Review Acehnologi (II:14)

Selamat pagi dan selamat berbahagia sahabat steemit semuannya. 

Pertama-tama puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah swt beserta rasulnya. Pada kesempat kali ini saya juga sangat berterimakasih kepada dosen saya bapak Kamaruzzaman Bustamam Ahmad yang karenanya saya jadi mengetahui steemit. Tentunya dengan adanya steemit ini sangat membantu kami dalam proses pembelajaran.

Dan ini merupakan pengalaman pertama saya menulis di steemit hal ini tentunya membuat saya merasa sangat gugup dan sidikit khawatir karena tulisan yang akan saya tulis nantinya bisa dibaca oleh khalayak ramai. 

Saat ini saya akan mencoba mereview buku Acehnologi oleh bapak Kamaruzzaman Bustamam Ahmad yang berjudul “Sejarah Aceh”.

Aceh terletak di ujung utara pulau Sumatra dan merupakan provinsi paling barat di In donesia. Aceh juga memiliki peran penting dalam penyebaran Isalam di Asia tenggara. Dari sejarah Samudera Pasai kita bisa melihat bagaimana keberislaman rakyat Melaka dan pada era Samudra Pasai, penulisan gagasan pengetahuan memang masih menggunakan formasi hikayat, pantun, atau syair. Tentunya sejarah Aceh juga tidak terlepas dari adanya perang. Hal ini dapat kita lihat dari sejarah perang Aceh yang dengannya dijadikan rujukan agar kita mengetahui bagaimana sikap dan karakter nasionalisme orang Aceh di dalam mempertahankan negrinya dari penjajahan kafir melalui spirit keagamaannya. Maka dari itu Aceh sangat dikenal dengan Prinsip keagaamannya.

Pada abad ke-17 banyak sarjana-sarjana yang meneliti tentang Aceh salah satunya adalah Denys Lombard, yang mengkaji tentang pemerintahan pada masa Sultan Iskandar Muda dan Luthfi Auni yang mengkaji tentang sejarah mengenai kejatuhan kerajaan Aceh. Dan kerajaan Aceh juga pernah dipimpin oleh ratu/sultanah yang karenanya Aceh mendapatkan kemajuan pesat dari berbagai bidang.

Sebenarnya pada abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-18 kajian mengenai sejarah Aceh telah menampakkan kejayaannya. Selanjutnya, sejarah Aceh pada abad ke-18 dan ke-19 M lebih banyak mengkaji tentang peperangan melawan Belanda. Kondisi sejarah yang melawan Belanda. Kondisi sejarah yang melawan Belanda ternyata mewarisi sejarah konfik yang berkesudahan hingga abad ke-21. Kemudian literatur sejarah mengenai perjuangan rakyat Aceh melawan Belanda, Jepang, revolusi social, DI/TII, GAM yang telah berakhir pada tahun 2005 setelah tsunami 2004 yang mana dengan semua itu telah menghiasi lembaran penulisan sejarah Aceh. 

Bebrapa ranah penulisan sejarah Aceh diantaranya: ranah pertama, kekejaman pemerintah Indonesia dalam membantai rakyat Aceh selama operasi militer dilakukan. Ranah kedua, upaya untuk mengintegrasikan Aceh dalam nasionalisme Indonesia. Ranah ketiga, memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan secara historis  dan Ideologis antara Aceh dengan Indonesia. Ranah keempat, pola penulisan seharah umtuk membentuk kesadaran ke-Acehan secara komprehensif.

Historiografi Aceh dapat di klarifikasikan dalam sejarah istana, sejarah perang/konflik, sejarah tokoh, dan sejarah peristiwa-pristiwa tertentu di Aceh. 

Sebenarnya dalam memahami sejarah Aceh kita perlu menelaah/mengkaji peninggalan-peninggalan yang ditinggalkan orang-orang terdahulu, misalnya peninggalan kerajaan Aceh  seperti makam sultan Iskandar Muda, mesjid Raya Baiturrahman  dan lain sebagainnya. Jadi dengan itu untuk mengetahui sejarah Aceh ataupun peradaban Aceh kita perlu menulis ulang kembali sejarah Aceh agar masyarakat Aceh mengetahui identitas atau jati diri masyarakat Aceh itu sendiri. Selanjutnya adalah dengan pengetahuan bahwa Aceh merupakan daerah yang memiliki kekayaan intelektual dan spiritual yang kuat sehingga menjadi bagian penting dalam pendidikan karakter ke-Aceh-an. Dan yang terakhir adalah pendalaman sejarah Aceh harus mampu di konsepkan melalui ilmu pengetahuan kemudian sejarah peradaban Aceh perlu dimasukkan ke dalam dunia pendidikan.