Pesona indah Parawisata Ngarai Sianok Bukkitinggi

in indonesia •  7 years ago  (edited)

[ENG]

Panoramic beauty of the Sianok Gorge always amaze visitors who come. The canyon of Sianok or the Pendiang Valley is a beautiful, green and fertile valley. Basically flowing a tributary creeping through the crevices of the cliff with the background of Mount Merapi and Gunung Singgalang. The natural beauty of the Sianok gorge is so fascinating that it is often used as a material for the painters' imagination. Sianok canyon is actually a steep valley (ravine) located in the heart of Bukittinggi, West Sumatra. This valley extends and meanders from the southern Koto Gadang gorge to the Sianok Six Suku Gorge, and ends up Palupuh. Sianok gorge has beautiful scenery and become one of the main tourist attractions of the province.

This gulf is about 100 m extending along 15 km with a width of about 200 m and is part of the fault that separates Sumatra Island into two longitudinal parts (the Semangko Fault). These fractures form a steep wall, even perpendicular and form a green valley - the result of the movement of the earth's crust (sinklinal) - which the Sianok River flows with clear water. In the Dutch colonial era, this chasm is also called buffalo sanget, because the number of wild buffalo that live freely at the bottom of the canyon.

Behind the beauty of the Sianok Gorge, there is something terrible. The canyon itself is an ever-moving fault of the earth. Based on the results of the study, the canyon fracture moves 2mm per day. This movement is not felt by humans. Local people have mentioned canyon canyon formed by the earthquake. The story they get from the elderly people used to and passed from mouth to mouth. True or not the story is only God knows.

The movement of this sianok fracture is also called "broken semangko". This is because the shape of the canyon is like a watermelon that is split. The level of liveliness is very clear. Any major earthquake that occurs in West Sumatra will give effect to the canyon gorge. The obvious impact occurred when the mountain earthquake that occurred in 2007. In addition steep canyon cliffs are vulnerable to the lonsor especially in the rainy season. Therefore, the government of Bukittinggi always wary of this.

ttps://steemitimages.com/DQmd4yV4YSrHjJKYYmN6ifsyRDrJqdanEP2M4kYBS3tz6sQ/b12.png

Sianok canyon itself has a fairly deep chasm, which is about 100meter. which stretches from Nagari Koto Gadang to Palupuh, approximately 15km long and the width of the canyon is 200m. In the Dutch colonial era sinaok canyon better known as buffalo sanget, because once here many wild buffalo.

 According to the local people the name of the canyon sinaok is given because of the flow of suangai named "Batang Sianok". For many people, the river is often referred to as "ai trunk" and cyanok has a clear water meaning, so the sianok tree can be interpreted with a clear river. This sianok stalk is based on a canyon that also meandered following the shape of the canyon.

BUKITTINGGI is a city with a lot of natural beauty, culture, and history. The Japanese hole is one of them. The underground passage which in the past was used as an underground defense for Japanese soldiers, having restored the alley at the bottom of this Sianok Gorge, about 40 meters underground or calculated from the ground surface of Panorama Park, this place is made into a tourist spot.

Japanese holes were established from 1942-1945 by nearby inhabitants forcibly employed by Japanese soldiers. In this 1.47 km underground passage, there are 21 small alleys that used to be alleys for defense purposes, such as ammunition storage corridors, Japanese military troop booths, conference rooms, romusa dining room, kitchen, prison, courtroom , the torture chamber, the reconnaissance, the ambush, and the escape door.

Formerly this aisle measuring 20 cm. Just as big as the circumference of Japanese soldiers who are rather slender. At least that is often seen in the pictures in history books.

After the restoration of the diameter of this alley is now measuring 3-4 meters and is equipped with fluorescent lamps in various angles and sides. However, the walls have not changed. The stone walls are partitioned that used to muffle the sound (echo) so as not to sound out. Strikes of forced blows with sharp objects are still recorded on some walls. It is said that by the Japanese, Indonesian prisoners were forced to penetrate the rocks of the Sianok Gorge with only a hoe and other sharp objects.

With an area of ​​nearly 2 hectares, visitors will go down the stairs as far as 64 meters to really get to the depth of 40 meters.Here is the new ter room can be made in such a way in it, which in this depth is quite cold for visitors accustomed to in hot areas will of course shiver in what if not wearing thick clothes or jacket.

So little information can I say

@leozulkifli.


[IND]

Panorama keindahan Ngarai Sianok selalu memukau pengunjung yang datang. Ngarai Sianok atau Lembah Pendiang merupakan suatu lembah yang indah, hijau dan subur. Didasarnya mengalir sebuah anak sungai yang berliku-liku menelusuri celah-celah tebing dengan latar belakang Gunung Merapi dan Gunung Singgalang. Keindahan alam Ngarai Sianok mempesona sehingga sering dijadikan bahan imajinasi para pelukis. Ngarai Sianok sebenarnya adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di jantung kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok dari selatan ngarai Koto Gadang sampai di Ngarai Sianok Enam Suku, dan berakhir sampai Palupuh. Ngarai Sianok memiliki pemandangan yang indah dan menjadi salah satu objek wisata utama provinsi. 

