Ketulusan Sang Manager Sepak Bola | Sincerity of the Football Manager |

in indonesia •  7 years ago 

Manager_01.jpg
Steemians @emnajourney bersama Manajer Jurnalis Pase Football Club (JPFC), Adlin Shakubar


BELUM pernah kami menemukan keikhlasan serupa itu, seperti keihklasan seorang ibu dalam merawat kehamilan, melahirkan, sampai membesarkan anak-anaknya yang tanpa pamrih. Keihklasan seperti itu merupakan barang langka di zaman seperti ini. Kita mungkin akan menemukannya dalam keluarga, di sejumlah perkumpulan agama atau hobi, di sejumlah lembaga pendidikan, atau bisa jadi pada diri seseorang seperti Manajer. Namun, jumlahnya sangat sedikit. Mungkin satu di antara seribu atau sepuluh ribu. Dan menemukan keihklasan seperti itu merupakan sebuah anugerah. Jadi pantaslah bila kami bersyukur berada dalam kelompok yang dimanajeri oleh orang seperti Manajer.

Aslinya ia bernama Adlin Shakubar dan tidak seluruh anggota klub kami yang mengenali nama itu karena ia akrab disapa Manajer seolah-olah itulah nama yang tertera di kartu tanda penduduk. Kami mengenalnya ketika menjadi pengunjung Cek Mad Kupie, sebuah tempat minum-minum kopi yang menurutku terlalu mewah bila disebut warung. Dia adalah lelaki bertubuh pendek dengan jalan agak pincang. Ketika aku sudah mengenalnya dan bertanya mengenai kaki kanannya, ia mengaku pernah menjadi perampok di Medan dan luka itu dia dapatkan dalam sebuah perampokan terakhir.

Saat melarikan diri, polisi menyuruhnya berhenti dan ia membalasnya dengan tembakan. Di sebuah tikungan, polisi melepaskan tembakan dari jarak efektif sebutir peluru meluncur dan mengenai kakinya. Dengan nada marah ia menutup kisahnya; “Tak ada itu polisi melepaskan tembakan ke udara seperti dikatakan kepada wartawan. Tembakan pertama langsung ke tubuh, syukur kaki yang kena. Coba kalau kepala, kita tidak pernah minum kopi di sini. Kita tidak pernah jadi saudara.”

Bicaranya seperti logat Batak meski beberapa anggota klub tahu dia bukan orang Batak. Menurut kami ia terpengaruh logat Batak karena hanya menumpang lahir di Aceh lalu besar di Medan. Dalam beberapa kali perjalanan bersama ke Medan, ia juga mahir berbahasa Batak, terutama ketika menawar harga barang. Tapia da kawan yang bilang, ketika penjualnya orang Padang, ia pun minta kurang dengan bahasa Padang. Barangkali semua bahasa daerah ia bisa sejauh itu digunakan untuk menawar harga barang.

Dalam perjalanan itulah kami tahu cerita sesungguhnya mengenai kakinya yang agak pincang. Dia bukan mantan perampok, bahkan berpikir menjadi perampok saja tidak pernah meski kehidupan di Medan sangat keras. Cacat itu ia peroleh ketika menjadi sopir ambulan di sebuah rumah sakit. Untuk bisa menyelamatkan korban kecelakaan, ia mengebut sampai akhirnya ambulan itu justru mengalami kecelakaan dan kaki Manajer patah. Banyak sudah yang ia kerjain dengan cerita bohongnya itu. Tujuannya bukan untuk membual, hanya sekadar berkisah saja untuk keakraban. Toh, pada akhirnya kepada orang-orang itu ia akan menceritakan kejadian yang sebenarnya. Mungkin dengan cara itulah ia menertawai hidupnya yang lumayan pahit.

Kaki agak pincang itulah yang menyebabkan ia nyaris gagal mendapatkan istrinya yang sekarang. Kedua orang tua calon istrinya tidak mau bermenantukan lelaki cacat, meski itu hanya sebatang kaki. Perjuangan bertahun-tahun dan keikhlasannya membuat ia akhirnya mendapatkan restu dan sampai sekarang mereka sudah memiliki dua pasang anak.

Dalam pertemuan nonton bareng sepak bola, tercetus gagasan mendirikan klub sepakbola yang para pemainnya para pengujung Cek Mad Kupie serta kawan-kawan lain. Dengan kepincangannya, Manajer tidak bisa menjadi pemain dan jadilah ia sebagai manajer. Klub itu terdiri dari mahasiswa, pegawai negeri, sopir, pedagang, guru, wartawan, politisi, aktivis, bahkan ada tukang becak. Kendati jabatannya manajer, tugasnya melebihi tugas seorang manajer. Ia yang menelepon pemain untuk latihan atau tanding, mengumpulkan uang iuran seikhlasnya, membuat laporan keuangan yang selalu kami percayai, membeli seragam, menyewa mobil bila ada pertandingan tandang, termasuk mengatur susunan pemain.


