Kekuatan yang Membuat Saya Pergi ke Bandung untuk Menghadiri Meet Up KSI Nasional

Foto dari dompet mama. Kakek bersama anak-anaknya

Sabtu yang meriah itu, tak terbayang menjadi awal mula langkah untuk menuju Meet Up Nasional di Bandung. Kak Mariska memaksa saya untuk ikut ke sana. Sebelumnya saya pernah bercerita kepada beliau bahwa banyak keluarga saya yang tinggal di Jakarta. Jadi jika ke Bandung, sangat mungkin untuk mempererat tali silaturrahmi dengan keluarga.

Semula, Meet Up ini diagendakan pada tanggal 27 Januari 2018. Tanggal tersebut masih nihil buat saya untuk ikut. Namun, muncul pemberitahuan selanjutnya bahwa meet up akan diadakan pada tanggal 16 Februari 2018. Muncul dorongan dari dalam hati saya untuk ikut. Entah motivasi apa yang menggerakkan saya untuk mengiyakan ajakan @kemal13 ketika ia menanyakan "siapa aja yang ikut ke Bandung?"

Saya kemudian berfikir, kekuatan apa yang telah membuat saya untuk pergi. Saya menghadirkannya satu per satu, mencari sebab. Dalam tahun 2018-2019 ini ada beberapa rencana perjalanan yang ingin saya lakukan. Ini mungkin saja akan memerlukan biaya yang banyak. Tentu saja saya harus berhemat agar perjalanan tersebut terealisasi. Pergi ke Bandung untuk menghadiri Meet Up Komunitas Steemit Indonesia akan menguras biaya lagi, bagaimana jika rencana awal tidak terlaksana hanya gara-gara pergi ke Bandung ini?

Sebagian teman juga menanyakan hal yang sama dengan yang saya fikirkan. Mereka mengkhawatirkan biaya yang saya habiskan nanti tidak akan mencukupi untuk rencana perjalanan kami. Saya sendiri tidak sadar kenapa ingin sekali untuk menapaki pulau Jawa.

Sejak saya lahir dan mulai dewasa, di rumah kami hanya satu foto yang menarik perhatian saya. Foto berwarna itu menampilkan seorang pria yang berdiri dibelakang kursi dengan seorang wanita berwajah khas Filipina.

Nyan soe mak? (itu siapa mak?)

Saya bertanya kepada mama suatu kali. Kemudian beliau bercerita bahwa kakek punya banyak istri. Ada yang dari Filipina, Maluku, Aceh, dan Medan. Beliau adalah seorang yang sangat disegani di Sigli. Entah apa sebabnya, keluarga kami pernah menguasai pasar daging dan terminal labi-labi di Sigli. Semua urusan akan beres hanya dengan menyebutkan saya saudara Toke Ma'e. Mama dan 2 saudaranya adalah anak kakek dari istri yang di Aceh.
Anehnya tidak terjadi keributan antara keempat istri tersebut, bahkan hingga anak-anaknya.

Kakek bersama tante Sari

Malam kemarin, saya menghubungi tante Sari. Saya mengutarakan keinginan untuk menziarahi makam kakek di Jakarta. Tante Sari adalah anak kakek dari istrinya yang dari Maluku. Mama sangat akrab berbicara dengan beliau hingga telepon diberikan kepada saya.

Sekarang saya sadar, setelah 27 tahun saya di dunia, kali ini adalah kesempatan besar bagi saya untuk berziarah ke makam kakek yang tidak saya kenal sejak lahir. Inilah kekuatan yang mendorong saya untuk menghadiri Meet Up Komunitas Steemit Indonesia di Bandung.

Tidak pernah terbayang hal ini bisa terjadi. Mama terakhir ke Jakarta saja sebelum menikah. Dan kakak telah pernah berziarah saat mengikuti program IELTS di Semarang. Sekaranglah giliran saya. Steemit begitu berjasa, saya rasa. Lebih dari sekedar Steem dan Steem Backed Dollar, Steemit akan mempertemukan dua dunia kakek dan cucu yang hanya dipisahkan oleh lapisan tanah namun nun jauh tak terkira.

Dengan sebab cerita ini saya rasa @aiqabrago akan bertanya-tanya