Bagian 1
Dalam beberapa perjalanan ke kantong-kantong artefak sejarah di Aceh,penulis buku acehnologi menyimpulkan bahwa pengetahuan lokal dari aspek historis masih bertebaran di seluruh penjuru aceh, tidak terkecuali dengan jejak sejarah pengaruh Aceh di luar Aceh mulai dari Sumatra hingga ke Semenanjung Tanah Melayu. Fenomena mahasiswa sekarang ini, dapat dipastikan boleh terjadi di seluruh peserta didik, baik dibangku sekolah maupun perguruan tinggi. Sejarah yang disajikan cenderung dimulai dengan apa yang ada sebagai data dan fakta sejarah dihalaman mereka sendiri.
Di kalangan akademisi, terutama di Banda Aceh, sejarah Aceh cenderung dipandang sebagai romantisme sejarah. Kalangan ini, menceritakan sejarah kegemilangan Aceh adalah suatu taboo atau memalukan. Sebab kondisi aceh hari ini sama sekali menunjukkan perbedaan dengan zaman kegemilangan Aceh. Ternyata mendalami sejarah bukanlah sebagai romantisme, melainkan sebagai sebuah subjek ilmu pengetahuan yang telah dipraktikkan oleh para sarjana. Para sarjana telah berhasil meletakkan fondasi-fondasi kajian kesejarahan Aceh, dimana dari karya- karya tersebut dapat ditelaah, tidak hanya konteks historis Aceh, tetapi juga model-model penulisan dan penekanan sejarah Aceh. Misalnya, penelusuran sejarah Aceh oleh Ibrahim alfian dilakukan melalui Sejarah Perang dan Sejarah Samudra Pasai.
Bagian 2
Pada tanggal 17 Desember 2014 saya memperoleh satu buku Taqiuddin Muhammad, seorang peneliti dari Aceh Utara, yang berjudul Dinasti Shalihiyyah di Sumatra: Ke Arah Penyusunan Kerangka Baru Historiografi Samudra Pasai. Usaha Taqiuddun Muhammad perlu dilanjutkan di dalam memahami dinamika Sejarah Aceh dalam wajah ‘’Sejarah Lokal’’. Persoalan akademisnya adalah bagaimana kita merekonstruksi Sejarah Aceh, jika ada temuan-temuan baru yang jarang sekali diungkit dan diangkat oleh para peneliti dari luar Aceh.
Jika dilihat dari karya-karya Aceh, penulis Aceh cenderung menghubungkan kajian sejarah dengan kebudayaan dan peradaban (tamaddun). Usaha ini menyiratkan bahwa ada upaya dari penulis Aceh untuk memasukkan Aceh didalam lintasan sejarah peradaban Islam secara global.
Bagian 3
Dalam bagian ini diketengahkan mengenai bagaimana sejarah Manusia Aceh. Sengaja dimunculkan di Aceh, untuk dicari apakah ada perbedaan yang signifikan dengan manusia lainnya di Nusantara, seperti Manusia Batak, Manusia Melayu, Manusia Jawa, dan sebagainya. Sejauh ini, terdapat Mochtar Lubis telah membuat satu kategorisasi Manusia Indonesia. Ada beberapa sarjana yang berusaha untuk menjelaskan Manusia Jawa, untuk memahami sejarah di Indonesia. Tidak ada satupun studi yang serius mengenai Manusia Aceh. Salah satu teori yang muncul di aceh adalah aceh tanoh Aulia, maksudnya Aceh ini dikenal dengan negeri para ulama-ulama. Sehingga, muncullah cerita mistik mengenai komunitas para ulama sering muncul dalam tradisi lisan masyarakat Aceh. Salah satu karakteristik aceh adalah adanya makam para ulama-ulama, baik yang sudah dikenal, maupun yang belum diketahui asal-usul kuburan-kuburan tersebut.
Bagian 4
Dalam bagian ini penulis buku Acehnologi ini menjelaskan tentang Kerak Peradaban Aceh (KPA). Disini Aceh dipahami sebagai Peradaban Melayu dan Peradaban Jawa. Narasi Peradaban Aceh dikumpulkan dalam karya-karya yang berserakan, sehingga tidak mudah menemukan akar-akar filosofisnya. Namun, dalam beberapa karya mengenai peradaban, ditemukan beberapa model pola penulisan karya peradaban. Contohnya, Max Lerner ketika menulis tentang peradaban Amerika, ia menyajikan beberapa topik penting dalam karyanya, yaitu: kelas dan status di Amerika, kehidupan sehari-hari rakyat Amerika, karakter dan masyarakat Amerika, kepercayaan, seni dan budaya populer, yang ditutup dengan America as World Power.
Untuk mencari konstribusi yang distingtif mengenai konsep peradaban Aceh, perlu kita menggalinya lebih dalam. Aspek-aspek intelektual dan spiritual, yang telah menyangga Peradaban Aceh, telah dihilangkan dan diambil paksa, oleh negara-negara diluar Aceh. Acehnologi berharap dapat melakukan konsep sejarah Peradaban Aceh dengan mengemukakan beberapa strategi yaitu:
Adanya kebutuhan untuk menulis ulang Sejarah Aceh, dari awal sampai pada era Kontemporer.
Khazanah mengenai literatur mengenai perkembangan ilmu pengetahuan di Aceh yang merupakan kekayaan intelektual dam spiritual.
Untuk menambah pengetahuan Sejarah Peradaban Aceh harus mampu diteorisasikan melalui teori-teori ilmu pengetahuan.
Dunia pendidikan, mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi di Aceh, perlu adanya kajian ilmu Sejarah Peradaban Aceh.
Untuk itu, perlu adanya petakan beberapa jenjang dan substansi materi yang harus diajarkan kepada peserta didik, yaitu:
Kepada peserta didik TK perlu diperkenalkan jati diri dan nilai-nilai ke-Acehan melalui pemahaman pada sosok-sosok yang mempengaruhi peradaban Aceh. Contohnya, menceritakan sejarah Aceh dalam bentuk cerita bersambung.
Kepada didikkan SMP perlu adanya pengenalan locus Sejarah Peradaban Aceh
Kepada peserta didik SMA perlu adanya pengenalan sistem pengetahuan Aceh dalam bentuk praktikal. Maksudnya, mereka harus mampu memahami mengapa orang Aceh berfikir seperti itu.
Ketika masuk jenjang pendidikan strata satu hingga strata tiga, maka konsep-konsep Acehnologi sudah perlu diperkenalkan, baik secara praktik maupun teoritik.
Bagian 5
Dapat disimpulkan ada beberapa hal yang sangat penting pertama, untuk membangkitkan konstruksi bangunan Acehnologi hal yang sangat penting dalam mempelajari Sejarah Aceh. Kedua, untuk menghadapi himpitan dan abaian Sejarah Aceh dalam Sejarah Indonesia dan Sejarah Malaysia, maka perlu adanya penulisan Sejarah Aceh sebagai pusat peradaban. Ketiga, Upaya besar di dalam membangun rupa bangunan Acehnologi melalui pintu gerbang Sejarah Perdaban Aceh melalui pemahaman sejarah Aceh, budaya Aceh, dan bahasa Aceh.
✅ @allfah97, congratulations on making your first post! I gave you a $.05 vote!
Will you give me a follow? I'll follow you back in return!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit