Di sebuah perkampungan yang jauh dari kota, hiduplah seorang ibu dan dua orang putrinya yang bernama rini dan liza, mereka selalu kurang akur satu sama lain. Rini sang kakak adalah kakak yang baik untuk liza tetapi liza selalu membalas kebaikan kakaknya itu dengan sikapnya yang tidak terpuji.
Pagi itu ketika ibu dan rini ingin menyuci pakaian di sungai, mereka di kejutkan oleh teriakan liza karena lapar.
Keesokan harinya udara di luar sangat dingin, ibu, rini dan liza terpaksa di rumah saja karena di luar hujan sangat lebat dan petir yang memecah cakrawala seakan menahan mereka untuk mencari pundi - pundi rupiah, kebetulan ini hari pekan jadi sekolah di liburkan.
Pada malam hari hujan juga tidak reda, dan ketika liza mulai masuk ke kamar untuk tidur, dia seakan merasakan ada getaran dari rumahnya, hatinya takut berselimut tanya. Saat liza mulai keluar kamar sang ibu menghampirinya dengan wajah takut seraya berkata "liza ada gempa, ayo kita keluar", ucap ibunya.
Dengan ketakutan liza langsung berlari keluar rumah bersama ibu dan kakaknya.
Mereka menyaksikan kejadian tersebut dengan takut berselimut tanya. Tak banyak dari mereka yang menagis melihat rumah mereka sedikit rusak dan bahkan roboh akibat getaran gempa.
Setelah tiga puluh menit berlalu gempa tersebut hilang seketika bagai ditelan bumi. Para masyarakat yang berada di luar rumah mulai masuk kedalam rumah mereka untuk melihat kerusakan yang terjadi, tapi banyak dari rumah masyarakat sekitar yang rusak, dan bahkan rumah liza roboh tak bersisa.
"Berhentilah menangis liza, aku dan ibu tidak akan menangis karena Tuhan masih memberikan kita bertiga selamat dari kejadian duka ini", ucap rini dengan nada sedih.
"Iya kak, tapi kita tak punya tempat tinggal sekarang?", ucapnya kesal.
Mendengar ucapan kedua putrinya sang ibu menitikkan air mata haru, mereka sekarang tak memiliki rumah. Tapi mereka tetap bisa bertahan hidup meski dilanda kesusahan. Ibu liza yang dahulu bekerja sebagai buruh tani kini harus bekerja lebih keras dari biasanya, karena harus membayar kontrakan rumah dan sekaligus menghidupi kedua putrinya. Sang kakak rini terpaksa putus sekolah karena tak mampu melanjutkan ke jenjang universitas.
Hanya liza yang masih sekolah, dan kini dia menduduki kelas tiga sekolah menengah atas.
Pagi ini semua masyarakat di posko mulai bangun dan melakukan aktivitas mereka masing-masing, ada ada dari mereka yang pergi untuk melihat kebun dan ternak mereka, dan ada yang kembali ke rumah untuk mengambil keperluan yang masih bisa digunakan.
Liza, rini dan ibunya hanya bisa duduk di posko karena tak ada yang perlu mereka lihat dan kerjakan, rumah mereka hancur tak bersisa, barang-barang mereka juga rusak dan tak bisa diselamatkan.
Satu bulan kemudian, sekarang liza, rini dan ibunya harus mencari kontrakan untuk menetap, mereka tidak mempunyai uang, mereka hanya memiliki sebuah kalung mas yang dimiliki sang ibu satu-satunya. Kini kalung tersebut harus di jual untuk membayar uang kontrakan rumah. Ibunya kini bekerja sebagai petani jagung di kebun pak saleh tetangganya, dan sekaligus bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah pak saleh.
Setiap hari rini pergi untuk ikut bersama ibunya bekerja, dan liza harus pergi ke sekolah. Beberapa bulan kemudia kini tiba saatnya liza mengikuti UN berjenjang nasional di sekolahnya. Liza selalu belajar dengan giat.
Satu bulan berlalu, kini pengumuman nilai terbaik diumumkan liza, rini dan ibunya pergi ke sekolah liza dengan harapan liza mampu meraih nilai tertinggi dan bisa mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya ke universitas yang ada di kota.
Pengumuman tersebut memanggil nama liza sebagai wisudawati terbaik di sekolahnya dan mendapatkan beasiswa ke kota untuk melanjutkan pendidikannya. Dengan haru sang ibu dan kakak tersenyum bahagia melihat putrinya bisa seperti sekarang, mereka saling tangis dalam haru.
Setelah beberapa bulan pengumuman tersebut liza harus berangkat ke kota untuk mendaftarkan dirinya sebagai wakil siswa dari desa yang masuk ke universitas tersebut. Dia terpaksa meninggalkan sang ibu dan kakaknya.
"Hati-hati liza, buatlah ibu bangga padamu", ucap rini.
"Liza semoga kamu bisa mengejar apa yang kamu impikan", ucap ibu dengan senyum haru.
Liza langsung berangkat menaiki bis untuk menuju bandara untuk menuju bandara, liza harus melewati perjalanan yang panjang untuk sampai di kota karena dia tinggal di pedalaman.
Sesampainya di kota, liza langsung beristirahat, kesokan harinya Liza mulai melanjutkan pendidikannya, dia mengambil fakultas kedokteran, meski sebelumnya dia tidak permah memimpikan bahwa dia bisa masuk ke sebuah universitas terbaik di kota dan mengambil jurusan itu.
Beberapa semester terakhir dia bisa meraih nilai terbaik, setiap hari liza selalu merindukan sang ibu dan kakaknya di desa, liza jarang menelpon ibu dan kakaknya karena jaringan sinyal di desa mereka kurang baik dan bahkan tidak ada sama sekali.
Hari ini liza sangat ingin menelpon sang ibu dan kakaknya, tetapi sinyal disana sangat buruk, dia mulai merasakan ada sesuatu yang tidak enak yang terjadi di desa, dia berkali-kali menelpon ibunya pada akhirnya tetap tidak tersambung.
Waktu terus berputar dan kini menunjukkan pukul 05.30 dan liza mulai terbangun dari tidurnya, dia langsung menelpon ibunya dan tersambung.
"Assalamu'alaikum liza, apa kabar nak?", ucap ibu kepada liza. "Waalaikumsalam buu, liza baik-baik saja, ibu sehat? Kak rini mana?", mendengar nama rini yang ditanya oleh liza, sontak sang ibu menangis dengan tersedu-sedu seraya berkata kepada liza, "kakakmu sudah pergi nak, dia sudah meninggal 7 hari yang lalu", ucap ibu.
Mendengar ucapan tersebut liza tak mampu menahan tangisnya mendengar kabar duka ini.
Keadaan memaksa liza untuk tidak pulang ke kampung halamannya karena dia tidak memiliki uang untuk biaya ke desa. Dia sangat ingin bertemu sang ibu yang tengah berselimut duka akan kepergian putrinya, liza harus berada disamping ibunya untuk membantunya, tapi dia belum bisa pergi ke desa karena kekurangan dana.
Kini liza bekerja disalah satu rumah sakit terbaik di kota, gaji pertamanya langsung digunakannya untuk pergi ke desa.
Sesampainya di desa liza langsung menemui dan memeluk sang ibu yang semakin renta, liza tak mampu menahan tangisnya akan kerinduan selama ini. Kemudian mereka pergi ke pemakaman rini, kakaknya liza. Ternyata selama ini kakanya rini sakit.
Mereka sekarang tinggal di kota dengan bahagia tanpa kekurangan.
Satu hal yang kini liza miliki, yaitu senyuman, senyuman ibu yang dimilikinya dan dijaganya sampai hayatnya.
"KARENA SENYUMAN IBU ADALAH SURGA YANG LIZA MILIKI SAAT INI".
You got a 16.26% upvote from @minnowvotes courtesy of @darsondrew!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
You got a 2.14% upvote from @allaz courtesy of @darsondrew!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima Kasih telah berpartisipasi!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sama sama bang @saini88
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit