12 Mei 1998 masih menjadi sejarah kelam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kerusuhan besar terjadi khususnya di Ibu Kota Jakarta, dimana pula Aceh pada masa itu dilema dengan Konflik Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan RI.
Kerusuhan tersebut mulanya dipicu krisis moneter secara global era pemerintahan Orde Baru, Presiden Soeharto, kemudian semakin memanas pasca tewasnya 4 orang mahasiswa dalam demonstrasi 12 Mei 1998 akibat tertebak peluru aparat kepolisian.
Hal paling mengesankan pada mas itu, selain kisruh yang sempat tak terkendali, koalisi Mahasiswa, Rakyat dan Organisasi lainnya berhasil menurunkan Presiden Soeharto dari jabatannya, kemudian dilanjutkan dengan Presiden Habibi.
Era pemberontakan tersebut banyak toko, bangunan dan perusahaan menjadi pelampiasan amukan massa, terutama milik warga Tionghoa yang seolah-olah konflik etnis, Jakarta, Medan dan Surakarta menjadi pusat kerusuhan terbesar pada masa itu.
20 Tahun berlalu sudah, hari ini 12 Mei 2018 menjadi refleksi bersama bagaimana roda kehidupan negara ini berjalan, 31 tahun dalam genggam kekuasaan Presiden Soeharto membawa Ini ke arah pertumpahan darah, kejahatan sistematis, dari orang hilang hingga pemerkosaan.
Mahasiswa pernah dicap sebagai musuh negara, namun berkat kekuatan penyatu itu Indonesia bangkit dari sisi gelap. Ya Mahasiswa bersama rakyat adalah kekuatan. Namun, bagaimana kondisi 20 terakhir, perubahan paradigma dan pola hidup membuat seolah-olah pendidikan tinggi (Mahasiswa) membuat jauh dari Rakyat.
AFStory