Jurang ini dalamnya sekitar 100 m membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m dan merupakan bagian dari patahan yang memsiahkan Pulau Sumatra menjadi dua bagian memanjang (Patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau - hasil dari gerakan turun kulit bumi (sinklinal) - yang dialiri Sungai Sianok yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai. 

Dibalik keindahan Ngarai  Sianok, tersimpan sesuatu yang sangat mengerikan. Ngarai sendiri merupakan sebuah patahan bumi yang selalu bergerak. Berdasarkan hasil penelitian, patahan ngarai sianok bergerak 2mm perharinya. Pergerakan ini tidak rasakan oleh manusia. Masyarakat setempat ada yang menyebutkan ngarai sianok terbentuk karena gempa. Cerita itu mereka dapat dari orang tua-tua dulunya dan diteruskan dari mulut ke mulut. Benar tidaknya cerita itu hanya Tuhan lah yang tau.

Pergerakan patahan sianok ini disebut juga dengan "patahan semangko". Hal ini karena bentuk ngarai yang seperti semangka yang dibelah. Tingkat keaktifan patahan ini sangat jelas. Setiap gempa besar yang terjadi di Sumatera Barat akan memberikan pengaruh kepada ngarai sianok. Dampak yang jelas terjadi ketika gempa gunung yang terjadi tahun 2007. Selain itu tebing ngarai yang curam rentan akan lonsor apalagi di musim hujan.Oleh karena itulah, pemerintahaan Bukittinggi selalu waspada akan hal ini.

Ngarai sianok sendiri memiliki jurang yang cukup dalam, yaitu sekitar 100meter. yang membentang dari Nagari Koto Gadang sampai Palupuh, kurang lebih sepanjang 15km dan lebar ngarai adalah 200m. Di zaman kolonial belanda ngarai sinaok lebih dikenal dengan kerbau sanget, karena dulunya di sini banyaknya kerbau liar.

 Menurut masyarakat setempat nama ngarai sinaok diberikan karena adanya aliran suangai yang bernama "Batang Sianok". Bagi manyarakat minang sungai sering juga disebut dengan "batang ai" dan sianok memiliki arti air yang jernih, jadi batang sianok bisa diartikan dengan sungai yang jernih. Batang sianok ini berada didasar ngarai yang juga berliku-liku ngikikuti bentuk ngarai.

BUKITTINGGI memang kota dengan segudang keindahan alam, budaya, dan sejarah. Lubang Jepang salah satunya. Lorong bawah tanah yang pada masa lampau digunakan sebagai pertahanan bawah tanah bagi serdadu jepang, setelah dipugar lorong di bagian dasar Ngarai Sianok ini, sekitar 40 meter di bawah tanah atau dihitung dari permukaan tanah Taman Panorama, tempat ini di jadikan tempat wisata.

Lubang Jepang didirikan dari tahun 1942-1945 oleh penduduk-penduduk sekitar yang dipekerjakan secara paksa oleh serdadu Jepang. Di dalam lorong bawah tanah sepanjang 1,47 km ini, terdapat 21 lorong kecil yang sebelumnya menjadi lorong-lorong untuk keperluan benteng pertahanan, seperti lorong penyimpanan amunisi, bilik serdadu militer Jepang, ruang rapat, ruang makan romusa, dapur, penjara, ruang sidang, ruang penyiksaan, tempat pengintaian, tempat penyergapan, dan pintu pelarian.

Dulunya lorong ini berukuran 20 cm. Hanya sebesar lingkar tubuh serdadu-derdadu Jepang yang memang agak ramping. Setidaknya itu yang sering terlihat pada gambar-gambar di dalam buku-buku sejarah.

Setelah di lakukan pemugaran diameter lorong ini sekarang berukuran 3-4 meter dan sudah dilengkapi dengan lampu neon di berbagai sudut dan sisi. Namun, dindingnya tidak mengalami perubahan. Dinding batunya bersekat-sekat yang dulu bertujuan untuk meredam suara (echo) agar tidak terdengar keluar. Guratan-guratan pukulan paksa dengan benda agak tajam pun masih terekam di sejumlah dindingnya. Konon, oleh Jepang, para tawanan Indonesia dipaksa menembus bebatuan Ngarai Sianok hanya dengan cangkul dan benda tajam lainnya.

Dengan luas hampir 2 hektar, pengunjung akan menuruni tangga sejauh 64 meter untuk benar-benar sampai di kedalaman 40 meter.Di sini lah baru ter dapat ruangan ruangan yang di buat sedemikian rupa di dalamnya, yang mana di kedalaman ini udaranya cukup dingin bagi pengunjung yang terbiasa di daerah panas tentunya akan menggigil di dalamnya apa bila tidak memakai pakaian tebal atau jaket.

Demikianlah sedikit informasi yang dapat saya sampaikan.

@leozulkifli.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Udah ku foto Bang 1

Udah aku vote tu 1 udah ada Bang

udah lagi di mana ni kok belum tidur'