Tiap kita punya jalan. Jalan panjang dan berliku. Jalan lurus dan menikung.
Jalan yang akan kita tempuh ke tempat terjauh, dekat, dan tak kasat mata.
Kita tak bisa menghindari perjalanan. Selalu ada jalan bagi diri. Juga
jalan dalam diri. Jalan bagi darah yang mengalir ke jantung.
Dalam jantung, mendekam sebuah jalan yang berliku menuju otak dan nadi,
menuju ke arah liang luka tersayat pisau. Atau jalan darah menuju rongga
yang menghendaki sebuah pencapaian di luar diri.
Aku dan kau, memiliki jalan yang tak harus sama. Sebab kita punya tujuan
yang berbeda. Tujuan yang menampung segala keinginan, cinta, serta
kebencian yang tak dapat ditakar. Seperti ombak yang tak bisa ditebak
ke mana menghempas dan menjelma buih. Bukankah ia juga punya jalan?
ENGLISH
Each of us has a way. Long and winding road. Straight and cornering.
The road that we are going to go to is the furthest, closest and invisible.
We can't avoid traveling. There is always a way for yourself. Too
walk inside. The way for blood to flow to the heart.
In the heart, languishing a winding path to the brain and pulse,
headed towards the wound wound slashed by a knife. Or the path of blood to the cavity
who want an achievement outside of oneself.
You and you, have a path that doesn't have to be the same. Because we have a goal
different. A goal that accommodates all desires, love, and
indescribable hatred. Like unpredictable waves
where to throw and transform foam. Doesn't he also have a way?
Tanah Luas, 2018