Rokok, walau disebut pembunuh, tetap menjadi sahabat orang-orang kreatif.
Quote di atas sudah tak asing lagi bagi ahli hisap cerutu. Sayangnya, untuk kita di Indonesia budaya hisap cerutu belum begitu lazim. Indonesia secara tradisional punya tradisi menghisap kretek. Itu pun terbatas di Jawa.
Aceh masih belum memproduksi rokok sendiri. Mungkin karena ganja (bakong ijo Aceh) belum lagi dilegalkan negara karena dimasukkan dalam kategori Narkoba. Padahal, ganja dalam penggunaan medis sudah banyak terbukti kaya manfaat. Tapi, penggunaan untuk tujuan mabuk, jelas berbahaya.
Tadi sore, @fauziulpa membawa sebatang cerutu montecristo, Habana. Cerutu sebesar jempol kaki remaja itu kami hisap bersama di #bivakemperom, @kanotbu. @zeds, @homalamba, @bookrak dan @oviyandi, menikmati sekali dua hisap seorang. Batuk-batuk sih awalnya. Tapi, ditarikan selanjutnya, rasa tembakau Kuba bikin sensasi beda dari rokok lokal macam Sampoerna Mild atau Marlboro.
Di internet, banyak beredar foto Che Guevara dengan cerutu bertengger di bibir di sertai quote revolusi. Di alam revolusi, Che bisa digolongkan imam yang memimpin perlawanan. Ini yang membuat namanya abadi di benak anak muda seluruh dunia.
Rokok, walau disebut pembunuh, tetap menjadi sahabat orang-orang kreatif. Saya tidak tahu, merokok dulu baru kreatif, atau kreatif dulu baru merokok? Semua berpulang pada #steemian untuk memulai revolusi kreatif. Karena, #steemit membutuhkan kreatifitas luar biasa pada konten-kontennya.
Salam revolusi
Cerutu