbaring lemah di atas selembar tikar yang digunakannya untuk tidur. Tidak ada barang mewah di tempat itu, bahkan pakaianpun ia titipkan disalah satu kios warga yang ada di Gampong Kuta Tinggi.
Berselang beberapa saat, Nuraini mulai berkisah terkait sirah hidupnya, kepada aceHTrend ia mengatakan, semenjak ditinggal cerai oleh sang suami hidupnya mulai dilanda oleh berbagai cobaan dalam menghidupi keluarga kecilnya. Dulunya ia masih kuat, apapun pekerjaan yang bisa dilakukan pasti dikerjakan, yang terpenting halal.
"Kalau dulu apapun Mak Wa kerjakan, mulai dari buruh nyuci, buruh kebun termasuk mengumpulkan batu di sungai untuk dijual keorang yang memerlukannya," kisah Nuraini dengan mata berkaca-kaca.
Sepertinya penderitaan yang dialami Nuraini tidak berhenti di situ saja, sebab tidak lama kemudian sang mantan kekasih (suami) menghadap Ilahi Rabbi, sehingga Nuraini kehilangan orang terkasih, meskipun keduanya sudah pisah akibat perceraian.
"Tidak ada harta benda yang ditinggalkan oleh almarhum, jangankan rumah, tanah pun tidak ada. Sehingga saya bersama dengan M Nasir harus berpindah-pindah rumah dengan cara tinggal dirumah orang lain. Belum lagi M Nasir mengalami gangguan kejiwaan sehingga saya harus merawat dia dengan penuh kasih sayang," timpal Nuraini sembari melihat ke atas anak laki-lakinya itu.
Saat ditanyai kenapa memilih tinggal di menasah, Nuraini menjelaskan dirinya tidak ingin lagi menyusahkan orang banyak. Karena menurutnya tinggal di menasah adalah salah satu pilihan tepat baginya untuk merawat M Nasir.
"Yang paling penting saya bisa merawat M Nasir sekaligus bisa beribadah kepada Allah meskipun harus tinggal disini. Tentunya saya berharap Pemerintah melihat kondisi saya yang sudah tua renta ini," harapnya.
Nuraini mengatakan, selama ini ia hanya bisa bekerja sebagai orang yang berharap upah dari orang yang ingin memanfaatkan jasa kerjanya.
"Selama ini paling bantu-bantu orang dipasar Blangpidie mengupas tangkai cabe, cuci piring di warung-warung dengan imbalan 20 ribu rupiah. Dan uang itu bisa saya manfaatkan untuk membeli lauk. Kalau untuk beras sendiri Alhamdulillah masih ada, sebab beras fitrah kemarin banyak dikasih sama orang kampung," ungkap Nuraini. [ ]
Posted from my blog with SteemPress : https://www.acehtrend.co/tak-punya-rumah-janda-di-abdya-numpang-tinggal-di-teras-menasah-gampong/
Masya Allah..... Semoga mendapatkan perhatian dari pemerintah maupun dari para donatur.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit