Garam Geomembran untuk Aceh Utara dan Pijay, Solusi atau Proyek? / Geomembranous Salt for North Aceh and Pijay, Solutions or Projects?

in indonesia •  7 years ago  (edited)

Garam Geomembran untuk Aceh Utara dan Pijay, Solusi atau Proyek?

Negeri kita baru-baru ini mengalami krisis garam. Padahal kita memiliki pantai lebih banyak dibandingkan dengan sebagian besar negara lain di dunia, sehingga krisis garam tersebut terdengan aneh. Tapi itulah faktanya, karena negara kita suka dengan barang impor, mungkin karena mentahnya atau pajak lebih besar. Duduk manis saja, bisa mendapatkan pendapatan dari pajak. Kemungkinan demikian.

20180110_steemit1.jpg

Sedangkan untuk pembinaan petambak sangat minim. Ya, alasannya bermacam-macam, mulai dari anggaran yang minim, susah mengubah mindset petambak (pesisir). Bahkan tak jarang kita mendengar tak prospektif, kurang produktif dan alasan lainnya, sehingga banyak sekali produksi garam tradisional di salah satunya di Kecamatan Lapang terhenti. Dari 200-an petambak garam, sekarang hanya sekitar 20-an masih aktif.

20180110_steemit2.jpg

Kebutuhan garam Indonesia pertahunnya 4,3 juta ton. Dari jumlah itu, 1,8 juta ton di antaranya berasal dari dalam negeri. Sedangkan sisanya berasal dari luar alias impor. Artinya, masih banyak kebutuhan garam yang harus dipenuhi untuk kebutuhan industry dan rumah tangga. Karena itu peluang untuk menghidupkan petambak sangat potensial, masih banyak kebutuhan pasar belum mampu kita penuhi.

20180110_steemit4.JPG

Karena itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI, baru-baru ini sudah menetapkan 21 kabupaten di Indonesia sebagai lokasi pilot proyek untuk memproduksi garam secara geomembran (pendederan dan penguapan sinar matahari). Dua diantaranya di Aceh, yaitu Pidie Jaya dengan luas areal 30 hektare dan di Kecamatan Lapang Kabupaten Aceh Utara dengan luas areal 15 hektare.

Ditargetkan sehari mampu di satu lokasi saja mampu menghasilkan garam capai 100 ton. Dengan jumlah itu dipastikan untuk Aceh kebutuhan garam akan dipenuhi. Belum lagi di Pidie Jaya, tentu produksi lebih banyak dari Aceh Utara karena arealnya lebih luas, sehingga produksi di Pijay dapat dikirim ke provinsi lain.

20180110_steemit3.JPG

Program ini dijadwalkan akan mulai berlangsung pada awal 2018. Saya melihat ini peluang besar, bukan hanya bagi petambak, tapi juga pemerintah daerah sampai pemerintah pusat, karena selain mampu menghidupkan ekonomi baru di kawasan itu juga menambah pendapatan bagi pemerintah.
Namun, berdasarkan pengalaman sebelumnya, proyek seperti itu sering kita dengar di sektor lainnya, jarang sekali dilakukan dengan serius. Setelah berakhir masa proyek, selesailah program. Kali ini semoga tidak demikian lagi.(*)

Geomembranous Salt for North Aceh and Pijay, Solutions or Projects?

Our country has recently experienced a salt crisis. Freelance we have more beaches with most other countries in the world, so the salt crisis is strangely inexplicable. But the fact is, because our country likes to import goods, maybe because raw or bigger. Just sit sweet, you can. Depends on it.

As for coaching farmers are very minimal. Yes, the reasons vary, ranging from minimal budget, difficult to change the mindset of farmers (coastal). In fact, not infrequently we hear not prospective, less productive and other reasons, so that a lot of fertilizer production in the field stopped. Of the 200s of salt farmers, now only about 20s are still active.

20180110_steemit1.jpg

Indonesia needs salt per year 4.3 million tons. Of that amount, 1.8 million tons are referred from domestic. Not from outside the import alias. That is, still needed for the needs of industry and household needs. Therefore, the opportunity to turn the farmers is very potential, there are still many market needs we have not been able to meet.
Perhaps because of that, the Ministry of Marine Affairs and Fisheries (KKP) of the Republic of Indonesia has recently established 21 districts in Indonesia as a pilot site for producing geomembranous salt (nourishment and solar evaporation). Two sectors in Aceh, namely Pidie Jaya with a total area of 30 hectares and in District Lapang District of North Aceh with 15 hectare area.

20180110_steemit2.jpg

Targeted a day can be in one location alone can produce 100 tons of salt achieved. With that amount it is ensured for the need of sea water. Not to mention in Pidie Jaya, of course more production from North Aceh due to its wider area, so that production in Pijay can be sent to other provinces.

20180110_steemit3.JPG

This program is planned to start in early 2018. I see this great opportunity, not only for farmers, but also local governments to the central government, because in addition to reviving the new economy in the region also increase revenue for the government.
20180110_steemit4.JPG

However, based on previous experience, that's what we hear in other sectors, often done seriously. After the end of the project period, finished the program. This time hopefully not so again.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Good post
Hey bro
I follow you so you should follow me.