Sebagai catatan saya bukan ahli ekonomi, tapi tidak menjadi ahli tidak menghentikan saya karena selama ada logika dan adaptasi cepet ke semua ilmu, belajar bisa jadi sangat cepat. Kali ini saya tulis sebuah artikel yang merupakan ramalan saja sehingga tulisan ini bisa salah dan belum tentu benar. Jadi tidak usah terlalu paranoid dan takut terhadap sesuatu.
Resesi ini feeling saya seperti sebuah apocalypse yang akan terjadi karena ntar bakal ada chaos karena banyak sekali demonstrasi di mana-mana dikarenakan makanan bisa sangat langka (ekonomi melambat, kepercayaan minus). Sebenernya bahkan ayah saya berargumen untuk tidak terlalu membayangkan yang aneh-aneh terhadap resesi yang terjadi di Amerika Serikat = tidak akan terjadi atau berdampak banyak di Indonesia. Tapi kemudian melihat dalam minggu ini BI ikut menurunkan interest ratenya mirip dengan kebijakan di Amerika Serikat, mungkin yang diprediksi belum tentu benar.
Verdict terhadap pastinya terjadinya resesi bisa dilihat dari pergerakan pemerintah Russia dan China untuk beli emas besar-besaran dari tahun ke tahun (hedging dari mata uang dunia a.k.a us dollar). Kenapa? karena dollar itu tidak ada hedgingnya, jadi kalau dollar sendiri itu 'out of the thin air' walau bisa untuk beli emas tapi itu tergantung dari kepercayaan pasar terhadap usd (bisa direvoke dengan mudah). Dollar ini berbasis hutang dan klaim terhadap masa depan itu semakin tipis melihat bagaimana konsumsi perang ke luar negeri yang gila-gilaan dari US Gov. Bayangkan saudara Anda udah hutang 10m mau hutang lagi 20m tapi ga ada upaya untuk mengurangi kebiasaannya (lebih hemat) dan mulai membayar hutang, apa yang Anda lakukan next?
Nah sekarang ini terjadi peristiwa unik, dibalik arab saudi yang selalu membeli peralatan militer dari US tapi malah hampir 50% pemasukannya dihancurkan oleh drone (bandingkan dengan pesawat terbang). Sekarang ini harga migas akan naik, subsidi dari pemerintah Indonesia tidak diketahui lagi apakah akan dilanjut kalau misal naiknya harga migas dunia > 50% di rate bulan september 2019. Inflasi makanan akan gila-gilaan.
Namun yang akan saya catat di sini adalah soal gojek dkk. Pada dasarnya angka pengangguran
Anda harus tahu angka persentase itu harus dikalikan dengan angkatan kerja pada agustus 2018: 131,01 juta orang
Namun ada yang menarik dari yang dituliskan oleh BPS,
Persentase tertnggi pada Agustus 2018 adalah pekerja penuh (jam kerja minimal 35 jam per minggu) sebesar 71,31 persen. Sementara penduduk yang bekerja dengan jam kerja 1–7 jam memiliki persentase yang paling kecil, yaitu sebesar 2,14 persen. Sementara itu, pekerja tdak penuh terbagi menjadi dua, yaitu pekerja paruh waktu (22,07 persen) dan pekerja setengah penganggur (6,62 persen).
Apa itu pekerja paruh waktu? yang mencapai angka 22,07 persen? saya mempertanyakan hal ini karena banyak sekali tetangga saya yang kemudian lepas kerja dan menjadi full gojek, uber, etc. Saya tidak mengatakan 22,07 persen itu adalah keseluruhan demikian, namun melihat trend yang ada di kampung saya berpikir bagaimana trend yang ada di kampung lain ya?
saya berusaha berpikir pekerjaan paruh waktu itu bukan hanya gojek dan mempertanyakan juga persentase pekerjaan full itu. Di mana persentase pekerja yang jadi precariat di negara kita? Berapakah exact besarnya?
Perlu diketahui bahwa gojek, uber/ gigeconomy yang lain itu bukan termasuk pekerjaan. Mereka termasuk golongan precariat yang menurut wikipedia (saya biarkan bahasa inggris saja)
In sociology and economics, the precariat (/prɪˈkɛəriət/) is a social class formed by people suffering from precarity, which is a condition of existence without predictability or security, affecting material or psychological welfare. The term is a portmanteau obtained by merging precarious with proletariat.[1] Unlike the proletariat class of industrial workers in the 20th century who lacked their own means of production and hence sold their labour to live, members of the precariat are only partially involved in labour and must undertake extensive "unremunerated activities that are essential if they are to retain access to jobs and to decent earnings". Specifically, it is the condition of lack of job security, including intermittent employment or underemployment and the resultant precarious existence.[2] The emergence of this class has been ascribed to the entrenchment of neoliberal capitalism.[3][4]
Berdasarkan hitungan matematis melakukan uber (dan mungkin gojek) adalah merugikan, karena selain yang ada pada video ini, yang menggambarkan angka depresiasi barang tidak ikut dalam biaya jasa, juga dikarenakan tidak ada jaminan sebagai pekerja dari uber dan gojek. Juga realita menyedihkan, angka dari driver uber yang bunuh diri di US termasuk tinggi, mengapa? karena keuangannya tidak cukup untuk anak dan istri. Untungnya di Indonesia ini tidak demikian.
Saya memprediksi di saudi nanti perbaikan fasilitas produksi migas akan agak lama, karena semua ekonom tahu bahwa saudi tidak bisa hidup dengan harga minyak yang sangat rendah (dekat dengan bep). Mereka perlu push harga supaya lebih tinggi, sekalian agar bisa dapat penjualan IPO terbaik. Yang berarti nanti harga ongkir, gojek dan inflasi harga makanan akan cukup menggila. Karena kejadiannya barusan sehingga ini belum terlalu terasa.
Itu masih dari minyak belum menyentuh topik resesi awal saya, saya gak tahu apakah yang akan terjadi karena ini bener2 unprecendented. Dulu great depression di amrik terjadi ketika kita sedang dijajah, kita sih masih susah aja dan belum terasa. Namun apabila global resesion terjadi ketika masa merdeka? apa yang akan terjadi?
- [x] Permainan politik oleh oposisi, menuduh pemerintah pro asing
- [x] Demo besar2an dari masyarakat macem krismon anti imf dkk
- [x] Censorship besar2an, internet shutdown, etc.
Cuma bisa bilang masa depan - walau efeknya mungkin lebih ringan - akan sulit bagi kita yang muda sekarang ini.