Salah satu keasyikan di penghujung bulan Ramadhan adalah adanya tradisi mudik atau pulang kampung. Tradisi ini sudah berjalan dari tahun ke tahun. Orang-orang yang mengadu nasib jauh dari tanah lahirnya demi mencari sesuap nasi terpanggil atau dipanggil oleh tanah lahirnya. Maka berbondong-bondonglah mereka untuk kembali.
Pulang memang menyenangkan. Bagi para orang alim pulang ke hadirat Allah adalah cita-cita terbesarnya. Bagi pelaku maksiat pulang ke hawa nafsunya adalah yang terindah, bagi para politikus pulang ke tahata dan kuasa adalah keniscayaan. Hmmm....pulang memang memiliki banyak makna.
Beberapa hari ini kita digegerkan dengan nyinyiran sebagian orang terhadap langkah yang diambil Gus Yahya Cholil Staquf saat menghadiri undangan di Israel. Niat baik beliau ditanggapi buruk bahkan menjerumus pada fitnah. Hehehe maklum.
Bangsa ini adalah bangsa yang harus mudik kepada nalar sehat dan akal sehat. Dan mudik kepada nalar dan akal sehatku tersebut adalah dengan kembali kepada nilai-nilai kebangsaan yang sudah disepakati oleh the founding father Indonesia. Bukan kepada hawa nafsu kuasa yang menghalalkan segala cara.
Kopi Hitam.