Hundreds of lecturers from the faculty of economics and business from dozens of state universities in Indonesia are busy discussing the digital economy and cryptocurrency on the sixth floor of Bank Indonesia (BI) Central Java Branch Building. They argued, spilled a number of facts and theories, reinforcing the analysis, the occasional laugh that made the room boisterous and occasional silent as there were no humans in it.
Their attention is onstage, where economic and financial experts are talking about the digital economy, blockchain, and cryptocurrency. There are no speakers supporting the presence of cryptocurrency, although there are many lecturers who are now seeking additional income by mining and trading cryptocurrency.
The next to the main stage, the gamelan musical instruments are silent. Those who are engraved in various shapes and have a melodious sound, no power to convey the views in the form of beautiful sounds. Nobody cares about them except me. But I can not play it, other than because it does not have the ability, the time is also not right.
Finally, the gamelan resides in the crowd. No one dared to touch it as if it were a silent instrument that could only be played with the permission of the gods. I see, there are people who pay attention to the gamelan. They are busy with the digital economy so their attention is so expensive even after the seminar ends.
Like cryptocurrency in various types and varied prices, the gamelan consists of various shapes and sizes and functions. There are big gongs, some small gongs. They are included in the ensemble musical instrument that is played together. Gamelan which is a Javanese traditional musical instrument that is very popular and popular in many countries.
While photographing the gamelan with the camera, I remember Shaun Callanan, our interpreter when I joined the International Visitor Leadership Program (IVLP) to the United States in 2012 ago. Shaun who looks unpretentious is an "expert" gamelan. He knows all the names of his tools and shapes, his voice, his history. He can also play it well because far from America he is specialized to learn the gamelan. Shaun also understood the philosophy contained greetings every gamelan instrument. Shaun is fluent in Javanese and Indonesian--of course.
The silent gamelan is like losing its beauty, as cryptocurrency loses its value. When the seminar is over and the time comes for entertainment, the organizers prefer to cast silence with a single organ instrument compared to the gamelan. So pathetic.[]
Gamelan Sunyi di Gedung BI
Ratusan dosen dari fakultas ekonomi dan bisnis dari puluhan perguruan tinggi negeri di Indonesia sibuk membahas tentang ekonomi digital dan cryptocurrency di lantai enam Gedung Bank Indonesia (BI) Cabang Jawa Tengah. Mereka berdebat, mengumbar sejumlah fakta dan teori, menguatkan analisis, sesekali tertawa yang membuat ruangan riuh dan sesekali senyap seperti tidak ada manusia di dalamnya.
Perhatian mereka tertuju ke panggung, di mana para pakar ekonomi dan keuangan sedang berbicara tentang ekonomi digital, blockchain, dan cryptocurrency. Tidak ada ada pembicara yang mendukung kehadiran cryptocurrency, meski ada banyak dosen yang kini mencari tambahan penghasilan dengan menambang dan memperdagangkan cryptocurrency.
Di sebelah panggung utama, berderet alat musik gamelan diam membisu. Mereka yang terukir dalam berbagai bentuk dan memiliki aneka suara yang merdu, tiada kuasa menyampaikan pandangan dalam bentuk suara-suara yang indah. Tiada manusia yang peduli pada mereka, kecuali saya. Tapi saya tidak bisa memainkannya, selain karena tidak memiliki kemampuan, waktunya juga tidak tepat.
Akhirnya, gamelan diam di tengah keramaian. Tidak ada yang berani menyentuhnya seolah mereka adalah alat sunyi yang hanya bisa dimainkan dengan seizin para dewa. Saya melihat, ada yang orang yang menaruh perhatian pada gamelan. Mereka sibuk dengan ekonomi digital sehingga perhatian mereka begitu mahal bahkan setelah seminar berakhir.
Seperti halnya cryptocurrency dalam berbagai jenis dan beragam harga, gamelan itu terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran serta fungsi. Ada gong besar, ada pula gong-gong kecil. Mereka termasuk dalam alat musik ansamble yang dimainkan secara bersama-sama. Gamelan yang merupakan alat musik tradisional khas Jawa yang sangat terkenal dan digemari banyak negara.
Sambil memotret gamelan itu dengan kamera, saya teringat dengan Shaun Callanan, seorang intepreter kami ketika mengikuti International Visitor Leadership Program (IVLP) ke Amerika Serikat pada 2012 silam. Shaun yang tampak bersahaja adalah seorang “pakar” gamelan. Dia tahu semua nama alat dan bentuknya, suaranya, sejarahnya. Dia juga bisa memainnkannya dengan bagus karena jauh-jauh dari Amerika ia khusus untuk belajar gamelan. Shaun juga paham filosofi yang terkandung salam setiap alat gamelan. Tentu saja Shaun fasih berbahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
Gamelan yang diam seperti kehilangan keindahannya, sebagaimana cryptocurrency yang kehilangan nilainya. Ketika seminar selesai dan tiba saatnya pada acara hiburan, panitia lebih memilih mengusir kesunyian dengan alat musik organ tunggal dibandingan dengan gamelan. Sungguh menyedihkan.[]
Postingan yang berkualitas mengkaji apa yang dilihat lalu diurai dalam tulisan sebagai renungan. Betapa kehidupan terkadang tampak begitu unik. Betapa ketidaksukaan kerap diungkap namun di sisi lain kita masih menyimpan sesuatu keinginan untuk memanfaatkan yang ada sebagai wujud ekspresi bahwa apa yang ada diucap dengan hati terkadang tampak berbenturan namun di sisi yang lain memiliki peran yang dapat memberi energi positif.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
ketika orang-orang berubah menjadi gamelan yang membisu. kemudian menyalahkan pemain yang tak kunjung menghentakkan tongkatnya. kasihan
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Hmmmmm jadi harus gimana dunk bang
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sayang that gamelan nyan, hana soe peh. Menye rapai, ken jeut talake keu tanyoe keudeh. Bang @ayijufridar, kiban haba bang @zainalbakri, na deuh2 lawet nyoe gobnyan. hehehe
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
hahaha.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Kasihan gamelannya...hehee
Padahal banyak bule yg dtg ke Indonesia hanya untuk mempelajarinya...
Salam sukses Mas @ayijufridar...☕❤
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
padahal ini adalah salah satu peninggalan nenek moyang kita di indonesia
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit