Assalamualaikum..
Pada kesempatan kali ini saya akan mereview kembali buku Acehnologi volume 2 yang merupakan bab trakhir yaitu tentang Politik Aceh, Bagaimana sebenarnya sistem konseptual memahami orang Aceh berbicara politik, kajian tentang politik Aceh memang memerlukan kerangka yang berlandaskan pada nilai-nilai dan budaya yang menjadi standar prilaku orang Aceh Karena di Aceh tidak pernah padam akan persoalan kekuasaan dan kerajaan/pemerintahan.
Dalam menyusun tata ilmu pengetahuan politik yang berasal dari sistem perpolitikan yang di jalankan di Aceh saat ini hanya Aceh yang memiliki partai lokal, dan hanya aceh pula yang memiliki rujukan di dalam melaksanakan tata pemerintahan sistem pengelolaan daerah atau nanggroe juga memiliki unsur pemerintahan yang juga berasal dari tradisi perpolitikan aceh.
Keberhasilan pemimpin Aceh di dalam menerapkan nilai-nilai dan budaya politik yang menuju pada kejayaan dan kecemerlangan.
Persoalan bagaimana memahami konsep politik Aceh secara filosofis tentu saja melalui pengkajian secara sosio-historis dan sosio-politik akan ditemukan bagaimana konsep-konsep politik Aceh yang pernah di praktikkan oleh endatu orang aceh. Dalam narasi sejarah Aceh, praktik politik orang Aceh dapat di telaah sejak pendirian beberapa kerajaan di pulau Ruja mulai dari pereulak dan lamuri hingga ke kerajaan Aceh darussalam.
Mengenai teori-teori politik yang dilakukan oleh orang aceh, dalam konteks ini ada pemikir politik yang berusaha untuk membangun kerajaan-kerajaan yang berskala negeri. Pemikir politik yang melakukan tafsir ulang terhadap teori-teori politik dari barat baik yang didik oleh sarjana barat atau secara otodidak untuk mempraktikkannya pada situasi perpolitikan di Aceh saat ini. Sehingga istilah politik aceh hampir jarang ditemui di dalam literatur studi politik di Asia Tenggara.
Dalam konteks perjalanan politik selalu dapat di jadikan sebagai sumber inspirasi dalam kajian politik, untuk memudah memahami pemikiran politik Aceh ada beberapa fase.
Fasa pertama saat terjadi proses islamisasi dan pendirian beberapa kerajaan islam di Pulau Ruja, Era ini di tandai dengan kemunculan kerajaan-kerajaan islam sepanjang pesisir Pulau Ruja yang juga di tandai dengan saling menyerang antara setiap kerajaan.
Fase kedua, dapat di katakan sebagai era pendirian dan kejayaan kesultanan Aceh darussalam pada 1203 M dalam fase inilah karya-karya besar ulama di Aceh lahir untuk menopang kerajaan.
Studi politik Aceh memiliki lanskap yang amat panjang mulai abad ke-8 hingga abad ke 21 M. Tanah aceh menjadi saksi berbagai peristiwa politik berlaku, karena itu Acehnologi yang mempelajari politik Aceh akan memiliki Khazanah kajian yang amat luar biasa banyaknya. Pada masa awal kondisi politik di Aceh para aktornya adalah para ulama dari Timur Tengah dan Asia Selatan.
Ada pun pengaruh dari luar Aceh terhadap tahanan politik di aceh juga sangat perlu di kaji secara mendalam pengaruh-pengaruh tersebut di antaranya muncul dari Arab dan Persia terutama di dalam bahasa politik, penggunaan kosa kata politik islam dapat di pastikan menjadi meluas ketika institusi politik islam mulai berdiri pada akhir abad ke 13 dengan tagaknya kerajaan ( kesultanan) samudra pasai.