Beo Jahannam, Menang Secara Tak Terhormat

in indonesia •  7 years ago 

5w7qjf5beq.png


Kau burung beo, tiruanmu tak ubah bak gaya ayah dan ibumu yang sekarang berkuasa di kerajaan burung, kerajaan di hutan belantara, ciptaan tuhan yang indah.
Kau mulai berbicara dan bersiul merdu, ketika ayahmu akan berhenti berkuasa, kau ajak bersama si Elang yang perkasa yang tak segan memakan mangsa dengan ganasnya.

Apa kau sadar, di sana ada Cempala Kuneng yang kau pikir keberaannya telah punah? "Ah, Beo, kau salah kali ini,"
Bukankah Cempala Kuneng itu sedang bertapa menuntut ilmu tarekat di gua berlorong tujuh di perbatasan negeri santri itu?!."Kau juga tak tahu itu, kan?
Suara-demi-suara yang bersahut-paut akan kehadiran Cempala Kuneng yang terbang di alam fikir sang Beo, yang tak jelas berasal-usul dari mana, hingga Beo seakan berbacara sendiri, karena ketakutannya "Hei, kau. Perlihatkan dirimu".

"Tak semudah itu kawan, kau akan menemukan Cempala, itu pasti! Ha ha ha . . ." Suara terakhir, lalu suara tawanya pergi menjauh meninggalkan Beo bersama tanda tanya.
"Jahannam. Kau mempermainkanku," Sambil menancapkan pisau belati di atas tanah.

Tahun berlalu pemilihan tinggal menghitung bulan yang tak genap lagi berjumlah dua belas. Rasa khawatir Beo akan suara yang tak berasal itu, kini membuncahkan pikirannya karena waktu telah dekat.
Sempat dia bercerita pada penasehat ayahnya, yang akan segera berakhir jabatan seiring ayahnya berakhir menjadi raja.
Setelah bercerita tentang kejadian itu, dia bertanya "Wahai Keutoktok (Jenis burung dalam bahasa Aceh, yang merupakan penasehat raja). Tahukah kau siapa gerangan dari suara ghaib itu, berniat aku memberikan $, 100,00 SBD kepada yang bisa menangkapnya!"
Keutoktok pun teringat akan kisah lama, ketika ayahnya dulu menang & naik tahta, secara curang hingga memenggal kepala ayahnya Cempala. Dan sebelum terbunuh dan kalah dalam pertarungan memperebutkan kekuasaan hutan nan indah. Kata terkahirnya "Aku akan kembali, disaat engkau menyangka generasiku telah punah."

32od8mknhl.jpg


Lama sudah waktu itu, sehingga Keutoktokpun seakan iya dan tidak, bahkan sang raja sendiri yang telah dalam gelimangan harta, dan kursi empuk juga para wanita, yang akan diwariskan pada anak lelakinya. Lupa akan kata terakhir sang Ayah Cempala.

Tibalah waktu itu. Waktu pencalonan telah tiba. Waktu yang diberikan hanya 2 hari, Hari itu si Beo merasa senang, dia berpikir hanya calon tunggal, malamnya di hutan nun jauh di sana. Seperti kata suara tak berasal itu, keluarlah si Cempala yang telah ditunggu oleh orang kepercayaan ayahnya, berjumlah 7 berdiri di tiap-tiap pintu gua.
"Saatnya telah tiba,'__" kata ketua 1 "di sana kursi kenangan telah menunggu," tambahnya.
"Para pecinta tahta hunian telah kusuntikkan dana untuk mendaftar, agar suara mereka hancur," Ujar ketua 2.
"Para sahabat setia ayahmu, dan seluruh abdi ketika ayahmu berkuasa telah siap memilihmu," Ketua 3 meyakinkan.
"Siap mengantar Tuwanku menjadi Raja" Serempak suara ketujuh tetua itu terdengar.

Terbanglah Cempala pada hari terkahir pendaftaran. Pendaftaran selesai. Tes suarapun digelar, seperti biasa mereka harus bisa berasiul mengalun-alun merdu tanpa salah sedikitpun, keduanya lewat meski alunan suara Cempala mampu memikat hati para rakyat hutan nan indah, berkat semedinya di gua tujuh dan bantuan sang maha kuasa.

Pemilihan pun dilakukan dengan mencabut sehelai bulu sayap para pemilih lalu di letakkan di hadapan raja. Raja yang sedari tadi gugup serta gagap karena menyangka cempala adalah ayahnya, karena sangat mirip, dari suara alunan siul dan juga warna bulunya.

xy3oqyh34z.jpg


Panita menghitung suara, dan tak terima kekalahan anaknya sang raja membuat peraturan tambahan, yaitu "siapa yang memenangkan perkelahian dan mempersembahkan kepala lawannya dihadapanku maka dialah raja selanjutnya!" Kata sang raja.
Pertarungan demi pertarungan, perkelahianpun terlaksana, dari bunyi ting beradu pedang, hingga thuk bunyi patukan demi patukan, dan gruh bunyi cakar-cakaran. Akhirnya kepala Ananda Beo dipersembahkan di hadapan raja, raja yang kecewa menghunuskan pedang hendak membunuh Cempala yang sedang mempersembahkan hormat sambil jongkok di depan raja. lalu panah dilepaskan oleh tujuh tetua, 7 anak panah tertancap di tubuh sang raja yang telah merampas ayahnya, lalu mendapat tahta secara tak sehat

Kini raja baru meminpin, semoga hutan belantar yang indah menjadi berkah bagi penduduknya.

Selamat menanti pemilu yang jujur dan adil tahun 2019.

Regards: @jubagarang

Image Source : Image 1 | Image 2 | Image 3

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Congratulations @jubagarang! You have completed the following achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

You published a post every day of the week

Click on the badge to view your Board of Honor.
If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

To support your work, I also upvoted your post!

You can upvote this notification to help all Steemit users. Learn why here!

sulit untuk kumengerti tulisan ini tapi biarlah karena tulisannya bagus. ku komen sajalah.
hahahahah

Tak usah di mengerti karena kekejaman beo, sangatlah brutal dalam berpolitik. ;)
Yang jelas, aman. Ha

semoga terus aman...
dan kondusif

Hello, as a member of @steemdunk you have received a free courtesy boost! Steemdunk is an automated curation platform that is easy to use and built for the community. Join us at https://steemdunk.xyz

Upvote this comment to support the bot and increase your future rewards!