Yarmen Dinamika, Setelah Aceh Bersimbah Darah (Part II)

in indonesia •  7 years ago 

Saya tahu, Anda mungkin sudah kehilangan mood untuk membaca sebuah tulisan bersambung yang setelah sekian lama baru disambung kembali. Sebelumnya saya mohon maaf baru sempat menuliskannya kembali karena ada beberapa “tugas negara’ yang tidak bisa ditinggalkan. Hehe... Namun ibarat lirik lagu yang menyebutkan bahwa “kau yang memulai, kau yang mengakhiri,” maka tulisan ini menjadi tanggung jawab saya untuk diselesaikan.
Baik. Saya lanjutkan.
------------------------
21751495_1482018958541225_2522515281425966893_n.jpg

Saat mulai menulis artikel di media cetak, nama Yarmen Dinamika semakin tidak asing lagi sebagai Redaktur Pelaksana (Redpel) Harian Serambi Indonesia. Ketika mengikuti lomba menulis artikel, beliau juga kerap bertindak sebagai dewan juri dalam lomba penulisan tersebut. Namun walau gaung beliau sudah lama saya dengar, tapi sekalipun belum pernah bersua dengannya.

Hingga membaca tulisan saya dalam lomba penulisan dan artikel di media cetak Serambi Indonesia, Pak Yarmen mulai mengetahui nama saya melalui tulisan. Dari itu saya percaya bahwa tulisan mampu menghubungkan kita dengan banyak orang, bahkan tanpa mengenal sekalipun. Seiring berjalannya waktu, komunikasi dengan Pak Yarmen berlanjut karena beliau menjadi narasumber utama saya ketika menyelesaikan tugas akhir kuliah yang meneliti tentang framing Serambi Indonesia dalam membingkai kasus Ahok.

Terkait dedikasinya di dunia literasi, itu tak perlu diragukan lagi. Pada 23 September 2017, Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Lhokseumawe resmi dideklarasikan. Dan saya pun dimandatkan untuk menjadi koordinator di wilayah Pasee. Saya ingat betul pernyataan beliau bahwa tidak ada satu pun yang tidak bisa menulis, kecuali yang tidak mau. Kalimat itu pula yang kemudian menjadi motto FAMe sekaligus menggerakkan motivasi bagi penulis pemula.
IMG_20180203_170716.jpg

Sejak bergabung di FAMe, saya belajar banyak dari beliau. Terutama tentang dunia penulisan. Beliau ibarat kamus berjalan. Jangankan penulisan bahasa yang sesuai dengan EYD, bahkan sejarah lahirnya sebuah kata saja beliau ketahui. Begitu juga dengan tulisan. Jangankan artikel yang dimuat di media massa, chat yang sedikit salah saja akan beliau koreksi. Saya yang terkadang menulis bahasa chat secara santai lupa bahwa saya sedang komunikasi dengan seorang redaktur. Hehe...Tulisan saya pun langsung diedit di tempat.

21687433_1488384847904636_265388160506137530_n.jpg

Tidak hanya dunia tulis menulis, beliau juga berbagi pengetahuan tentang kebencanaan dan perubahan iklim kepada saya yang saat itu menjadi delegasi Aceh untuk mengikuti workshop Climate Change di Bandung. Usai bedah buku Adnan Ganto di Lhokseumawe, beliau alokasikan waktu khusus untuk sharing tentang fenomena perubahan iklim yang terjadi di Indonesia. Ilmu yang baru beberapa waktu terakhir ini saya geluti.

Selain itu, sosok Yarmen Dinamika memberi kepercayaan besar pada anak didiknya untuk menjadi bagian dalam membumikan literasi di Aceh. Saya misalnya, sudah beberapa kali diajak beliau untuk mengisi kelas menulis bagi dosen dan mahasiswa di kampus hingga untuk santri di dayah, padahal saya masih berstatus penulis “anak bawang.” Begitu juga dengan anak didik beliau lainnya. Awak FAMe yang tersebar di beberapa kabupaten di Aceh juga kerap dimandatkan untuk mengisi kelas menulis sesuai dengan bidang penulisannya masing-masing..

Karena kepeduliannya pada dunia literasi dan sudah melebarkan sayapnya di beberapa kabupaten/kota di Aceh melalui keberadaan FAMe, maka tidak berlebihan rasanya jika beliau didapuk sebagai Bapak Literasi Aceh. Wacana ini sudah didiskusikan oleh para pegiat literasi di Aceh untuk segera mengukuhkan beliau sebagai Bapak Literasi. Semoga segera terlaksana.

Terlepas dari itu semua, saya ingat betul pernyataan beliau kala itu ketika menanyakan mengapa mau bersusah payah membentuk FAMe di beberapa kabupaten, padahaltidak dibayar sepeser pun. Beliau menjawab bahwa FAMe adalah ruang kita untuk berbagi. “Ilmu tentang penulisan harus saya turunkan, tidak mungkin saya bawa mati. Masyarakat Aceh harus melek literasi. Menjadi Pembina FAMe memang tidak dibayar. Namun di luar sana, ada banyak PT1 (Peng Tamong, istilah beliau atas rezeki yang didapatkan karena kemampuan menulis) yang menunggu kita hanya karena menanam setitik kebaikan di FAMe ini. Jangan takut berbagi, karena ia mengundang rezeki.”

Salam takzim saya pada guru. Semoga Allah curahkan kesehatan agar beliau tetap hadir untuk mendedikasikan diri di dunia literasi.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

hai,. I am new in steemit, and I was vote and follow you, please follow back and vote my post
https://steemit.com/steem/@danishguree/prediksi-harga-saham-steem-dan-sbd-naik-kembali-pada-maret-2018

Ok.
Thank you. Iya will follow you

Semoga saya juga bisa ikut FAMe kedepan. Amiin.

Baik. Mari bergabung...

PT1 (Peng Tamoeng), PT2 (Peng Teubiet), dan PT3 (Traktir)

Hehehe...
Memang menulis le that PT

Sekarang udh jamannya striping buk, jadi ceritanya harus kejar tayang... Hehe. Beda jaman dulu, dramanya main 1 kali dlm 1 minggu. Sama nih, kayak crita ado @asmaulhusna91. Kita hrus nunggu lamaaaaaaaaa banget baru ada episode selanjutnya, hehehe...

Nah, itu dia Pak. Harusnya striping.
Tapi seperti lirik lagu, kau yg memulai, kau yg mengakhiri, maka walau telat, Asma bertanggung jawab untuk menyelesaikan tulisan ini. Hehe...

Mantap...

Terima kasih sudah berkunjung
*Maaf, baru balas. Udah seminggu off di Steemit. Duhh
Sudah Asma follow

mantab... membaca hasil karya dari pak yarmen dinamika tidak akan ada habisnya...

Benar
Karya beliau memang luar biasa

selain karya beliau luar biasa... beliau juga selalu suka tidak segan-segan dalam berbagi ilmu untuk kalangan muda untuk terus berkarya..

Ya, betul Bang
Lewat chat aja beliau suka koreksi kalau penulisannya gak benar. Hehe...

itulah yang patut kita tiru sebagai generasi muda untuk terus maju...

Bung Yarmen Dinamika, guru terbaik Aceh yang pernah ada.

Benar. Sayang sekali Irwan kemarin gak bisa ikut kelas. 😁

Pesan moral yang mengena, jangan takut berbagi karena mengundang rezeki. Setuju that kak @asmaulhusna91

Benar
Terima kasih sudah berkunjung ☺

Sma2 kak, kalau punya waktu singgah juga di lapak saya @emsyawall beuu😁

Sip.
Sudah Asma follow ya... ☺

Terimakasih hehe