Pada postingan ini saya akan sedikit mereview mengenai Sastra Aceh, tulisan ini merupakan hasil review dari buku acehnologi volume 2,acehnologi ini merupakan buku bapak Kamaruzzaman Bustamam Ahmad, PH.D beliau merupakan dosen saya di fakultas Syari’ah & Hukum, kampus UIN AR-RANIRY Banda Aceh.
Sebenarnya apa sih itu sastra Aceh? Sebelum saya menjelaskan sastra aceh, saya akan menjelaskan pengertian sastra itu sendiri. Sastra adalah tulisan, karya, atau karangan.
Mempelajari sastra aceh sama seperti menggali sikap bathin yang ada di dalam masyarakat aceh sendiri, sastrawan aceh mengatakan hikayat yang ada di Aceh tersebut salah satu budaya yang sangat erat kaitannya dengan masyarakat aceh tersebut.
Sebagaimana kajian Sejarah Aceh pada bab sebelumnya, sastra aceh ini juga memiliki persamaan yaitu sama-sama kajian Melayu. Sastra Melayu merupakan sastra yang hidup pada era masyarakat tradisional yang masih diikat oleh Adat Istiadat masyarakat setempat. Dalam kajian kesastraan Indonesia, sastra Aceh sangat minim kali pembahasannya, biasanya hanya dikupas mengenai kesastraan etnik itupun menggunakan bahasa Melayu. Menurut Teuku Iskandar Kesastraan Aceh lanjutan Kesastraan Pasai dan Melaka.
Dari uraian diatas dapat di saya simpulkan bahwa, sastra aceh ialah suatu hasil karya atau seni yang di kembangkan oleh masyarakat aceh, seperti : hikayat, bahasa, dan seni-seni lainnya. Hasil-hasil karya aceh tersebut merupakan simbol atau ciri khas yang ada di Aceh.
Salah satu contoh sastra aceh yaitu Hikayat Perang Sabi, yang merupakan rintihan (isi hati) atau puisi Inspirasi semangat perang yang dituliskan oleh Ulama Aceh yang bernama Tgk. Muhammad Pante Kulu, yang bertujuan untuk membangkitkan semangat jihad siapa saja yang terjun ke Medan perang melawan Belanda yang pada saat itu sedang menjajah Aceh.
Contoh hikayat Aceh
https://goo.gl/images/hB2cT2
Hikayat perang sabil ini sangat membangkitkan semangat jihad rakyat Aceh untuk melawan Belanda, dalam hikayat Aceh ini terdapat 4 bagian (kisah). Pertama, hikayat tersebut menceritakan kisah Ainul Mardhiah, sosok bidadari dari syurga yang menanti jodohnya orang-orang yang syahid dalam medan perang.Kedua,mengisahkan pahala syahid bagi orang-orang yang tewas dalam perang sabi. Ketiga, mengisahkan tentang said Salamy, seorang Habsi berkulit hitam dan buruk rupa. Keempat, mengisahkan tentang kisah Muda Belia yang sangat mempengaruhi jiwa para pemuda untuk berjihad di medan perang melawan kezaliman penjajahan Belanda.
Karya –karya Aceh tidak terlepas dari sejarah peperangan yang terjadi disekitar Aceh. Karya-karya tersebut selalu dituangkan dalam puisi atau hikayat-hikayat Aceh.
Christian Snouck Hurgronje mengemukakan dalam karyanya mengenai adat-istiadat Aceh mencoba mengupas mengenai sastra Aceh, yaitu:
Haba, yaitu peristiwa yang menceritakan tentang sejarah Aceh
Hadih maja, yaitu peristiwa yang berkaitan dengan kebiasaan populer dan tahayul
Panton, yaitu yang terdiri dari 2 bagian, bagian pertama tidak banyak makna tentang yang hendak disampaikan penyair, bagian kedua hanya sekedar untuk irama dan mengingatkan
Hikayat, yang tersusun dari beberapa sajak atau bait.
Hikayat Ruhe, yaitu isi dan tujuannya, tempat antara haba dan hikayat, yang berarti mengungkapkan kehidupan intim seseorang, rahasianya, kebodohannya, berbicara jelek tentang seseorang atau menertawakan seseorang.
Sastra dalam perspektif Aceh adalah jalan untuk mengembangkan kesadaran masyarakat Aceh, yang dihubungkan dengan sikap kebathinan dan jiwa sosial masyarakat Aceh. Fungsi sastra dalam masalah sosial adalah kejadian-kejadian yang dialami masyarakat Aceh. Ingatan kolektif menjadi sebuah ide yang menjadikan hasil untuk sebuah karya dalam masyarakat Aceh. Kedua imajinasi sosial dan imajinasi kebathinan ini yang berperan penting di dalam kehidupan masyarakat Aceh. Dari penggabungan antara imajinasi sosial dan imajinasi kebathinan tersebut kemudian akan menghasilkan fungsi sastra yang tidak hanya sebagai karya seni saja, tetapi juga sebagai alat untuk melawan penjajahan dari negara asing.
Adapun karya seni masyarakat Aceh ditampilkan dalam berbagai hiburan,seperti : tarian, drama, musikalisasi puisi dan lain sebagainya.
Sebagai contoh karya seni Aceh yaitu tarian ranup rampuan
Tarian ranup rampuan tersebut salah satu tarian yang berasal dari aceh. Ranup itu diartikan sebagai sirih, dan puan itu diartikan sebagai tempat/ wadah untuk menaruh sirih tersebut,sirih dan puan tersebut juga dilambangkan sebagai persaudaraan antar masyarakat, tarian ini biasanya terdiri 5-7 orang dalam satu kelompok, dan satu orang Ratu atau pemimpin dalam tarian tersebut, pertunjukan tarian ini merupakan ciri khas masyarakat Aceh untuk penyambutan tamu-tamu istimewa, tradisi tarian ranup rampuan ini memiliki nilai-nilai kesopanan dan makna khusus di dalam masyarakat Aceh.