Manager_05.jpg


Ia memang menggilai sepakbola tetapi tidak benar-benar mengerti mengenai sepakbola. Dalam sebuah pertandingan, ia memberitahukan kami menganut pola 4-4-3. Kukatakan bahwa tidak ada pola seperti itu, sebab yang ada pola 4-4-2. Dia tidak membantah, tetapi bertanya mengapa disebut 4-4-2 jika dijumlahkan menjadi 10 sedangkan dalam klub sepakbola ada 11 pemain. Ketika kutatakan penjaga gawang tidak termasuk dalam pola itu karena posisinya tetap di bawar mistar bagaimana pun pola pemain, ia tertawa sambil menepuk-nepuk kepalanya.

Pernah karena tidak terlalu tahu posisi pemain, ia membacakan susunan pemain sampai 12 orang. Saat berada di lapangan, wasit memberitahukan kami kelebihan pemain sehingga satu orang harus keluar. Dalam kondisi seperti ini, Manajer tidak enak bila ia yang harus menyebutkan nama pemain yang harus keluar. Ia akan berteriak kepada Rahmad, kapten tim. Rahmad tidak bisa menyebutkan nama sampai seorang pemain akan keluar dengan kesadaran sendiri.

Kejadian konyol lagi adalah dalam memberikan intruksi. Ketika istirahat, ia akan membiarkan pemain minum-minum sekian menit, sampai kemudian mengevaluasi permainan di babak pertama. Dalam klub kami terdapat beberapa pesepakbola beneran meski masih kelas antarkampung, termasuk seorang di antaranya bernama Faiz yang sehari-hari juga bekerja sebagai teknisi di stasiun RRI.

Manajer sering memberikan instruksi kepada Faiz bukan karena kemahirannya, tetapi karena ia pemain paling muda dalam tim.

“Kau passing bola, kau kasih Taufik,” itu instruksi yang sering disampaikan kepada Faiz. Konyolnya, penyerang yang bernama Taufik itu sudah tidak main di babak kedua. Dan Manajer sendiri yang mengeluarkan dengan kalimat gaya Mourinho: “Untuk kepentingan tim, kamu ganti dengan Faiz.”

Ketika bertanding untuk kedua kalinya dengan Tim Angkatan Udara Republik Indonesia di Medan, sebelum pertandingan, Manajer memberikan instruksi di pinggir lapangan. “Kita main untuk kedua kalinya dengan Tim AURI. Dulu kita sudah menang, kali ini kita harus menang lagi. Kalau kita menang, orang itu kalah!”

Kami pun tertawa gembira memiliki manajer demikian. Benar Manajer kami tidak sehebat manajer sepak bola profesional. Tapi soal kegembiraan, dia tetap yang terdepan.[]


Manager_02.jpg


Manager_03.jpg


Badge_@ayi.png

DQmNuF3L71zzxAyJB7Lk37yBqjBRo2uafTAudFDLzsoRV5L.gif

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

v.nice @ayijufridar resteemed

🤣😂 sakit perut @na2 bacanya.seakan bg adlin ada disamping @na2 saat ini.salam y Om @ayijufridar untuk bg adlin.

Itulah, @na2 sudah sombong sekarang, tidak mau jumpa lagi sama Bang Adlin Shalubar yang gante ng. Padahal dulu, jalan-jalan sama Bang Adlin ke Medan. Hehehehehe....

Waw ada almarhum Bang Agus, semoga diluskan kuburnya, manajer yang setara dengan Mou diketahui kiprahnya dalam mengelola pemain salahsatu jebolan akademi nya Bang @ayijufridar

Saya kenal dengan Bang Agus sejak beliau berpangkat Lettu Bang @damanhurabbas. Waktu itu, saya masih bekerja di Serambi dan Bang Agus waktu itu masih tugas di Yonif 431/Maros, Sulawesi Selatan. Alfatihah untuk Bang Agus.

Haloo steamians... wkwkwkwk

Di mana posisi @mukhtar.juned? Masih di Banda Aceh?

Manager yang luar biasa. Pemain seperti bg @ayijufridar pun sangat mantap.
Saya juga dlu pernah melatih (mungkin juga manager tepatnya) di klub sepakbola di kampus https://steemit.com/life/@enzasteem/memories-sebagai-pelatih-sepakbola-as-a-football-coach

Desaign yang bgus ne bg. Perlu jumpa cepat untuk belajar.

Gampang buatnya @enzasteem. Bagi @enzamsteem, dengan kaki juga bisa, hehehehe...

Memanglah bang ayi profesional dalam segala hal, baik dalam bidang mengajar, menulis dan olahraga futsal..

Sayang sekali, klub kita sudah bubar @dayataulia, hehehehe... Pemilik klub bangkrut.

Superrr...