DI KOTA, kemana pun mata berkitar semua hanya akan berujung pada baliho-baliho atau spanduk-spanduk iklan. Mulai dari iklan sirup, kendaraan, bedak beserta pupur ketiak. Hingga wajah-wajah pejabat yang sengaja memampangkan foto diri untuk anjuran-anjuran paling sepele sekali pun. Apa yang terpampang itu jelas-jelas begitu membosankan tapi diam-diam menyerang alam bawah sadar orang-orang kota.
Orang-orang kota tak bisa mengelak beragam sampah visual itu sebab uang kutipannya cukup mampu mendisiplinkan tenaga honorer di kantor pemerintah. Maka tak ada cara lain yang bisa dilakukan untuk mewaraskan kembali pandangan dari kepungan iklan kecuali sering-sering menyingkir keluar kota. Setidaknya pada hari-hari libur akhir pekan, semisal menepi ke hutan-hutan pinggir kota.
Segala yang jenuh akan kembali teduh. Hutan menjamin kenyataan itu sejak pertama kau menginjakkan kaki di sana. Hijau dedaunan, lumut-lumut di batu karang, kicau burung, gemericik air di alur kecil atau di derasnya sebilah sungai adalah karunia yang menyegarkan pikiran. Dan tatapan akan berbinar kembali, seperti seseorang yang mendapat kilau cahaya pertama setelah sekian lama terkungkung dalam gelap.
Kita bersyukur masih mempunyai hutan yang tak jauh di belakang rumah. Tapi apa yang mesti kita cemaskan di detik ini juga adalah kuasa-kuasa jahat yang mengintai hutan kita untuk diserobot jadi lahan-lahan pribadi atau komunal. Tempat di mana mereka akan mengeruk keuntungan sembari menyisakan rupa-rupa petaka di kemudian hari.
Tapi petaka itu memanglah telah datang berkali-kali. Bandang dan longsor, telah menghantui orang-orang di Tangse, Lhong, Singkil, Meureudu, Ketol, dan lain sebagainya. Yang kesemuanya boleh dikata akibat betapa sembrononya mereka yang telah menggerus hutan dengan laku seekor makhluk perusak paling jahanam.
Monster perusak kerap punya dalih, bahwa mereka telah berizin, bahwa mereka bertindak atas nama investasi. Bahwa investasi itu penting demi memakmurkan para pejabat si pemberi izin beserta kroninya. Yang dalam waktu bersamaan menyaksikan orang-orang kampung yang tinggal di sekitar tempat investor mengkapling lahan, makin terpuruk hidupnya.
Jelaslah adanya. Berpelesir ke hutan bukanlah semata-mata mengajari kau bersyukur saja, tapi keteduhannya hendak pula membuat kau kian tambah peka. Bahwa kekuatan-kekuatan modal kian mengkapling lahan-lahan rakyat, detik ke detik mengintai hutan-hutan adat.
Bendera partai pun banyak bang. Hee
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Ini namanya penyair yang cinta pada kelestarian hutan. Sarkasme nya kental bang
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Postingan yang sangat bagus bang, semoga sukses selalu dalam berkarya di steemit ini @bookrak, sekali-kali, kunjungi punya saya bang, please..
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
inilah sistem kapitalisme yang mengatasnamakan kebenaran. pada akhirnya tidak jauh dengan zaman feodal masa penjajahan belanda zaman dahulu. yang miskin makin miskin dan yang kaya makin kaya
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Saya mendukung pelestarian hutan kita
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit