[STOP BULLYING] Saya Malu Pernah Merasa Bangga Jadi "Tukang" Bully

in indonesia •  7 years ago 

“Yaaa nggak mungkinlah aku dibully. Aku kan tukang bully”
“Masa tukang bully dibully”
“Aku tukang bully, jadi jangan coba-coba bully aku ya! Gk mungkin bisa”

Kalimat-kalimat diatas dulu sering sekali saya gunakan dengan beberapa teman. Tawa terkikik-kikik pasti terdengar dari mulut setelah mengucapkan kalimat tersebut. Bahkan raut bahagia terpampang nyata di wajah saat menceritakan betapa [tidak] lucunya bullyan yang kami tujukan kepada seorang teman.

Source: Pinterest

Mungkin saat itu bagi kami bullyan-bullyan tersebut hanyalah candaan semata, yang diucapkan dengan tidak serius. Bentuknya juga macam-macam, mulai dari merespons obrolan di WhatsApp Group (WAG) secara nyeleneh, pedas dan skakmatt, sampai pada mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu ditanyakan (karena seringkali membuat orang tidak nyaman).

Saat itu saya yakin, saya dan teman-teman yang setipe ini (tukang bully) tidak bermaksud serius untuk membully. Kami hanya bercanda. Ya, kami hanya bercanda. Tapi sayangnya bercandaan seperti ini (sekarang mulai saya sadari) adalah bercandaan yang tidak penting dan tidak lucu.

Saya yang dulu akan membuat statmen bahwa orang yang di-bully tidak boleh marah, karena semua ini hanya bercanda. Bahkan saya berpegang teguh pada sebuah quote yang kira-kira bunyinya seperti ini:

“Orang yang marah ketika dibercandain, artinya mainnya kurang jauh”

Ya, quote inilah yang dulu saya jadikan dalil. Dan celakanya saya berpegang teguh pada dalil tersebut tanpa mempertimbangkan hal-hal lainnya. Salah satunya mempertimbangkan hati orang yang saya bercandain.

Kalau dibercandain nggak boleh marah. Kalau marah mainnya kurang jauh.

Source: Pinterest

OMG! Helloooo… Nggak perlu deh main jauh-jauh hanya untuk berpura-pura tidak masalah saat hati kita tersakiti. Nggak perlu deh main jauh-jauh hanya untuk menyakiti hati orang. Cukup tanyakan hatimu saja: kamu suka nggak dibully dan dipojokin dengan modus bercanda? Kemon gaes, masalah hati tidak sesepele mainmu yang kejauhan itu. Lagi pula, masa udah mampu main jauh-jauh tapi menjaga perasaan dan hati orang di dekatmu saja tidak mampu?
Miris!

Lebih mirisnya lagi, saya adalah bagian dari orang-orang miris itu

Ketika membully, pernah nggak saya memikirkan perasaan orang tersebut? Mungkin bagi saya hanya buat lucu-lucuan saat itu saja, sekedar buat ketawa-ketawa dan mencairkan suasan. Tapi buat teman yang saya bully? Mungkin saat itu dia juga ikut tertawa atau geleng-geleng kepala. Namun siapa yang bisa memastikan hati dan perasaannya. Bagaimana jika semua perkataan saya mengiris hatinya? Bagaimana jika kalimat-kalimat ringan tak penting yang saya lontarkan justru membayang-bayangi pikirannya selama berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan seumur hidupnya? Bagaimana jika kata-kata yang saya sampaikan untuknya didepan teman-teman yang lain justru menjadi bahan bagi yang lain untuk ikutan membully juga? Lalu bullyannya menjadi berlipat-lipat dan beranak pinak? Mampu nggak saya menyembuhkan sakit hatinya?

Source: Pinterest

Dan yang membuat saya merinding, jika memang kata-kata bullyan yang saya anggap bercanda tersebut benar-benar menyakiti hati dan memengaruhi kehidupan seseorang, bagaimana saya mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan nanti? Oke, mungkin saya mulai lebay. Tapi kadang-kadang lebay ini perlu sebagai pengingat bagi saya yang sulit mengontrol lidah yang suka kelewat pedas [karena habis makan ayam geprek cabe 20].

So, kesimpulan dari tulisan ini apa? Entahlah.

Ide menulis ini mendadak muncul saat sedang jenuh menyelesaikan beberapa topik tulisan yang mendekati deadline.
Intinya, saya benar-benar menyesal pernah merasa bangga menjadi tukang bully. Betapa menyedihkannya jiwa muda saya yang bisa merasa bahagia dan merasa hebat hanya dengan membully orang #shameonme

Oh ya, tulisan ini juga ada karena tadi di WAG ada teman karib yang komen: Saya gk bisa dibully bang, karena biasanya saya yang membully orang.

Cuma mau bilang sama teman saya, kita nyesal bareng yok. Lebih baik nyesalnya sekarang daripada nggak pernah nyesal sama sekali. Hehe..

Source: Pinterest

Last, saya nggak bilang bahwa sekarang saya sudah menjadi pribadi baik yang suci dan tak pernah menyakiti. Saya masih sangat sering menyakiti perasaan orang, bahkan sering perbuatan menyakiti tersebut saya lakukan dalam keadaan sadar. Tapi bukankah kita harus memulai langkah pertama untuk belajar menjadi baik?

#selfreminder
#nohurtfeelingya

Follow me @auliaussakinah

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

no hurt feeling and no more bullies, eh?

haha.. benar, no more bullies. itu yg paling penting :)

Congratulations @auliaussakinah! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 1 year!

Click here to view your Board

Do not miss the last post from @steemitboard:

Carnival Challenge - Collect badge and win 5 STEEM
Vote for @Steemitboard as a witness and get one more award and increased upvotes!

Congratulations @auliaussakinah! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 2 years!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!