Belajar Bersykur Dari Alam Untuk Perempuan Peduli Leuser

in indonesia •  7 years ago 

IMG-20171120-WA0100.jpg

Sebuah pengalaman yang luar biasa menurut saya, ketika terpilih sebagai salah satu Inong-inong Aceh sebagai perempuan peduli leuser. Sejak pertama kali mencalonkan diri saya tidak pernah membayangkan akan mendapat kesempatan dalam peran ini.
Sejak awal pelatihan bulan lalu yang di selenggarakan di Gayo Lues saya merasa bahwa itu sebuah penghargaan bagi saya. Bagaimana tidak… di wadah ini saya bertemu dengan para perempuan masa kini yang tangguh. Dari berbagai latar belakang mulai dari Jurnalis hingga Bolger sampai kepada saya seorang mahasiswa, yang pasti mereka semua inspirasi buat saya dan tak bisa saya sebut satu persatu dari perempuan-perempuan luar biasa itu.
Mba Tyas yang juga seorang Antropolog pemberi materi terkait Gender. Mba Maria yang seorang Jurnalis juga sebagai pemateri adalah perempuan tangguh masa kini yang saya kenal. Keberanian mereka dalam berekspresi itu nyata.

Setelah pelatihan di Gayo Lues, beberapa waktu lalu saya terbang ke Aceh Selatan untuk pelatihan yang ke dua. Dalam pelatihan ini, saya tidak hanya mendapatkan berbagai teori tetapi juga saya juga bisa turun langsung ke lapangan alias Live-in di desa. Kebetulan saya mendapat tempat di Desa Adan Kabupaten Aceh Barat Daya selama sehari.
Pengalaman yang menantang menurut saya, karena di sini saya di tuntut untuk bisa berkomunikasi dengan masyarakat yang memang notabenenya berbahasa Aceh dan dalam waktu sehari itu saya harus benar-benar bisa berdaptasi dengan warga untu mendapatkan informasi yang saya butuh. Melihat masyarakat dengan kebudayaannya, cara mereka hidup dengan lingkungannya, aktifitas dan lain sebagainya yang mencerminkan segala aspek kehidupan masyarakat. Sebagai seorang yang tengah belajar tentang manusia dan kebudayaan saya memang sudah tidak asing lagi ketika turun ke lapangan dan menyaksikan langsung aktifitas yang mereka lakukan. Namun lagi-lagi karena tingkat keilmuan saya masih junior, terkadang saya masih gagap dalam mengatasi kejiwaan saya sendiri.
Dalam kegiatan pelatihan kali ini saya juga bertemu dengan Pak Wahyumul salah satu pemateri ter-kece. Pelatihan videografi sebelum live-in di desa. Oh ya… untuk live-in ini sendiri di bagi atas empat desa pilihan USAID Lestari, di antaranya ada desa Lawe Melang dan Koto yang ada di Manggamat dan di Abdya ada di desa Adan dan Kaye Aceh.
Jika saya adalah Perempuan Peduli Leuser maka apa yang bisa saya lakukan untuk perempuan-perempuan di luar sana yang hidup di lingkaran hutan Leuser? Dan…kenapa hanya perempuan yang dilatih dalam kegiatan ini? Peretanyaan-pertanyaan demikian sempat terfikir oleh saya ketika petama kali mengikuti acara ini. Dan jawaban saya adalah karena perempuan sering terisolasi di dalam masyarakat kita yang secara umum menganut faham Patriarki. Tidak bisa juga bahwa jika wanita terisolir maka yang salah adalah laki-laki. Intinya..karena kita berada di lingkungan yang punya kebudayaan maka kebudayaan itulah yang menjadi sudut pandang setiap masyarakat pemilik kebudayaan itu.
Kerusakan lingkungan dan akibatnya seperti longsor, banjir, kekeringan dan sebagainya seringnya berdampak pada perempuan-perempuan. Ibuk-ibuk akan kesusahan mendapatkan air bersih, mencucui, memandikan anak dan segala aktifitas yang berhubungan dengan air. Pernah ketika saya mewawancarai seorang perempuan yang terkena dampak dari kekeringan itu dia mengatakan, “laki-laki mana tau dia kalau kita tidak ada air, kita mau mandiin anak nggak ada air, kita juga yang susah mau cuci baju”
Saya bisa menyebutnya sebagai The Power Of Perempuan. Ketika teman-teman perempuan lainnya pergi ke Manggamat untuk melihat keindahan cipataan Allah yang tersembunyi di balik bebatuan pegunungan desa Mersak, saya benar-benar bersyukur kepada Allah bahwa ternyata masih ada keindahan di tengah permasalahn lingkungan yang akhir-akhir ini sering di gelontarkan di berbagai media sosial. IMG-20171123-WA0026.jpg

Perempuan peduli leuser di Telago Batu Menggamat

Untuk next pengalaman men-detail tentang menggamat saya akan menuliskannya setelah ini..

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Diupvote ya..

Mbak Tyas itu Gender Specialist, bukan antropolog dia. Secara keilmuan, dia lulusan FIKOM UGM, sama seperti Mbak Maria. :-D semangkat Kasyu.... tulisannya inspiratif.

terimakasih masukam kk @ihansunrise..
hmmm sepertinya ada miss antara saya sma mba Tyas...hehe

miss kenapa?

salah faham kak