Panitia Sayembara Himne Aceh di DPRA akhirnya menetapkan juara I sayembara himne Aceh, setelah melewati beberapa tahapan, termasuk tahapan penjurian oleh 15 dewan juri. Pemenang utama sayembara himne Aceh jatuh kepada Mahrisal Rubi dengan judul karyanya Aceh Mulia.
Penetapan pemenang utama sayembara himne Aceh diumumkan DPRA melalui pengumuman resmi yang ditandatangani Ketua DPRA, Tgk Muharuddin melalui Harian Serambi Indonesia, Senin (11/12). Dalam pengumuman itu, panitia sayembara juga menyertakan lirik atau syair himne karya Mahrisal Rubi, berikut dengan partitur not baloknya.
Sebagaimana diketahui, total karya yang ikut berkompetisi dalam Sayembara Himne Aceh sebanyak 85 karya. Setelah dilakukan seleksi administrasi, presentasi, dan demonstrasi karya pada 27-28 November, dewan juri kemudian menetapkan tujuh nominasi pemenang, yakni Muslizar SPd, CIOFF Aceh (Aidi Kamal), Dandi Bachtiar, Moritza Thaher, Subur Dani, Mahrisal Rubi, dan Dr Ir Wesli MT.
Selanjutnya, ketujuh nominasi kembali dinilai secara ketat, termasuk diperdengarkan ke Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al-Haythar pada Kamis (7/11). Hingga akhirya, setelah melewati penilaian cukup selektif, 15 orang dewan juri menetapkan peserta nomor 42, yakni Mahrisal Rubi, sebagai pemenang utama Sayembara Himne Aceh.
Mahrisal Rubi adalah putra kelahiran Bireuen yang telah lama menetap di Banda Aceh. Dalam dunia produksi musik Aceh, namanya lebih dikenal dengan sebutan Adek, ia termasuk salah satu komposer Aceh yang memulai karier musiknya dari panggung ke panggung sejak tahun ‘90-an.
Tahun 2001, Mahrisal terjun dalam dunia recording, insting musik yang ia miliki membawa ayah dua anak ini ke industri rekaman. Tahun 2001, Mahrisal bersama sahabatnya Taufik Opay, mendirikan studio recording di kawasan Lampaseh Aceh, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh. Dari situ, Mahrisal mengasah ilmu musik dan recording-nya, serta membantu mengorbitkan beberapa penyanyi Aceh kala itu.
“Itu studio pertama tahun 2001. Kemudian, tahun 2004 kami sempat pindah ke Infokom Aceh. Di sana bertahan sampai 2008, lalu ke luar dari Infokom kemudian buka studio sendiri (home recording) sampai sekarang,” kata Mahrisal kepada Serambi kemarin.
Sepak terjangnya dalam industri musik patut diacungi jempol, ia terlibat dalam penggarapan beberapa album terlaris di Aceh, seperti album Kuthidhieng milik penyanyi etnik modern Aceh, Liza Aulia dan album grup band papan atas Aceh, Seuramoe Reggae. “Ada juga beberapa lainnya yang kebetulan saya terlibat dalam penggarapan,” kata Mahrisal.
Tak hanya itu, Mahrisal Rubi juga salah satu pelaku musik yang memiliki andil besar dalam memperkenalkan konsep musik tradisi di Aceh sejak sebelum tsunami bersama rekan-rekannya. Hingga saat ini, pria yang lihai menarikan jari-jemarinya di atas tuts piano, masih mencurahkan ide dan pikirannya untuk terus memajukan indsutri musik di Aceh.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://www.youtube.com/watch?v=Rwa4A2W66EU
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit