Hujan adalah salah satu contoh bagaimana Allah memelihara makhluknya melalui suatu siklus rejeki yang mengalir.
Air mengalir dari sumbernya di pegunungan, melalui sungai hingga ke laut. Dari laut terangkat kembali ke langit menjadi awan dan turun lagi ke bumi dalam bentuk hujan. Hujan membasahi kebun-kebun, sawah hutan sebagian mengisi sumur-sumur dan mata air.
Mungkin jumlah air di bumi ini tetap tak berubah walaupun manusia memperpanjang siklus di atas dengan mengkonsumsi air menjadi masakan, minuman atau bahkan menggunakannya sebagai pembangkit tenaga listrik.
Perekonomian sejatinya juga begitu. Contoh simplenya begini:
Tuan A mendapat tugas ke kota B. Sesampainya di kota B, tuan A menyewa kamar di hotel C.
Tuan A membayar deposit 1 juta. Selesai membayar Tuan A tidak beristirahat dulu tapi langsung ke tempat tujuan beliau untuk bekerja terlebih dahulu.
Dari pembayaran Tuan A yang berjumlah 1 juta, Hotel C membayar hutangnya kepada supplier Tuan D. Mendapat bayaran 1 juta, Tuan D senang dan membayar uang sekolah anaknya di SDN E.
SDN E, berencana mengadakan acara perpisahan. Maka uang 1 juta itu dibayarkan ke Hotel C sebagai down payment.
Malam harinya Tuan A kembali ke hotel. Karena tugasnya sudah selesai Tuan A membatalkan bookingannya. Dan Hotel C mengembalikan uang Tuan A.
Dari ilustrasi ekstrim di atas tanpa disadari sebelum uang itu kembali kepada Tuan A, uang tersebut menyelesaikan beberapa masalah.
Walaupun uang 1 juta itu pergi dari Kota B, bersama Tuan A, namun uang tersebut telah digunakan sebagai pembayaran berkali-kali yaitu pembayaran kewajiban Hotel kepada supplier, terus kewajiban supplier kepada sekolah anaknya, dan kewajiban sekolah kepada Hotel. Begitu dan seterusnya dalam skala yang besar perputaran uang yang beredar dalam suatu kelompok masyarakat dapat menggerakkan roda perekonomian.
Perputaran itu berdampak positif bagi yang membayar maupun pihak yang menerima pembayarannya. Masing-masing pihak mendapatkan manfaat dan InsyaAllah menikmati juga keuntungannya.
Lalu bagaimana dengan uang yang berputar di meja judi. Misalnya A,B,C,D bersepakat berjudi. Jika A menang, perpindahan uang dari yang kalah sama sekali tidak memberi manfaat bagi yang kalah. Memang kemampuan ekonomi A bertambah. Sebagai pemenang, A bisa membeli banyak hal. Tapi pastinya A tidak akan selalu menang. Kemenangan itu hanya bersifat semu. Besok atau entah kapan, A akan kalah. Kekalahan judi hanya akan berakibat menurunnya kemampuan ekonomi pelakunya.
Judi biasanya menjadi pintu bagi hal-hal buruk lainnya. Apalagi kalau hasil kemenangan semu itu berlanjut pada hal-hal yang lebih tidak bermanfaat lagi seperti minuman keras, prostitusi dan narkoba. Sedangkan kekalahan judi bisa juga berakibat pada tindakan kriminal seperti pencurian, penipuan, KDRT dll.
Tahukah Anda, jumlah uang yang beredar di sebuah Casino di Las Vegas bisa lebih besar dari uang yang tersimpan di kluis sebuah Bank. Sedangkan industri pendukung yang ada di situ adalah hiburan dewasa, perjudian, prostitusi dan narkoba.
Uang haram itu seperti sungai yang tercemar limbah berbahaya. Korbannya bisa siapa saja termasuk keluarga Anda yang tidak berdosa.
Seandainya Anda hanya ingin sekedar mencobanya, kemudian ternyata Anda kalah. Pulang dari tempat judi sudah tanpa ada yang berharga lagi yang menempel di badan.
Walaupun layaknya monyet berkaos kaki yang menjadi bahan tertawaan orang, sebetulnya Anda harus bersyukur. Anda telah dibuat begitu supaya jera dan tak mengulanginya lagi.