Pria Bertopi dengan Senyum Rumeh Bersungging

in indonesia •  7 years ago 

pria bertopi @pixabay.jpg
Ilustrasi foto dari Pixabay

Siang ini aku kedatangan tamu. Seorang pria. Kurasa kami sebaya. Bertopi. Dengan wajah riang dan senyum rumeh bersungging. Setidaknya ini sudah cukup alasan bagiku untuk membuka lebar-lebar pintu rumah. Dari seragamnya langsung bisa kutebak dari mana pria itu berasal.

Jika perusahaan leasing atau rentenir punya pegawai yang kita sebut sebagai debt collector, maka Perusahaan Listrik Negara punya pria ini. Terserah apa pun julukannya.

"Sudah terlambat dua bulan ya," pria itu meletakkan selembar kertas berisi angka dan huruf-huruf yang banyak. Sedetik kemudian ia duduk di muka pintu.

Secepat kilat kulirik kertas itu. "Bisa bayar di sini kan?"

Berlagak orang kaya, segera kuambil dompet di dekat meja kerja. Duduklah aku di dekat pria itu. Bertanya ini itu. Tapi malah lupa bertanya siapa namanya. "Saya sengaja nggak bayar di loket, biar orang PLN saja yang datang ke rumah saya. Sesekali kan tak apa-apa kami yang dilayani begini."

Aku menekankan ucapan pada kata 'dilayani'. Pria itu tersenyum.

"Bisa, bisa bayar di sini. Makanya kami punya alat," jawabnya.

Kemudian ia mengeluarkan sebuah alat berwarna hitam kecil. Mirip seperti alat-alat elektronik yang biasa kulihat di kedai-kedai swalayan. "Tinggal tekan di sini saja nanti langsung keluar bukti bayarnya," kata dia lagi.

Aku mengangguk-angguk. Uang untuk membayar tagihan listrik dua bulan ini memang sudah aku siapkan. Kemarin saat pulang kerja, aku mampir ke ATM untuk menarik beberapa lembar uang. Sebenarnya, setiap hari nyaris tiga atau empat kali pasti aku melewati beberapa loket yang menerima jasa pembayaran rekening listrik. Tapi, seperti yang aku bilang ke petugas itu tadi, aku sedang malas membayarnya di sana. Aku sudah feeling debt collector ala PLN pasti bakal datang.

Aku menyerahkan dua lembar uang untuk tagihan dua bulan yang menunggak. "Enggak ada uang pas? Kembaliannya enggak cukup. Kalau punya tiga puluh ribu nanti saya kembalikan lima puluh ribu."

"Sebentar."

Saya bangkit, segera membuka-buka dompet yang satu lagi. Cuma ada seribu perak di sana. "Uang receh bisa?"

"Bisa. Bisa." Ia menjawab cepat.

Akhirnya, kukumpulkan uang receh yang ada di kendi di atas rak buku. Kendi ini selain berfungsi sebagai hiasan, juga sebagai celengan untuk menaruh sisa uang belanja. Setelah terkumpul tiga puluh ribu, segera kuserahkan kepada pria bertopi itu. Setelah menyerahkan bukti pembayaran pria itu pun pamit.[]

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Me diek tan watei ta vote. That sedih teuh kira ju ahahahahahha.

Hana peu..... kita masih la'is hahahha

Oma bereh that kak @ihansunrise gara-gara lon baca tulisan nyoe baro tingat, rupajih lon ka dua bulen golom baye tagihan PLN

tulisan nyoe fungsinya untuk mengingatkan....hehehhe

Ah, pria bertopi dengan senyum yang rumeh. Kau telah mencuri hati Ihan

wkwkwkwkwk.......

Senyum dan jasanya udah dinikmati Kak @ihansurise, nggak ditawarin capucino kek atau apalah gitu 😝😁

Sendiri aja paling banter teh hahhaha

Suka.......

sama......?

Eakk

krik krik....

Ada bawa tongsis nggak dia, petugas PLN sekarang bawa tongsis hehe

Nggak ada, mungkin itu andalah terakhir ketika negosiasi mentok hahha

Kali aja jodohmu, Ihan!

kali......

Meteran rumahku diganti ke meteran Pra bayar, sedih.. Banget. Padahal sebelumnya gak pernah telat bayar. Baru dua bulan nunggak langsung maen bongkar meteran.

Ada enggak enaknya juga kalau pra bayar kan?

Iya, perasaan cepat habis pulsanya

Cerita uang receh ingat waktu kuliah...ha..ha..ha...

kalau sekarang bye bye receh ya bang? ha ha ha