Suatu Masa Menuju Tehran

in indonesia •  7 years ago 

Ramadhan hari kedua. Ingatan ini melayang ke masa lalu. Beberapa tahun lalu, tepatnya di tahun 2013. Menemani ayah berkunjung ke Turkey, untuk nyobain suasana Ramadhan di sana, plus berhari raya. Ibu males ikutan, karena paling ga suka berada di pesawat berlama-lama. Jadilah aku yang ketiban rezeki. Disponsori oleh adik tersayang, tiket dan akomodasi dengan surat tugas berjudul 'Perjalanan Dinas menemani Ayah ke Tiga Negara (Turkey, Iran dan Belarus)", haha.

Etapi, pada postingan singkat ini, aku hanya ingin bercerita tentang sepenggal kisah sesuai dengan judul di atas, sih! Jika kemarin bercerita tentang masa kecil di kampung halaman, tentang pengalaman Jak Cok Ie Bu di meunasah, maka kali ini, hal berbeda yang tiba-tiba terlintas di memory.

Here we go!

border anggrek ungu.png

Yup, pagi itu, Ayah, Andri dan istrinya, serta aku, sudah duduk manis di waiting room-nya gate sekian (aku lupa), di Istanbul Atatürk Airport, bersiap untuk berangkat ke Tehran, Iran. Karena sering dinas ke negeri Persia ini, maka saat kami berada di Istanbul, Andri, adikku, berinisitif untuk membawa kami main ke sini. Apalagi karena ayahku termasuk orang yang penasaran banget akan negeri kaum Syiah ini. FYI, kami termasuk muslim sunni. Maka kami pun langsung setuju saat melihat Tehran dan beberapa kota di sana duduk cantik di dalam list of our tour destination.

Namun, ada keraguan di hatiku kala duduk manis itu. Apa ga salah gate ini? Kok di gate ini, banyak sekali wanita-wanita yang berpakaian seksi, mulai dari yang berpakaian tank top rambut terurai, hingga ke yang sopan tapi tak berkerudung. Jangan-jangan ini penerbangan ke Eropa.

"Ndri, apa kita ga salah gate ini? Kok pada berpakaian seksi begitu ke Iran?"
Tanyaku polos, yang langsung membuat Andri tergelak. Loh, kan bayangan awam tentang Iran adalah wanita-wanitanya yang berpakaian hitam-hitam (jubah) dan berchador kan? Hehe.

"Haha, ga salah gate, Kak. You will be more surprised when you arrived at their airport. Be ready!"

Katanya lagi, semakin membuatku penasaran dan kepo tingkat tinggi, dan semakin ditanya, si Andri malah semakin jual mahal, ga mau ngasih tau, lihat sendiri aja nanti, katanya. Hm...

Di dalam pesawat menuju Iran.

border mawar campur.png

Kami menaiki pesawat Turkish Airline dan aku kebagian seat di sebelah sepasang suami istri (sepertinya sih orang Iran). Si istri pake baju backless (tanpa lengan) dan tentu saja tidak berhijab, cantik! Keduanya berperawakan tinggi besar, dan dari awal duduk di sampingku, asyik banget ngobrol berdua dengan suara gede dan tone tinggi. Bahasa yang dipakai adalah Farsi, yang jelas membuat aku roaming.

Seakan tak ada orang lain di sampingnya, keduanya terus ngobrol. Dan aku mencoba untuk tenang dan menikmati suasana. Membiarkan energi negatif mengemuka, tentu bukan cara bijak, yang ada malah bikin badmood bahkan berpotensi puasaku batal.

Saat pramugari datang menawarkan makanan, aku hanya bilang bahwa aku sedang berpuasa, dan melanjutkannya ke mereka yang langsung terima dan melahapnya dengan penuh semangat, seraya tetap ngobrol dan tertawa-tawa. Mereka sedang musafir, jadi wajar jika tak puasa. Hayyah.

Mereka makan dengan asyik sembari terus ngobrol. Bahkan sama sekali tak menganggapku ada di sebelah mereka, dan sedang berpuasa. Haha. Aku yakin, tentu tak semua orang punya etika buruk seperti ini lah. Mungkin ini hanya dua dalam seribu? Entah lah!

Dan sejumput pertanyaan sempat hinggap di kepala. Ini suami istri atau sedang pacaran sih? Kok obrolan ga ada habisnya? Haha. Jadi kepo kan eikeh?

Mendarat di airport dan...?

border black rose.png

Nah, ini saat yang aku nanti. Apalagi Andri mengingatkan untuk keep my eyes wide opened here. Kuperhatikan si ibu, tetangga sebelah, mulai mengeluarkan pashminanya, melingkari bahunya dengan selendang cantik itu, guna menutupi bahagian yang tak selayaknya mengintip keluar itu, di negeri Persia ini. Oh gitu...

Etapi, ternyata..., itu mah ga seberapa. Saat turun, aku ikut gelombang para wanita seksi yang berduyun-duyun ke toilet. Kepo banget, masak mau pipis semua mereka sih? Paling untuk dandan lah ya? Sambil jalan sambil dialog dengan pikiranku sendiri.

Dan...?
Dan ternyata sodara-sodara! Para wanita cantik, ya ibu-ibu, ya kakak-kakak kece, semuanya ke toilet untuk ganti kostum, bo'! Di toilet yang gede dan resik ini, mereka mengeluarkan jubah khas Iran, memakaikannya ke tubuh mereka, dan Taraaa!

Mereka pun terbungkus rapi, di dalam pakaian muslimah ala Iran dan siap melangkah masuk ke dalam negeri mereka. Aku dan pikiranku pun hanya mengangguk-ngangguk dalam hati.

O..., begitu rupanya!

border - rose and hand.png

Moral of the Story

Peraturan tak akan mampu mengikat manusia untuk sepenuhnya tunduk dan patuh menjalaninya. Utamanya dalam hal menutup aurat (berpakaian muslimah). Semakin diikat oleh aturan, maka semakin menjadi keinginan sebagian orang, untuk mendobrak ikatan aturan itu, karena sesungguhnya hati mereka belum siap untuk itu.

Maka tak heran jika begitu lepas landas dari negeri yang menerapkan aturan itu, maka mereka pun serta merta memerdekakan diri. Melepas atribut yang tak disuka, dan menjadi diri mereka sendiri. Dan begitu memasuki negerinya kembali, maka atribut pun kembali dipakai demi memenuhi regulasi yang ada.

Hanya panggilan hati, yang mampu memanggil seorang manusia
untuk tunduk dan patuh menjalankan
sebuah aturan seperti ini.

Oksana-Alaika dan ayah.jpg

Bersama adik ipar dan Ayah, photo belongs to Alaika Abdullah,
taken by Andri, adikku, di salah satu bagian kota Tehran, 2013.

Saleum,
Al, Bandung, 18 May 2018

follow me.png

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Seru jalan-jalannya, kak bunga itu pingin gigit..gimana sih?

Cerita yang menarik @alaikaabdullah, waiting for the next series of tehran story... 😯😯

Wah seru ya jalan jalan ke luar negeri😍

Aku kapan kakak ajak ke Turkey?

membayangkan suatu hari di bandara blang bintang juga ada toilet khusus karena harus berbusana muslim, kalau belum masuk bandaara dan menuju aceh sih terserah pilihan masing masing

I would like to know about your culture